MODEL PEMBELAJARAN PERSONAL
(Model Pembelajaran Synectics)
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi
Salah Satu Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Fisika
Dosen : Dwi Agus
Kurniawan, S. Pd., M.Pd.
Oleh:
KelompokV
1. Fadillah Rahmayani RSA1C317002
2. Visca Rizki Magrhiva RSA1C317013
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN FISIKA PGMIPA-U
JURUSAN PENDIDIKAN\ MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2018
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kita dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Model Pembelajaran Synectik" ini tepat pada waktu.
Tak lupa sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita nanti-nanti syafaatnya di akhir masa. Amin
ya robbal’alamin.
Sebagai rasa terimakasih atas bantuan dan bimbingan
serta dorongan dari semua pihak, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1.
Bapak Dwi Agus Kurniawan, S.Pd.,
M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Fisika.
2.
Semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini.
Semoga Tuhan selau membalas segala kebaikan Kami sebagai
manusia biasa menyadari bahwa penyusunan dari makalah ini msih belum sempurna
dan pastinya ada kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
kami harapkan demi kebaikan makalah ini kedepannya. Akhir kata, kami seluruh
penyusun berharap agar makalah ini mampu memberikan manfaat bagi kita semua,
khususnya bagi para pembaca dan di lingkungan akademis.
Jambi, November 2018
Penyusun
Daftar Isi
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang…………………………………………......……………...1
1.2.Tujuan ………………………………………………………….……..…...2
BAB II
LITERATUR
2.1.Kajian Teoritik…………………………………………………...........….3
2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran Synectics……………..……….…..3
2.1.2.
Model
dan Tahapan Pembelajaran Synectics………………….……8
2.1.3.
Tahap Kreatif
dalam Proses Syenctik...............................................15
2.1.4.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran
Synectics............19
2.1.5.
Karakteristik Model Pengajaran Synectics........................................20
1.
Sintaks.........................................................................................20
2.
Sistem
Sosial...............................................................................23
3.
Prinsip-Prinsip
Reaksi.................................................................23
4.
Sistem
Pendukung......................................................................24
2.1.1.
Penerapan
Model Pembelajaran Synektik........................................24
2.1.Kajian Kritis………………………………................................……......27
BAB III PENUTUP
3.1.Kesimpulan………............................................…......…………….........35
3.2.Saran………………………………………......……...……....................36
DAFTAR PUSTAKA………………………………………......………..….....37
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam proses belajar mengajar pada
dasarnya merupakan proses interaksi antara yang belajar (siswa) dengan pengajar
(guru). Seorang siswa telah dikatakan belajar apabila ia telah mengetahui
sesuatu yang sebelumnya ia tidak dapat mengetahuinya, termasuk sikap tertentu
yang sebelumnya belum dimilikinya. Sebaliknya, seorang guru dikatakan telah
mengajar apabila ia telah membantu siswa atau orang lain untuk memperoleh
perubahan yang dikehendaki.
Memasuki milenium ketiga, lembaga
pendidikan dihadapkan pada tantangan yang sangat krusial, berkaitan dengan
penyiapan dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu
berkompetisi dalam masyarakat global, yang diwarnai oleh ketatnya kompetisi dan
revolusi informasi sebagai dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan diselenggarakan untuk
menyiapkan peserta didik menjadi pribadipribadi anggota masyarakat yang
mandiri. Pribadi yang mandiri adalah pribadi yang secara mandiri mampu
berpikir, menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru, melihat permasalahan
serta menemukan cara pemecahan baru yang bernalar dan lebih dapat
dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain pendidikan dapat dimaknai sebagai
proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu
hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar
dimana individu itu berada, melainkan
juga mampu melakukan perubahan dan menciptakan sesuatu yang baru. Kemandirian
ini terbentuk melalui kemampuan berpikir nalar dan kemampuan berpikir kreatif
yang mewujudkan kreativitas. Sumber daya manusia seperti itu sungguh diperlukan
oleh bangsa kita dalam rangka mewujudkan kehidupan masyarakat yang demokratis,
menjunjung tinggi supremasi hukum, egalitarian, dan religius.
Suatu pendekatan baru yang menarik
dalam mengembangkan kreativitas telah dirancang oleh Gordon dengan nama Synectik.
Model Synectik ini merupakan strategi pengajaran yang baik sekali untuk
mengembangkan kemampuan kreatif dalam menulis. Dalam proses pengajaran bahasa,
pengembangan dimensi kreativitas sangat penting dan dapat dilaksanakan melalui
berbagai kegiatan berbahasa. Kreativitas merupakan hal yang penting dan menjadi
salah satu ciri manusia yang berkualitas.
Hasil-hasil penelitian mengungkapkan
bahwa pengajaran beberapa bidang studi dengan model Synectik cukup berhasil.
Hasil-hasil penelitian tersebut antara lain: (1) hasil penelitian yang
dilakukan Heavilin di Indiana (1982) menunjukkan bahwa perkuliahan English 104
(komposisi) yang berorientasi Synectik lebih berhasil meningkatkan sikap
positif terhadap mata kuliah 104 daripada sebelumnya; (2) hasil penelitian yang
dilakukan oleh Dodd di Maine (1988) menunjukkan bahwa para guru yang diajar
melalui program pelatihan yang berbasis Synectik meningkat kemampuannya
khususnya dalam perilaku kognitif (pelatihan dilakukan selama 8 bulan terhadap
12 guru.
1.2
Rumusan
Masalah
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Apakah
model pembelajaran Synectik?
2. Apa
saja model dan tahapan pada Model Pembelajaran Synectik?
3. Bagaimana
Tahap Kreatif dari Proses Syenctics?
4. Apa
saja Kebihan dan kelemahan model Pembelaharan Synectik?
5. Bagaimana Model Pengajaran dari Model Pembelajaran
Synectik?
6. Apa Saja Bentuk Penerapan Dari Model Pembelajaran
Synectik?
BAB II
LITERATUR
2.1.
Kajian Teoritik
2.1.1.
Pengertian Model Pembelajaran Synectik
Teknik Synectik dikenal sebagai salah satu teknik kreativitas yang populer
diterapkan untuk pendekatan pemecahan masalah. Ini adalah teknik pemecahan
masalah kelompok yang sangat luar biasa dan bagi yang bukan inisiat, yang
terlihat seperti metode gila untuk menemukan solusi dengan cara yang inovatif.
Karya awal Gordon dengan prosedur Synectik adalah mengembangkan "kelompok
kreativitas" dalam organisasi individu. Yaitu, sekelompok orang yang
dilatih untuk bekerja bersama secara kooperatif untuk berfungsi sebagai pemecah
masalah atau pengembang produk. Dalam beberapa tahun terakhir, Gordon telah
mengadopsi teknik Synectik untuk digunakan bersama anak-anak sekolah, dan
bahan-bahan yang mengandung banyak kegiatan Synectik sekarang sedang
diterbitkan. Usia ruang memproses ide lama yang cepat tidak lagi berlaku.
Banyak yang dibutuhkan dalam hal potensi kreatif anak-anak sekolah hari ini.
Masalah membayangi kita untuk mempertimbangkan bagaimana anak-anak dapat
menjadi yang terbaik, dan mencari cara-cara baru untuk membantu anak-anak
mengembangkan kemampuan potensial kreatif mereka.
Synectik
technique is known as one of the creativity technique popularly applied for
problem solving approach. It is very remarkable technique of group problem
solving and to a non-initiate, which look like a mad method for finding
solutions in an innovative way. Gordon’s initial work with Synectik procedure
was to develop “creativity groups” within individual organizations. That is,
group of persons trained to work together co-operatively to function as problem
solvers or product-developers. In recent years, Gordon has adopted Synectik
technique for use with school children, and materials containing many of the Synectik
activities are now being published. The space age is processing fast old ideas
are no longer apply. Much is required in the matter of creative potential of
today’s school children. Problems are looming us to consider how children may
become at their best, and to search for new ways of helping children to develop
their creative potential ability (Chandrasekaran,2014:38).
Model pembelajaran Synectik
merupakan suatu pendekatan baru yang menarik guna mengembangkan
kreativitas, dirancang oleh William J.J Gordon menerapkan prosedur Synectik untuk
keperluan mengembangkan aktivitas kelompok dalam organisasi-organisai industri,
di mana individu dilatih untuk mampu bekerja sama satu dengan yang lainnya.
Model pembelajaran Synectik mendorong siswa untuk lebih mudah memahami
setiap konsep. Sebab mereka langsung terlibat dalam proses belajar. Siswa
dilatih untuk berpikir dalam hal memahami dan memecahkan suatu masalah.
Synectik
adalah model pengembangan kreativitas untuk memecahkan
masalah dengan melatih individu untuk bekerja sama mengatasi problema sehingga
mampu meningkatkan produktivitasnya. Sementara itu, Sudjana dan Suwariyah
mengemukakan pengertian Synectik, bahwa “Synectik adalah suatu
pendekatan untuk mengembangkan kreativitas siswa, termasuk kreativitas dalam
mengarang (creative writing) (Alia,dkk,2016:354-355).
Synectik
Model of teaching was developed by William J. J. Gordon and his colleagues in
1961. This model uses a series of analogies in the classroom. Synectik is a
creative word coined to mean "amalgamation of different and apparently
irrelevant elements" . It brings diverse and apparently irrelevant
elements together. The process of Synectik invokes creative process by
discovering and unifying themes in seemingly disconnected parts. Synectik Model
operates on the principle of using mind's remarkable capacity to connect
seemingly irrelevant elements of thought (Khan and Mahmood,2018:187).
Model pengajaran Synectik dikembangkan oleh William J. J. Gordon dan rekan-rekannya pada tahun 1961. Model ini menggunakan serangkaian analogi
di kelas. Synectik adalah kata kreatif yang diciptakan untuk berarti
"peleburan unsur-unsur yang berbeda dan tampaknya tidak relevan". Ini
membawa unsur-unsur yang beragam dan tampaknya tidak relevan bersama-sama.
Proses Synectik memanggil proses kreatif dengan menemukan dan menyatukan tema
di bagian yang tampaknya terputus. Model Synectik beroperasi pada prinsip
menggunakan kemampuan pikiran yang luar biasa untuk menghubungkan yang tampaknya
tidak relevan unsur pemikiran
Synectik
is one of several techniques used to enhance brainstorming by taking a more
active role and introducing metaphor and structure into the process. In the
following, Synectik technique is defined in an applicative and practical
manner. Addressing new applicative structures of teaching techniques allows
instructors to get empirically and practically acquainted with different
techniques of teaching and makes the classroom more dynamic and more active through
modeling and simulation. Synectik is a Greek term which means relation and
connection and association of elements which are apparently unrelated, to
provide unlimited number of topics. The technique is massively applied in the
education of different courses.
In
1961, Gordon developed Synectik technique as a creative problem-solving
technique to think in a creative way through the use of analogies or metaphors.
Gordon wanted creative people routinely use this technique which was about
using metaphoric thinking to support novel ways of looking at issues or
problems. Gordon suggests that good teaching traditionally makes ingenious use
of analogies and metaphors to help students visualize content.
Originally,
Synectik was designed as a problem solving strategy, and has been successfully
used in education to introduce students to difficult or unfamiliar concepts .The
key to a successful learning experience that incorporates Synectik is the
ability to make physical, symbolic, or behavioral connections between the
strange and the familiar things (Fatemipour and Kordnaeej,2014:416).
Synectik adalah salah satu dari beberapa teknik yang digunakan untuk
meningkatkan brainstorming dengan mengambil peran yang lebih aktif dan memperkenalkan
metafora dan struktur ke dalam proses. Berikut ini, teknik Synectik
didefinisikan dengan cara yang aplikatif dan praktis. Mengatasi struktur
penerapan teknik pengajaran yang baru memungkinkan instruktur untuk secara
empiris dan praktis berkenalan dengan teknik pengajaran yang berbeda dan
membuat ruang kelas lebih dinamis dan lebih aktif melalui pemodelan dan
simulasi. Synectik adalah istilah Yunani yang berarti hubungan dan koneksi dan
asosiasi elemen-elemen yang tampaknya tidak berhubungan, untuk menyediakan
sejumlah topik yang tidak terbatas. Teknik ini diterapkan secara besar-besaran
dalam pendidikan kursus yang berbeda.
Pada tahun 1961, Gordon mengembangkan teknik Synectik sebagai teknik
pemecahan masalah yang kreatif untuk berpikir dengan cara kreatif melalui
penggunaan analogi atau metafora. Gordon ingin orang-orang kreatif secara rutin
menggunakan teknik ini yaitu tentang menggunakan pemikiran metafora untuk
mendukung cara-cara baru dalam memandang masalah atau masalah. Gordon
menunjukkan bahwa pengajaran yang baik secara tradisional membuat penggunaan
analogi dan metafora yang cerdik untuk membantu siswa memvisualisasikan konten.
Awalnya, Synectik dirancang sebagai strategi pemecahan masalah, dan telah
berhasil digunakan dalam pendidikan untuk memperkenalkan siswa kepada konsep
yang sulit atau tidak dikenal. Kunci untuk pengalaman belajar yang sukses yang
menggabungkan Synectik adalah kemampuan untuk membuat koneksi fisik, simbolik,
atau perilaku antara hal-hal aneh dan akrab.
Model Synectik mendorong siswa untuk menggunakan imajinasi, wawasan, dan
intuisi mereka untuk mengembangkan citra metafora yang dapat diekspresikan
melalui bahasa deskriptif yang unik. Sementara Synectik pada dasarnya merupakan
kegiatan kelompok, siswa yang telah belajar menggunakan pendekatan Synectik
dapat bekerja melalui beberapa langkah dari kegiatan Synectik terpandu dalam
pembelajaran cende secara individu atau dalam kelompok kooperatif juga. menggunakan
strategi Synectik untuk mengembangkan asosiasi bahasa di pusat pembelajaran
memungkinkan siswa untuk mempraktikkan keterampilan yang mengarahkan mereka
untuk menjadi penulis yang lebih kreatif, pemikir, dan pemecah masalah yang
memproses dan mengingat melalui visualisasi metafora.
The Synectik
model encourages students to use their imagination, insight, and intuition to
develop metaphorical images that can be expressed through unique, descriptive
language. While Synectik is by nature a group activity, student who have
learned to use the Synectik approach can work through some of steps of a guided
Synectik activity in a learning cende individually or in cooperative groups as
well. using the Synectik strategy of developing language assosiations in the
learning center allows students to practice the skills that lead them to become
more creative writers, thinkers, adn problem solver who process and remember
through metaphorical visualization (Canady and Rettig, 1996:182).
Gordon mendasarkan Synectik dalam empat gagasan yang
menantang pandangan konvensional tentang kreativitas. 'Pertama, kreativitas itu
penting dalam kegiatan sehari-hari. Sebagian besar dari kita mengasosiasikan
proses kreativitas dengan pengembangan karya-karya seni atau musik yang hebat,
atau mungkin dengan penemuan baru.
Kedua, Proses kreatif tidak semuanya misterius. itu dapat dijelaskan, dan
adalah mungkin untuk melatih orang secara langsung untuk meningkatkan
kreativitas mereka. Tradiosional, kreativitas dipandang sebagai kapasitas
misterius, bawaan dan pribadi yang dapat dihancurkan jika prosesnya diselidiki
secara mendalam.
Ketiga, penemuan Kreatif serupa di semua bidang - ars, ilmu, proses
intelektual yang mendasari yang sama ciri rekayasa. Ide ini bertentangan dengan
kepercayaan umum; pada kenyataannya, bagi banyak orang kreativitas terbatas
pada seni, sementara dalam teknik dan ilmu-ilmu itu adalah penemuan.
Asumsi keempat Gordon adalah bahwa penemuan individu dan kelompok (Berpikir
Kreatif) sangat mirip. Individu dan kelompok menghasilkan ide dan produk dengan
cara yang sama. Sekali lagi, ini sangat berbeda dari sikap bahwa, kreatvitas
adalah pengalaman yang sangat pribadi
Gordon bases Synectik
in four ideas that challenge conventional views about creativity. 'First,
creativity is important in everyday activities. Most of us associate the
creativity process with the development of great works of art or music, or
perhaps with a cleaver new invention.
Second, The
creative process is not t all mysterious. it can be described, and it is
posible to train persons directly to increased their creativity.
Tradiotionally, creativity is viewed as a mysterious, innate and personal
capacity that can be destroyed if its processes are probed to deeply.
Third, Creative
invention is similar in all fields - the ars, the sciences, the same underlying
intellectual processes characterize engineering. This idea is contrary to
common belief; in fact, to many people creativity is confined to the arts,
while in engineering and the sciences it is invention.
Gordon's
fourth assumption is that individual and group invention (Creative Thinking) is
very similar. Individuals and groups generate ideas and products in much the
same fashion. Again, this is very different from the stance that, creatvity is
an intensely personal experience (Singh,
et.al,l2008:194-196).
2.1.2. Model dan Tahapan Pembelajaran
Synectik
Model pembelajaran Synectik menolak asumsi bahwa guru memberikan
pengetahuan dan siswa hanya menyimpannya. Hal ini didasarkan pada filosofi
konstruktivis yang menganjurkan pembelajar menemukan dan membangun versi
pengetahuan mereka sendiri dengan pengalaman dan pengamatan mereka sendiri dan
dengan membentuk koneksi pribadi antara pengetahuan baru dan yang sudah ada.
Dalam model ini, bertujuan untuk merangsang kemampuan berpikir kreatif siswa
dengan membuat individu membawa perspektif yang berbeda dan dengan menggunakan
metafora, analogi, dan kontras yang terkait dengan subjek. Model ini dapat
digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar motivasi bagi siswa karena
membawa perspektif baru dan kreatif untuk mata pelajaran kompleks yang sulit
dipelajari. Dalam langkah-langkah penerapan model, ini bertujuan untuk
mendorong siswa untuk secara aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan
menciptakan lingkungan belajar yang kolaboratif melalui berbagi pendapat yang
berbeda tentang subjek pada saat yang sama.
Synectik
instructional model rejects the assumption that teachers provide knowledge and
students merely store it. It is based on the constructivist philosophy that
advocates learnersdiscover and construct their own versions of knowledge by
their own experiences and observations and by forming personal connections
between new and existing knowledge. In this model, it is aimed that stimulating
creative thinking skills of students by making individuals bring different
perspectives and by using metaphors, analogies, and contrasts related to the
subject. The model can be used to create motivational learning environments for
students because it brings new and creative perspectives to complex subjects
that are difficult to learn. In the application steps of the model, it is aimed
that encouraging students to actively participate in learning processes and to
create collaborative learning environments through sharing of different
opinions about the subject at the same time (Eristi and
Polat,2017:61).
Ada tiga Model Synectik: Model Synectik asli, Model Synectik Korporat, dan
Model Sinectik K-12 Dalam studi terkini, Model Sinectik K-12 digunakan. Model
ini mengikuti dua kegiatan dasar; membuat orang asing yang asing / menciptakan sesuatu yang baru dan membuat familiar yang aneh.
Kegiatan "membuat familiar aneh" digunakan dalam penelitian ini
dan
menurut Seligmann, kegiatan ini sering kali dimulai dengan bimbingan langsung guru. Ini mencegah siswa untuk membuat analogi yang tidak pantas dan menyebabkan belajar materi baru secara tidak benar.
menurut Seligmann, kegiatan ini sering kali dimulai dengan bimbingan langsung guru. Ini mencegah siswa untuk membuat analogi yang tidak pantas dan menyebabkan belajar materi baru secara tidak benar.
There are primarily three Synectik Models: the original Synectik
Model, corporate Synectik Model, and K-12 Synectik Model In current study K-12 Synectik
Model was used. This model follows two basic activities; making the familiar
strange/ creating something new and making the strange familiar
The
activity “making the strange familiar” was used in this study and
according
to Seligmann, this activity often begins with the teacher’s direct guidance.
This prevents students from drawing inappropriate analogies and cause to learn
new material incorrectly (Khan and Mahmood, 2017:255).
Menurut
Mutmainah dan Aquami (2016:71-72) , Adapun langkah-langkah dari Model Synectik
(Synectik) sebagai berikut:
a.
Strategi satu : menciptakan sesuatu yang baru
Fase 1 : Deskripsi kondisi sekarang
Guru meminta peserta didik mendeskripsikan situasi atau
topic yang dilihatnya pada saat ini.
Fase 2 : Analogi langsung
Peserta didik menyarankan analogi langsung, memilih,
dan mengeksplorasinya.
Fase 3 : Analogi personal
Peserta didik “menjadi” analogi yang dipilihnya pada
fase 2
Fase 4 : Penekanan konflik
Peserta didik mengambil deskripsi pada fase 2 dan fase
3, menyarankan beberapa penekanan konflik, dan memilih salah satu.
Fase 5 : Analogi langsung
Mengembangkan dan memilih analogi langsung yang lain
berdasarkan penekanan
konflik.
konflik.
Fase 6 : Memeriksa kembali ke tugas awal
Guru meminta siswa kembali ke tugas atau permasalahan
awal dan menggunakan Analogi terakhir untuk pengalaman Synectik.
b.
Strategi kedua: membuat sesuatu yang asing menjadi dikenal
Fase 1 : Menyediakan Input
Guru Menyediakan informasi atau topic baru
Fase 2 : Analogi langsung
Guru menyarankan analogi langsung dan meminta peserta
didik mendeskripsikan analogi.
Fase 3 : Analogi personal
Guru meminta peserta didik “menjadi” analogi langsung.
Fase 4 : Membandingkan analogi
Peserta didik mengindentifikasikan dan menjelaskan
kesamaan antara bahan yang baru dengan analogi langsung
Fase 5 : Menjelaskan perbedaan Peserta didik
menjelaskan letak ketidaksesuaian analogi.
Fase 6 : Eksplorasi Peserta didik mengeksplorasi
kembali topik awal dengan menggunakan bahasanya sendiri.
Fase 7 : Mengembangkan analogi Peserta didik memberikan analogi
sendiri dan mengekspolasi kesamaan seta perbedaannya.
Tahap pertama dari model Synectik, yaitu "membuat orang asing yang
tidak asing", membantu siswa untuk melihat pola dan hubungan baru dari
pengetahuan dan pemahaman yang sebelumnya dipelajari. Ini melibatkan tujuh
tahap di mana siswa menggambarkan suatu topik, membuat analogi langsung,
menggambarkan analogi pribadi, menemukan kata-kata yang bertentangan dalam
analogi pribadi, membuat analogi langsung baru, memeriksa kembali topik asli,
dan mengevaluasi semua langkah-langkah ini. Pertama, pelaksana tahap ini
meminta siswa untuk menemukan sebuah subjek yang bisa dari berbagai disiplin,
seperti karakter dari novel yang telah dibaca atau konsep seperti kebebasan
atau keadilan. Semua kata-kata deskriptif yang diucapkan ditulis di papan
tulis. Misalnya, siswa dapat memilih topik 'perasaan' dan kata-kata deskriptif
mungkin 'cinta, benci, dan marah'. Kedua, instruktur bertanya siswa untuk
memeriksa kata-kata deskriptif yang dihasilkan pada langkah dan bentuk
sebelumnya analogi antara kata-kata dan kategori yang tidak terkait yang mereka
pilih seperti 'mesin, tanaman, atau makanan'. Para siswa membentuk kalimat
seperti 'mawar mengingatkan saya pada cinta'. Ketiga, guru meminta siswa untuk
memilih salah satu analogi langsung dan membuat analogi pribadi dengan memberi
tahu siswa untuk merasa seperti objek dan menggambarkan bagaimana perasaan dan
kerjanya. Sebagai contoh, siswa ditanyai tentang bagaimana perasaan mereka jika
mereka adalah 'mawar'. Tanggapan mereka tertulis di papan tulis seperti 'hidup,
bahagia, baik, buruk, dan mati'. Pada tahap berikutnya, para siswa diarahkan
untuk menemukan pasangan kata-kata yang tampaknya melawan atau bertentangan
satu sama lain seperti 'baik-buruk, hidup-mati'. Pada tahap berikutnya, siswa
memilih salah satu pasangan kata dari langkah sebelumnya dan membuat analogi
langsung lainnya dengan memilih objek (hewan, mesin, dan buah) yang dijelaskan
oleh kata-kata berpasangan. Misalnya, 'hewan' dapat menjadi objek dan
'hidup-mati' dapat menjadi karakteristik yang dipilih oleh siswa. Untuk langkah
selanjutnya, siswa diminta untuk mengingat ide atau tugas awal sehingga mereka
dapat menghasilkan produk atau deskripsi yang menggunakan ide yang dihasilkan.
Mereka mungkin berkonsentrasi pada analogi akhir atau mereka dapat menggunakan
ide dari pengalaman total. Siswa membuat kalimat seperti 'perasaan seperti
singa. Mereka hidup tetapi kadang-kadang tampak mati '. Sebagai langkah
terakhir dari tahap ini, siswa mendiskusikan pengalaman dengan kelas dan
mengembangkan teknik untuk menentukan respon baik individu maupun kelompok
terhadap proses.
The
first stage of the Synectik model, namely ‘making the familiar strange’, helps
students to see new patterns and relationships from previously learned
knowledge and understandings. It involves seven stages through which the
students describe a topic, create direct analogies, describe personal
analogies, find conflicting words in personal analogies, create a new direct
analogy, reexamine the original topic, and evaluate all these steps. First, the
implementer of this stage asks students to find a subject that can be from any
discipline, such as a character from a novel that has been read or a concept
such as freedom or justice. All the descriptive words uttered are written on
the board. For instance, the students may choose the topic of 'feelings' and
the descriptive words may be 'love, hate, and anger’. Second, the instructor
asksstudents to examine the descriptive words generated in the previous step
and form analogies between the words and an unrelated category they select such
as 'machine, plant, or food'. The students form sentences like 'a rose reminds
me of love'. Third, teacher asks the students to select one of the direct
analogies and create personal analogies by telling the students to feel like
the object and describe how it feels and works. As an example, students are
questioned about how they would feel if they were a 'rose'. Their responses are
written on the board such as 'alive, happy, good, bad, and dead’. In the next
stage, students are directed in finding the pairs of words which seem to fight
or are in opposition to one another such as 'good-bad, alive-dead'. In the
following stage, students choose one of the pairs of words from the previous
step and create another direct analogy by selecting an object (animal, machine,
and fruit) that is described by the paired words. For instance, 'animal' can be
the object and 'alive-dead' can be the characteristics chosen by the students.
For the next step, students are required to remember the original idea or task
so that they may produce a product or description that uses the ideas
generated. They may concentrate on the final analogy or they may use ideas from
the total experience. Students create sentences like 'feelings are like lions.
They are alive but, sometimes appear to be dead'. As the final step of this
stage, students discuss the experience with the class and develop techniques
for determining both individual and group response to the process.
(Asmali and Saym,2017:45-46).
Menurut Hosna (2013:242-244) , Ada
lima tahapan model pembelajaran Synectik yang dapat dijadikan acuan oleh guru dan
siswa saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas, yaitu;
1)
Tahap in put substantif atau klarifikasi, yakni
mengomunikasikan topik atau
materi baru. Tahap ini sangat menunjang pada keberhasilan siswa terutama
saat ia memperoleh materi baru. Di MI, tahap klarifikasi topik/materi baru ini
ditandai dengan munculnya; (a) proses yang mempermudah siswa dalam
memahami materi baru yang disampaikan oleh guru; (b) sejumlah kesulitan
mengklarifikasi materi baru dan diselesaikan dengan menggunakan
perumpamaan, kiasan dan contoh-contoh; (c) penerapan teknik tanya jawab
kepada siswa terhadap materi baru yang dijelaskan oleh guru dan siswa
tampak antusias menjawab pertanyaan guru. Antusiasnya siswa menjawab
pertanyaan guru merupakan petunjuk ke arah sikap dan persepsi yang positif.
Untuk mengetahui bahwa siswa telah belajar dengan baik, komponen guru
dan kurikulum harus betul-betul saling berinteraksi dengan siswa. Sebagai pelaksana kurikulum, guru dituntut untuk dapat memutuskan cara mengorganisasikan pelaksanaan kurikulum seoperasional mungkin. Implementasi kurikulum itu hampir seluruhnya bergantung pada kreativitas, kecakapan, kesungguhan dan ketekunan guru. Berarti pada tahap ini, guru dituntut dapat menggambarkan struktur materi kurikulum. Tahap ini pun menuntut guru mengembangkan topik atau materi baru terutama saat menyusun rencana pembelajaran agar lebih terstruktur namun kreatif.
materi baru. Tahap ini sangat menunjang pada keberhasilan siswa terutama
saat ia memperoleh materi baru. Di MI, tahap klarifikasi topik/materi baru ini
ditandai dengan munculnya; (a) proses yang mempermudah siswa dalam
memahami materi baru yang disampaikan oleh guru; (b) sejumlah kesulitan
mengklarifikasi materi baru dan diselesaikan dengan menggunakan
perumpamaan, kiasan dan contoh-contoh; (c) penerapan teknik tanya jawab
kepada siswa terhadap materi baru yang dijelaskan oleh guru dan siswa
tampak antusias menjawab pertanyaan guru. Antusiasnya siswa menjawab
pertanyaan guru merupakan petunjuk ke arah sikap dan persepsi yang positif.
Untuk mengetahui bahwa siswa telah belajar dengan baik, komponen guru
dan kurikulum harus betul-betul saling berinteraksi dengan siswa. Sebagai pelaksana kurikulum, guru dituntut untuk dapat memutuskan cara mengorganisasikan pelaksanaan kurikulum seoperasional mungkin. Implementasi kurikulum itu hampir seluruhnya bergantung pada kreativitas, kecakapan, kesungguhan dan ketekunan guru. Berarti pada tahap ini, guru dituntut dapat menggambarkan struktur materi kurikulum. Tahap ini pun menuntut guru mengembangkan topik atau materi baru terutama saat menyusun rencana pembelajaran agar lebih terstruktur namun kreatif.
2)
Tahap penggabungan dari proses analogi langsung, perbandingan
analogi dan
penjelasan perbedaan. Tahap ini diawali dengan meminta siswa mengajukan
atau menganalogi secara langsung materi yang sedang dibahas melalui media
bagan. Kegiatan ini memfasilitasi siswa dalam mentransmisi dan
mentransformasi materi yang sedang dibahas. Di sini, guru bertugas
membimbing dan mendorong para siswa agar memiliki keberanian untuk
mengemukakan gagasan atau pendapat. Kegiatan membandingkan analogianalogi bertujuan mengidentifikasi dan menjelaskan kesamaan, perbedaan dan hubungan di antara aspek-aspek yang ada dalam objek atau kegiatan yang sedang berlangsung. Guru sedemikian rupa harus memotivasi siswa agar kemampuan siswa dalam memahami perbedaan-perbedaan yang ada dalam objek atau kegiatan yang dianalogikan dengan materi yang sedang dibahas terungkap dalam diskusi dan kemampuan berpikir kreatif siswa semakin meningkat. Penggunaan media pembelajaran berupa peta dan bagan
ditujukan untuk memperkuat pemahaman siswa terhadap materi yang bersifat
abstrak dan menyajikan materi secara visual dan terstruktur. Kemampuan
membaca peta dan bagan tentang suatu materi mencerminkan kemampuan
kognitif tingkat tinggi yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
siswa. Di MI kemampuan tersebut dicirikan dengan; (a) siswa tampak fokus
dan konsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini akan lebih
terungkap saat guru meminta siswa mendeskripsikan analogi tersebut dan
memberikan kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang dibahas; (b) muncul pertanyaan-pertanyaan
dari siswa yang memperlihatkan jenis pertanyaan berpikir. Pertanyaanpertanyaan yang diajukan siswa tersebut dapat mengindikasikan bahwa mereka melakukan proses belajar dengan benar. Saat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dapat dijawab dengan baik oleh siswa maka akan diketahui bahwa materi yang dibahas oleh guru dapat dipahami oleh siswa.
penjelasan perbedaan. Tahap ini diawali dengan meminta siswa mengajukan
atau menganalogi secara langsung materi yang sedang dibahas melalui media
bagan. Kegiatan ini memfasilitasi siswa dalam mentransmisi dan
mentransformasi materi yang sedang dibahas. Di sini, guru bertugas
membimbing dan mendorong para siswa agar memiliki keberanian untuk
mengemukakan gagasan atau pendapat. Kegiatan membandingkan analogianalogi bertujuan mengidentifikasi dan menjelaskan kesamaan, perbedaan dan hubungan di antara aspek-aspek yang ada dalam objek atau kegiatan yang sedang berlangsung. Guru sedemikian rupa harus memotivasi siswa agar kemampuan siswa dalam memahami perbedaan-perbedaan yang ada dalam objek atau kegiatan yang dianalogikan dengan materi yang sedang dibahas terungkap dalam diskusi dan kemampuan berpikir kreatif siswa semakin meningkat. Penggunaan media pembelajaran berupa peta dan bagan
ditujukan untuk memperkuat pemahaman siswa terhadap materi yang bersifat
abstrak dan menyajikan materi secara visual dan terstruktur. Kemampuan
membaca peta dan bagan tentang suatu materi mencerminkan kemampuan
kognitif tingkat tinggi yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
siswa. Di MI kemampuan tersebut dicirikan dengan; (a) siswa tampak fokus
dan konsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini akan lebih
terungkap saat guru meminta siswa mendeskripsikan analogi tersebut dan
memberikan kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang dibahas; (b) muncul pertanyaan-pertanyaan
dari siswa yang memperlihatkan jenis pertanyaan berpikir. Pertanyaanpertanyaan yang diajukan siswa tersebut dapat mengindikasikan bahwa mereka melakukan proses belajar dengan benar. Saat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dapat dijawab dengan baik oleh siswa maka akan diketahui bahwa materi yang dibahas oleh guru dapat dipahami oleh siswa.
3)
Tahap analogi personal. Pada tahap ini, siswa diminta mengajukan
pengandaian diri misalnya menjadi suatu objek, sesuai dengan materi yang
dibahas. Hal yang dipikirkan, dirasakan dan diperbuat siswa tidak boleh
terlalu dibatasi. Berikan kesempatan kepada mereka untuk berekspresi,
mengemukakan gagasan dan pendapatnya seleluasa mungkin. Di MI kegiatan
ini ditandai dengan gejala; (a) siswa tampak memunculkan gagasan-gagasan
yang beragam, dengan menggunakan teknik curah pendapat (brainstorming).
Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Synectik mampu melatih
siswa untuk mengeluarkan gagasan-gagasan yang dimilikinya; (b) teknik curah pendapat yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
pengandaian diri misalnya menjadi suatu objek, sesuai dengan materi yang
dibahas. Hal yang dipikirkan, dirasakan dan diperbuat siswa tidak boleh
terlalu dibatasi. Berikan kesempatan kepada mereka untuk berekspresi,
mengemukakan gagasan dan pendapatnya seleluasa mungkin. Di MI kegiatan
ini ditandai dengan gejala; (a) siswa tampak memunculkan gagasan-gagasan
yang beragam, dengan menggunakan teknik curah pendapat (brainstorming).
Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Synectik mampu melatih
siswa untuk mengeluarkan gagasan-gagasan yang dimilikinya; (b) teknik curah pendapat yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
4)
Tahap eksplorasi. Dalam tahap ini guru meminta siswa untuk
menjelajahi
kembali atau menjelaskan kembali topik atau materi yang dibahas sebelumnya dengan menggunakan bahasa sendiri. Untuk itu, diperlukan bimbingan dari guru agar tahap ini berjalan dengan baik. Siswa juga diminta membuat catatan untuk mendokumentasikan hasil pekerjaannya. Di MI kegiatan ini ditandai dengan; (a) siswa dengan antusias menjelaskan kembali materi yang sebelumnya disampaikan oleh guru dengan menggunakan bahasa sendiri. Kata-kata yang digunakan siswa untuk menjelaskan kembali materi yang sudah disampaikan oleh guru, ternyata cenderung mengarah kepada makna yang sama. Artinya siswa sudah mampu mengolah materi pelajaran yang sebelumnya disampaikan oleh guru; (b) hasil pekerjaan siswa didiskusikan dengan teman-temannya, sehingga dapat dikaji secara bersama-sama.
kembali atau menjelaskan kembali topik atau materi yang dibahas sebelumnya dengan menggunakan bahasa sendiri. Untuk itu, diperlukan bimbingan dari guru agar tahap ini berjalan dengan baik. Siswa juga diminta membuat catatan untuk mendokumentasikan hasil pekerjaannya. Di MI kegiatan ini ditandai dengan; (a) siswa dengan antusias menjelaskan kembali materi yang sebelumnya disampaikan oleh guru dengan menggunakan bahasa sendiri. Kata-kata yang digunakan siswa untuk menjelaskan kembali materi yang sudah disampaikan oleh guru, ternyata cenderung mengarah kepada makna yang sama. Artinya siswa sudah mampu mengolah materi pelajaran yang sebelumnya disampaikan oleh guru; (b) hasil pekerjaan siswa didiskusikan dengan teman-temannya, sehingga dapat dikaji secara bersama-sama.
5)
Tahap kelima adalah memunculkan analogi baru. Tahap ini merupakan
pengajuan analogi langsung atas materi yang sedang dibahas. Siswa diharapkan dapat mengajukan analogi langsung yang telah dikuasainya dan
mampu menjelaskan persamaan dan perbedaannya. Untuk mencapai hal
tersebut, guru perlu melakukan serangkaian kegiatan, yaitu meminta siswa
mengajukan analogi langsung atas materi semula dengan objek atau kegiatan
lain, mendiskusikan persamaan dan perbedaannya, menyimpulkan dan
merangkum hasil pekerjaannya. Di sini, yang dipentingkan adalah
argumentasi, mengapa sebuah objek atau kegiatan tertentu dianalogikan
dengan materi yang sedang dibahas. Setelah selesai melaksanakan tahap ini,
guru melakukan evaluasi terhadap hasil pekerjaan siswa yang mengandung
unsur-unsur kemampuan berpikir kreatif. Tujuan dari kegiatan ini adalah
untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa (kelancaran, kelenturan,
keaslian dan kerincian). Model pembelajaran Synectik di MI cenderung
berkontribusi lebih baik kepada siswa dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kreatifnya.
pengajuan analogi langsung atas materi yang sedang dibahas. Siswa diharapkan dapat mengajukan analogi langsung yang telah dikuasainya dan
mampu menjelaskan persamaan dan perbedaannya. Untuk mencapai hal
tersebut, guru perlu melakukan serangkaian kegiatan, yaitu meminta siswa
mengajukan analogi langsung atas materi semula dengan objek atau kegiatan
lain, mendiskusikan persamaan dan perbedaannya, menyimpulkan dan
merangkum hasil pekerjaannya. Di sini, yang dipentingkan adalah
argumentasi, mengapa sebuah objek atau kegiatan tertentu dianalogikan
dengan materi yang sedang dibahas. Setelah selesai melaksanakan tahap ini,
guru melakukan evaluasi terhadap hasil pekerjaan siswa yang mengandung
unsur-unsur kemampuan berpikir kreatif. Tujuan dari kegiatan ini adalah
untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa (kelancaran, kelenturan,
keaslian dan kerincian). Model pembelajaran Synectik di MI cenderung
berkontribusi lebih baik kepada siswa dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kreatifnya.
2.1.3. Tahap Kreatif dalam
Proses Synektik
Keberhasilan yang
didapatkan oleh siswa bukan hanya dapat dilihat dari aspek kognitifnya saja
melainkan guru harus mampu mengembangkan aspek afektif dan psikomotorik. Salah
satu aspek afektif dan psikomotorik yang mampu dikembangkan oleh siswa yaitu
kreativitas dalam proses pembelajaran. Guru harus mampu mengambangkan
kreativitas siswa, karena setiap siswa pasti memiliki tingkat kreativitas yang
berbeda-beda. Kreativitas merupakan faktor yang menjadi pendukung siswa dalam
meraih keberhasilannya, dengan kreativitas yang dimiliki siswa maka siswa
tersebut akan mampu mengembangkan apa yang mampu dilakukannya. Kreativitas
bukan hanya menciptakan suatu benda tetapi gagasan-gagasan yang di berikan oleh
siswa ketika proses pembelajaran.
Kreativitas
siswa juga sangat dibutuhkan untuk menunjang proses pembelajaran. Kreativitas
yang dimiliki oleh siswa mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan
proses pembelajaran, dengan penyampaian ide dan gagasan di setiap proses
pembejalaran maka siswa akan mampu meningkatkan hasil belajaranya. Siswa dengan
prestasi rendah tidak memiliki bekal untuk belajar materi-materi baru, sehingga
dibutuhkan kerjasama dan kreativitas agar kegiatan pembelajaran dapat terserap
oleh semua siswa. model pembelajaran yang cocok untuk mengembangkan kerjasama
antar siswa adalah model pembelajaran kooperatif karena model ini dapat membuat
pembelajaran kreatif, menyenangkan dan siswa menjadi aktif dalam kegiatan
pembelajaran (Wahyudin,dkk,2017:2-3).
Kreativitas
adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas
dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengolaborasi suatu gagasan. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa kreativitas sebagai keseluruhan kepribadian yang merupakan
hasil interaksi dengan lingkungannya. Artinya, lingkungan yang merupakan tempat
individu berinteraksi itu dapat mendukung berkembangnya kreativitas, tetapi ada
juga yang justru menghambat berkembangnya kreativitas individu. Menurut Nana,
kreatifitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data,
informasi atau unsur yang ada. Dijelaskan juga bahwa data atau informasi yang
tersedia tersebut memungkinkan suatu jawaban terhadap berbagai permasalahan
yang ada dengan penekannya pada kualitas atau mutu, ketetapatgunaan, dan
keragaman jawaban. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kreatifitas seseorang
akan mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinilitas seseorang dalam
berpikir serta membuat seseorang mempunyai kemampuan untuk mengelaborasi suatu
gagasan. Berdasarkan uraian pendapat di atas disimpulkan bahwa kreatifitas
adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menemukan dan menciptakan
sesuatu hal yang baru, cara-cara baru, model baru yang berguna bagi dirinya dan
bagi orang lain. Jika dikaitakan dengan pengembangan kreatifitas siswa di
sekolah, maka dapat dikatakan bahwa pengembangan kreatifitas siswa adalah
kemampuan yang dimiliki oleh guru untuk menemukan dan menciptakan sesuatu hal
yang baru, cara-cara baru, model baru dalam pembelajaran agar siswa menjadi
kreatif, bukan membuat siswa menerima saja yang diajarkan guru (Kenedi,2017:332-333).
Creative
teaching involves ownership of knowledge. The teacher is not simply relaying
somebody else’s information on to pupils, the conveyer of other people’s news,
which is then tested by instruments devised by others. The knowledge that they
are concerned to produce and construct in children has been incorporated into
their own life-worlds. It has become part of
their own knowledge as applied to the social circumstances of their own
classrooms and the social backgrounds of their students.
It follows that
creative teachers have control of their own pedagogy. They choose what methods,
and what combination of methods, to employ, and when. Creative teachers are
also able to create and avail themselves of opportunities to teach creatively.
They know how to exploit the ‘implementation gap’ between government
educational policy and putting it into practice. They are also expert in taking
advantage of the unexpected to promote learning.
(Jeffrey and Woods,2009:1-2).
Pengajaran kreatif melibatkan kepemilikan pengetahuan. Gurunya tidak
hanya menyampaikan informasi orang lain kepada siswa, pembawa pesan
berita orang lain, yang kemudian diuji oleh instrumen yang dibuat oleh orang lain.
Pengetahuan yang mereka miliki untuk menghasilkan dan membangun pada anak-anak telah dimasukkan ke dalam dunia-kehidupan mereka sendiri. Ini telah menjadi bagian dari pengetahuan mereka sendiri sebagaimana diterapkan pada keadaan sosial kelas mereka sendiri dan latar belakang sosial siswa mereka.
hanya menyampaikan informasi orang lain kepada siswa, pembawa pesan
berita orang lain, yang kemudian diuji oleh instrumen yang dibuat oleh orang lain.
Pengetahuan yang mereka miliki untuk menghasilkan dan membangun pada anak-anak telah dimasukkan ke dalam dunia-kehidupan mereka sendiri. Ini telah menjadi bagian dari pengetahuan mereka sendiri sebagaimana diterapkan pada keadaan sosial kelas mereka sendiri dan latar belakang sosial siswa mereka.
Ini berarti bahwa guru kreatif memiliki kendali atas pedagogi mereka
sendiri.
Mereka memilih metode apa, dan kombinasi metode apa yang digunakan,
dan kapan. Guru kreatif juga dapat membuat dan memanfaatkan diri mereka sendiri kesempatan untuk mengajar secara kreatif. Mereka tahu bagaimana memanfaatkan 'kesenjangan implementasi' antara kebijakan pendidikan pemerintah dan mempraktikkannya. Mereka juga ahli dalam mengambil manfaat dari hal-hal tak terduga untuk meningkatkan pembelajaran.
Mereka memilih metode apa, dan kombinasi metode apa yang digunakan,
dan kapan. Guru kreatif juga dapat membuat dan memanfaatkan diri mereka sendiri kesempatan untuk mengajar secara kreatif. Mereka tahu bagaimana memanfaatkan 'kesenjangan implementasi' antara kebijakan pendidikan pemerintah dan mempraktikkannya. Mereka juga ahli dalam mengambil manfaat dari hal-hal tak terduga untuk meningkatkan pembelajaran.
Kreativitas adalah setiap tindakan, gagasan,
atau produk yang mengubah sesuatu yang sudah ada domain, atau yang mengubah domain yang ada menjadi domain baru. Dan definisi dari orang yang kreatif adalah: seseorang yang pikirannyaatau
tindakan mengubah domain, atau membuat domain baru. Penting untuk diingat,
bahwa domain tidak dapat diubah tanpa persetujuan eksplisit atau implisit dari
bidang yang bertanggung jawab untuk itu. Jadi apa yang dianggap efektif adalah apakah
apa yang dihasilkan diterima dimasukkan dalam domain, dan meskipun seorang
individu mungkin merasa luar biasa kreatif, jika pandangan mereka tidak dibagi
oleh para penjaga gerbang domain, mereka
ide-ide akan dianggap tidak orisinal atau tidak kreatif, tidak menambahkan apa pun pada budaya domain itu. Bahkan memiliki sifat kreatif atau bakat, seperti kemampuan musik, atau hadiah untuk patung, atau usaha ilmiah, tidak
cukup jika mereka tidak bertemu dengan apa yang diterima untuk dimasukkan.
ide-ide akan dianggap tidak orisinal atau tidak kreatif, tidak menambahkan apa pun pada budaya domain itu. Bahkan memiliki sifat kreatif atau bakat, seperti kemampuan musik, atau hadiah untuk patung, atau usaha ilmiah, tidak
cukup jika mereka tidak bertemu dengan apa yang diterima untuk dimasukkan.
Creativity is
any act, idea, or product that changes an existingdomain, or that transforms an
existing domain into a new one. And the definition of a creative person is:
someone whose thoughts or actions change a domain, or establish a new domain.
It is important to remember, however, that a domain cannot be changed without
the explicit or implicit consent of a field responsible for it. So what counts
effectively is whether what is produced is accepted for inclusion in the
domain, and although an individual may feel marvelously creative, if their view
is not shared by the gatekeepers of the domain, their ideas will be deemed
unoriginal or uncreative, adding nothing to the culture of that domain. Even
having creative traits or talents, such as musical ability, or a gift for
sculpture, or scientific endeavour, is not enough if they do not meet with what
is acceptable for inclusion (McIntosh,2010:96).
Menurut
Silver, Ada dua pandangan tentang kreatifitas, yaitu kreativitas genius dan
kreativitas hasil penelitian terbaru. Pertama, Pandangan yang disebut
kreativitas genius, menurut pandangan ini, tindakan kreatif dipandang sebagai
ciri-ciri mental yang langka, yang dihasilkan oleh individu luar biasa berbakat
melalui penggunaan proses pemikiran yang luar biasa, cepat, dan spontan.
Pandangan ini mengatakan bahwa kreativitas tidak dapat dipengaruhi oleh
pembelajran dan kerja kreatif, tetapi lebih merupakan suatu kejadian tiba-tiba
daripada suatu proses panjang sampai selesai seperti yang dilakukan dalam
sekolah. Jadi, dalam pandangan ini ada batasan untuk menerapkan kreativitas
dalam dunia pendidikan. Pandangan pertama ini telah banyak dipertnyakan dalam
penelitian-penelitian terbaru, dan bukan lagi merupakan pandangan kreativitas
yang dapat diterapkan kepada pendidikan.
Kedua,
pandangan yang merupakan pandangan baru kreatvitas yang muncul dari penelitian-penelitian
terbaru bertentangan dengan pandangan genius. Pandangan ini menyatakan bahwa
kreativitas berkaitan erat dengan pemahaman yang mendalam, fleksibel di dalam
isi dan sikap, sehingga dapat dikaitkan dengan kerja dalam periode panjang yang
disertai perenungan. Jadi, kreativitas bukan hanya gagasan yang cepat dan luar
biasa. Menurut pandangan ini, kreativitas dapat ditanamkan pada kegiatan pembelajaran
dan lingkungan sekitar
(Susanto,2013:99-100).
2.1.4. Kelebihan dan Kekurangan
Model Pembelajaran Synectik
Menurut
Mutmainah dan Aquami (2016:72-73), Adapun
kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Synectik menurut Sakdiahwati
dalam Jurnal Lilis Purwanti yang berjudul Peningkatan Aktivitas Pembelajaran IPA Dengan Media Benda Konkret Pada Siswa Kelas II Sdn 01 Kaling Tasikmadu Karanganyar yaitu sebagai berikut:
dalam Jurnal Lilis Purwanti yang berjudul Peningkatan Aktivitas Pembelajaran IPA Dengan Media Benda Konkret Pada Siswa Kelas II Sdn 01 Kaling Tasikmadu Karanganyar yaitu sebagai berikut:
a. Kelebihan
1) Model ini bermanfaat untuk mengembangkan pengertian
baru pada diri siswa tentang suatu masalah sehingga dia sadar bagaimana
bertingkah laku dalam situasi tertentu.
2) Model ini bermanfaat karena dapat mengembangkan
kejelasan pengertian dan internalisasi pada diri siswa tentang materi baru.
3) Model ini dapat mengembangkan berpikir kreatif, baik
pada diri siswa maupun guru.
4) Model ini dilaksanakan dalam suasana kebebasan
intelektual dan kesamaan martabat antara siswa.
5) Model ini membantu siswa menemukan cara berpikir baru
dalam memecahkan suatu masalah.
b. Kekurangan
1) Sulit dilakukan
oleh guru dan siswa yang sudah terbiasa menggunakan cara lama yang menekankan
pada penyampaian informasi.
2) Model ini menitik beratkan pada berpikir reflektif dan
majinatif dalam situasi tertentu, maka kemungkinan besar siswa kurang menguasai
fakta-fakta dan prosedur pelaksanaan atau keterampilan.
3) Kurang memadainya sarana dan prasarana pendidikan di
sekolah-sekolah.
2.1.5. Karakteristik Model Pengajaran Synectik
Menurut Joyce (2016:261-266), Model Pengajaran dari Model Pembelajaran
Syntectik diantaranya :
1.
Sintaks
Sebetulnya ada dua
strategi atau model pengajaran yang didasrkan pada prosedur Synectik. Salah
satu diantarana, menciptakan sesuatu yang baru, dirancang untuk membuat hal
yang asing menjadi familier, untuk membantuk siswa melihat masalah-masalah,
gagasan, atau produk-produk lama dalam cahaya yang lebih kreatif. Strategi
lain, membuat yang asing/aneh menjadi familiar, dirancang untuk membuat gagasan
baru yang tidak familier menjadi lebih bermakna. Meskipun kedua strategi
menggunakan tiga jenis anaogi, tujuannya, sintaks, dan prinsip-prinsip
reaksinya berbeda. Kita mengacu pada penciptaan sesuatu yang baru sebagai
strategi satu dan membuat yang asing/aneh menjadi familier sebagai strategi
dua.
a.
Sintaks
Strategi Satu
Strategi satu
membantu siswa melihat hal-hal familiar dengan cara yang tidak familiar dengan
menggunakan analogi-analogi untuk menciptakan jarak konseptual. Kecuali untuk
tahap akhir, di mana siswa kembali ke masalah asli, mereka tidak membuat
perbandingan sederhana. Tujuan strategi ini mungkin untuk mengembangkan
pemahaman baru; untuk berempati dengan show-off (sifat pamer) atau bully; untuk
merancang pintu utama atau kota; untuk memecahkan masalah social atau
masalah-masalah antar-personal, seperti pemogokan tidak perlu, atau dua siswa
yang erkelahi; atau memecahkan masalah pribadi, seperti bagaimana
berkonsentrasi dengan lebih baik ketika membaca. Proses Synectik tidak boleh
tergesa-gesa. Peran penting guru adalah untuk menjaga terhadap analisis yang
premature dan penutupan.
Fase Satu :
Deskripsi Kondisi yang Ada
|
Guru meminta siswa menjelaskan situasi atau topic ketika mereka
melihatnya sekarang
|
Fase Dua :
Analogi Langsung
|
Siswa menunjukkan analogi langsung, memilih satu analogi, dan
mengeksplorasinya (mendeskripsikannya) lebih lanjut
|
Fase Tiga :
Analogi Personal
|
Siswa siswa “menjadi” analogi yang mereka pilih di fase dua
|
Fase Empat :
Konflik yang dipersigkat
|
Siswa-siswa mengambil deskripsi dari fase dua dan tiga,
menunjukkan beberapa konflik yang dipersingkat, dan memilih satu
|
Fase Lima :
Analogi Langsung
|
Siswa-siswa menghasilkan dan memilih satu analogi langsung lain,
berdasarkan konflik yang dipersingkat
|
Fase Enam :
Menguji Kembali Tugas Asli
|
Guru meminta Siswa kembali ke tugas atau masalah asli dan
menggunakan analogi terakhir dan/atau seluruh pengalaman Synectik
|
b.
Sintaks
Strategi dua
Strategi dua, membuat yang aneh/asing menjadi familiar, berusaha
untuk meningkatkan pemahaman siswa dan internalisasi bahan baru atau bahan yang
sulit secara substansial. Dalam strategi ini, metafora digunakan untuk
menganalisis, bukan untuik menciptakan jarak konseptual sperti pada strategi
satu. Sebagai contoh guru dapat menyajikan konsep budaya kepada siswa-siswanya.
Dengan menggunakan analogi yang familier (seperti kompor atau rumah),
siswa-siswa mulai mendefinisikan karakteristik yang ada dan
karakteristik-karakteristik yang kekurangan konsep. Strategi bersifat analitis
dan konvergen: siswa-siswa terus-menerus bergantian antara mendefinisikan
karakteritik subjek yang lebih familier dan membandingkannya dengan
karakteristik topic yang tidak familier.
Pada strategi
satu, siswa-siswa mengerjakan serangkaian analogi tanpa batasan logis; jarak
konseptual ditingkatan, dan imajinasi bebas untuk berkelana. Pada strategi dua,
siswa berusaha untuk menghubungkan dua gagasan dan mengidentifikasi hubungan
itu ketika mereka mengerjakan analogi. Strategi yang dipilih guru tergantung
pada apkah guru berusaha untuk membantu siswa-siswa menciptakan sesuatu yang
baru atau untuk mengeksplorasi sesuatu yang tidak familiar.
Fase Satu :
Input
Substantif
|
Guru
memberikan informasi tentang topic baru.
|
Fase Dua :
Analogi
Langsung
|
Guru
menunjukkananalogi langsung dan meminta siswa untuk mendeskripsikan analaogi.
|
Fase Tiga :
Analogi
Personal
|
Guru meminta
siswa “menjadi” analogi langsung
|
Fase Empat :
Membandingkan
Analogi
|
Siswa-siswa
mengidentifikasi dan menerangkan poin-poin kesamaan antara bahan yang baru
dan analogi langsung.
|
Fase Lima :
Menerangkan
Perbedaan
|
Siswa-siswa
menerangkan dimana analogi tidak cocok
|
Fase Enam :
Eksplorasi
|
Siswa-siswa
mengeksplorasi kembali topic asli menurut istilah mereka sendiri
|
Fase Tujuh :
Menghasilkan
Analogi Langsung
|
Siswa-siswa
memberikan analogi langsungnya sendiri dan mengeksplorasi pemahaman mereka
terhadap analogi tersebut
|
2.
Sistem Sosial : Kedua Strategi
Kedua strategi,
dengan guru yang mngawali pengurutan dan membantu penggunaan mekanisme
operasional. Guru juga membantu siswa mencerdaskan proses mental mereka. Namun,
siswa-siswa memiliki kebebasana dalam pembahasan open-ended ketika mereka turut
serta dalam memecahkan masalah metaforis. Norma-norma kerja sama, “memainkan
angan-angan:, dan kesetaraan intelektual serta emosional sangat penting untuk
memantapkan seting untuk memecahkan masalah secara kreatif. Penghargaan
bersifat internal, berasal dari kepuasan dan kebahagiaan siswa terhadap
kegiatan pembelajaan.
3.
Prinsip-Prinsip Reaksi: Kedua Strategi
Para guru mencatat
seberapa jauh siswa terlihat terikat dengan pola berpikir yang teratur, dan
para guru berusaha untuk memengaruhi tahapan psikologis yang mungkin
menghasilkan respons kreatif. Selain itu, para guru sendiri harus menggunakan
ketidakrasionalan untuk mendorong siswa yang malas agar dengan sendirinya
menikmati ketidakterkaitan, fantasi, simbolisme, dan perlengkapan lain yang
diperlukan untuk memcahkan seperangkat alur berpikir. Karena guru sebagai model
mungkin penting untuk metode, guru harus belajar menerima sesuatu yang aneh dan
tidak biasa. Guru harus menerima penilainan eksternal tentang ungkapan kreatif
mereka. Semakin sulit masalah atau kelihatannya semakin sulit, maka semakin
perlu bagi para guru untuk menerima analogi-analogi yang terlalu jauh sehingga
siswa mengembangkan perspektif yang segar.
Para guru
sebaiknya menjaga agara tidak melakukan analisis yang terlalu dini. Mereka juga
mengklarifikasi dan merangkum kemajuan kegiatan pembelajran, sehingga
menghasilkan perilaku memecahkan masalah dari siswa. Para guru perlu mengingat,
di kebanyakan sekolah, ada
ketergesa-gesaan untuk menutup perdebatan.
4.
Sistem Pendukung : Kedua Strategi
Hampir semua
kelompok memerlukan pemberian fasilitas oleh seorang pemimpin yang kopeten
dalam prosedur Synectik. Dalam kasus masalah ilmiah, juga diperlukan sebuah
laboratorium yang dapat membangun model-model pengajaran dan perlengkapan lain
untuk membuat masalah-masalah menjadi konkret dan untuk memungkinkan penemuan
praktis berlangsung. Siswa memerlukan ruang kerjanya sendiri dan lingkungan di
mana kreativitas akan dihargai dan dimanfaatkan. Ruang kelas khusus mungkin
dapat menyediakan kebutuhan-kebutuhan ini, tetapi sebuah kelompok besar ruang
kelas mungkin menjadi terlau besar untuk banyak kegiatan Synectik, dan kelompok
yang lebih kecil perlu untuk diciptakan
2.1.6. Penerapan Model
Pembelajaran Synektik
1.
Menggunakan Synectik dalam
Kurikulum
Synectik
dirancang untuk meningkat kreativitas individu dan kelompok. Saling berbagi
pengalaman Synectik dapat membangun perasaan komunitas diantara siswa.
Siswa-siswa belajar tentang rekan sekelas mereka ketika mereka memperhatikan
kemudian bereaksi terhadap gagasan atau masalah. Pemikiran dinilai menyangkut
potensi kontribusinya terhadap peroses kelompok. Prosedur Synectik membantu
menciptakan sebuah komunitas yang setara dimana hanya memiliki sebuah pemikiran
adalah satu-satunya dasar bagi status. Norma ini dan norma permainan dengan
cepat memberikan dukungan bahkan kepada peserta yang paling malu-malu.
Prosedur Synectik
dapat diguna untuk siswa-siswa disemua bidang kurikulum. Prosedur Synectik
dapat diterapkan pada diskusi guru-siswa diruang kelas dan materi-materi yang
dibuat guru untuk para siswa. Produk atau sarana kegiatan Synectik tidak selalu
perlu dituliskan; produk atau sarana dapat berupa lisan, atau dapat meng-ambil
bentuk role play, gambar, atau grafik, atau hanya perubahan pada perilaku.
Ketika menggunakan Synectik untuk memperhatikan masalah-masalah sosial atau
masalah perilaku, anda dapat berharap untuk memperhatikan perilaku situaasional
sebelum dan setelah kegiatan Synectik dan mengamati perubahannya. Juga menarik untuk menyeleksi gaya- gaya
penggungkapan yang berlawan dengan topik aslinya, seperti meminta siswa untuk
menggambar bertema prasangka atau diskriminasi. Konsepnya abstrak,tetapi gaya
pengungkapannya konkret.
2.
Menulis kreatif
Strategi satu dari model Synectik dapat langsung diterapkan ke
menulis kreatif, bukan hanya karena ia merangsang penggunaan analogi-analogi,
tetapi karena ia membantu “memecahkan perangkat (break set)” ketika penulis berusaha untuk memperluas jangkauan
perlengkapan yang dapat mereka menggunakan untuk mendekati tugas-tugas
ekspresif dalam genre yang bersifat menjelaskan (expository), persesuasif, dan naratif.
3.
Mengeksplorasi Masalah Sosial
Strategi satu memberikan alternatif untuk mengeksplorasi isu-isu
sosial, khususnya isu-isu dimana para siswa diberi definisi dan sosial.
Meta-fora menciptakan jarak, sehingga konfrontasi tiodak mengancam pembelajar,
dan diskusi serta pengujian diri dimungkinkan. Fase analogi personal sangat
penting untuk mengembangkan wawasan
4.
Memecahkan Masalah
Tujuan strategi dua adalah untuk memecahkan perangkat (break set)
dan mengkonseptualisasi masalah dengan cara baru agar dapat menyarankan
pendekatan segar dalam kehidupan pribadi serta diruang kelas hubungan sosial
didalam kelas, resolusi konflik, sebagai untuk mengatasi kegelisahan akan
pelajaran matematika, bagaimana agar mereka lebih baik ketika mengenakan
kacamata, bagaimana menghentikan kebiasaan menggoda orang-daftar tersebut tidak
pernah berakhir
5.
Menciptakan Desain atau Produk
Synectik juga dapat digunakan untuk menciptakan produk atau desain.
Produk adalah sesuatu yang berwujud, seperti lukisan, bangunan atau rak buku,
sedangkan desain adalah sebuah rancangan, seperti gagasan untuk pesta atau alat
transportasi baru. Sebetulnya, desain atau rencana menjadi nyata, tetapi untuk
tujuan modl ini mereka tetap berada sebagai sketsa garis besar.
6.
Memperluas Perspektif Konsep Kita
Gagasan abstrak seperti budaya, prasangka, dan ekonomi sulit untuk
diinternalisasikan karena kita tidak dapat melihat dengan cara yang sama
seperti kita dapat melihat meja atau bangunan, tetapi kita sering
menggunakannya dalam bahasa kita. Synectik adalah cara yang baik untuk membuat
gagasan yang “aneh / asing” menjadi familier dan dengan demikian memperoleh
prespektif lain tentang hal ini.
Kita telah
mengetahui bahwa Synectik dapat digunakan untuk semua usia, meskipun untuk
anak-anak yang masih sangat kecil cara yang paling baik adalah dengan
memberikannya bersmaan dengan latihan pemanasan (stretching exercise). Di luar
itu semua, penyesuaian sama seperti untuk pendekatan pengajaran
lainnya-kepedulian untuk bekerja konkret, penuh perhatian, dan penjelasan prosedur
yang baik.
Model pengajaran
sering bekerja efektif untuk siswa yang menarik diri dari kegiatan pembelajaran
yang lebih akademik karena mereka tidak bersedia mengambil risiko untuk menjadi
salah. Sebaliknya, siswa berprestasi yang hanya nyaman memberikan respons yang
mereka yakin “benar” sering merasa enggan untuk mengambil bagian. Kita percaya
bahwa untuk alasan ini saja, Synectik sangat berguna untuk semua orang.
Synectik mudah
dikombinasikan dengan model-model pengajaran lain. Synectik dapat melonggarkan
konsep-konsep yang sedang dieksplorasi melalui permainan peran (role playing),
penyelidikan kelompok atau pemikiran yurisprudensi; dan memperluas kekayaan
masalah dan perasaan terbuka oleh model pengajaran lain dalam kelompok
personal.
Penggunaan Synectik
yang paling efektif berkembang setiap saat. Ia memiliki hasil jangka pendek
dalam melonggarkan pandangan konsep dan masalah, tetapi ketika siswa-sisa
berulang kali mengalaminya, mereka dapat belajar bagaimana menggunakannya
dengan keterampilan yang semakin
meningkat- dan mereka belajar untuk memasuki gaya metafora dengan
semakin mudah dan lengkap.
2.2.
Kajian Kritis
Pengertian Model Belajar Synektik
Synectik adalah suatu model mengajar untuk mengembangkan kreatifitas
berfikir siswa baik secara kelompok maupun secara individual dan dapat pula
mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam proses belajar mengajar didukung
dengan suatu pekerjaan yang unik seperti seni, musik, atau penemuan-penemuan
yang baru, model ini juga menekankan
pada peningkatan kreatifitas untuk memecahkan masalah yang dihadapi jadi
kreatifitas bukanlah sesuatu yang misterius, tetapi dapat diuraikan dan
dijelaskan proses dan prosedurnya
Model
Synectik dapat bermanfaat dalam pembuatan kurikulum karena model Synectik
dirancang untuk meningkatkan kreatifitas siswa baik secara individu maupun
secara kelompok. Dengan pengalaman Synectik ini dapat membentuk perasaan
kemasyarakatan para siswa. Siswa tersebut dapat belajar satu sama lain seperti
melihat bagaimana rekan-rekannya bereaksi tentang suatu ide atau masalah.
Model
Synectik dapat merangsang kreasi menulis siswa karena aktivitas metaporik dari
model Synectik merangsang imajinasi siswa, dan hal ini membentuk fikiran dan
perasaan siswa dalam menulis.
Model
Synectik dapat menjelajahi masalah-masalah karena strategi dari model Synectik
ini yakni, metapora atau analogi menciptakan jarak, sehingga konfrontasi itu
tidak mengancam siswa dan memungkinkan terjadinya diskusi dan saling menguji
diri. Model Synectik ini dapat pula membantu memecahkan baik masalah pribadi
maupun masalah sosial dan itu dapat dipertanggungjawabkan.
Model
Synectik dapat pula digunakan untuk menciptakan suatu rencana atau produk.
Produk adalah suatu yang nyata seperti lukisan, gedung atau buku-buku, sedangkan
suatu pola seperti ide-ide, konsep-konsep, atau pemahaman baru yang
dipergunakan sebagai bahan untuk transportasi.
Model
Synectik dapat pula memperluas pandangan tentang suatu konsep, karena model ini
dapat dimanfaatkan untuk semua tingkatan umur, meskipun oleh anak-anak yang
masih sangat mudah untuk memperkuat atau memperpanjang latihan.
Sesuai
dengan analisa tersebut di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
kelemahan model Synectik itu dapat ditutupi oleh keunggulan model Synectik.
Prosedur Synectik dapat dimanfaatkan siswa dalam semua bidang studi baik sains
maupun seni. Dapat pula prosedur ini diaplikasikan terhadap hubungan guru siswa
di dalam kelas di mana guru membuat materi untuk siswa-siswanya.
Tahap – tahap Model Synectik
Ada
dua strategi atau model mengajar yang mendasari prosedur Synectik itu yakni,
strategi pertama menciptakan sesuatu yang baru sedangkan strategi kedua :
memperkenalkan keanehan.
Strategi
pertama membantu para siswa melihat sesuatu yang dikenalkannya melalui sesuatu
yang tidak dikenal dengan mempergunakan analogi-analogi untuk menciptakan
konsep jarak, kecuali dalam langkah yang terakhir, para siswa kembali ke
masalah yang sebenarnya dengan memberikan perbedaan yang berarti. Tujuan
strategi ini untuk dapat mengembangkan suatu pemahaman baru, misalnya terhadap
gerak-gerik atau tingkah laku seseorang, pemecahan masalah-masalah hubungan
sosial, antara lain perkelahian, pemogokan dan sebagainya. Peranan guru hanya
memberikan bimbingan pada tahap awal dan tahap akhir kegiatan.
Strategi
kedua, memperkenalkan keanehan memberikan pemahaman para siswa untuk menambah
dan memperdalam hal-hal yang baru atau materi yang sulit. Metapora dipergunakan
untuk keperluan penganalisaan, bukan untuk menciptakan konsep jarak seperti halnya
pada siswa strategi pertama.
Kedua strategi tersebut di atas
memiliki tahapan-tahapan yaitu:
1. Tahapan strategi pertama:
a. mendeskripsikan kondisi saat ini,
yakni guru menyuruh siswa mendeskripsikan situasi atau sesuatu topik yang
mereka lihat saat ini.
b. Analogi langsung, salah satu
diseleksi dan selanjutnya dikembangkan.
c. Analogi personal, yakni para siswa
mengambil analogi yang diseleksinya pada tahap kedua.
d. Konflik ditekan, yakni berdasarkan
pada tahap kedua dan ketiga, para siswa mengemukakan beberapa konflik dan
dipilih salah satunya.
e. Analogi langsung, yakni para siswa
mengembangkan dan menyeleksi analogi langsung lainnya berdasarkan konflik tadi.
f.
Meninjau tugas yang sebenarnya, yakni guru
menyuruh para siswa meninjau kembali tugas atau masalah yang sebenarnya dan
menggunakan analogi terakhir dan masuk pada pengalaman Synectik.
2. Tahapan Strategi kedua:
a. Input tentang keadaan yang
sebenarnya, yakni guru menyajikaan informasi tentang suatu topik yang baru.
b.
Analogi langsung, yakni guru mengusulkan
analogi langsung dan menyuruh siswa untuk menjabarkannya.
c. Analogi personal, yakni guru
menyuruh siswa untuk menjadi analogi langsung.
d. Membedakan analogi, yakni para
siswa menjelaskan dan menerangkan kesamaan antara materi yang baru dengan
analogi yang langsung.
e. Menjelaskan perbedaan, yakni para
siswa menjelaskan mana analogi-analogi yang tidak sesuai.
f. Penjelajahan, yakni para siswa
menjelajahi kembali kebenaran topik-topik dengan batasan-batasan mereka.
g. Membangkitkan analogi, yakni para
siswa memberikan analogi sendiri secara langsung dan menjelajahi persamaan dan
perbedaan.
Dari
tahapan strategi tersebut di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa
dalam penerapan model Synectik ini oleh guru yakni guru tersebut hanya
memberikan gambaran atau informasi tentang sesuatu bahan pelajaran kemudian
siswa tersebut mengelolanya sendiri, nanti pada tahap akhir baru guru
memberikan bimbingan lagi. Jadi peranan guru hanya memberikan gambaran dan
bimbingan hanya pada tahap awal dan tahap akhir kegiatan.
Tahap
Kreatif dari Proses Syenctik
Inti
dari model sintektiks ialah aktivitas metapora yang meliputi analogi langsung,
analogi personal dan konflik yang dipadatkan. Kegiatan metaporis bertujuan
menyajikan perbedaan konseptual antara diri siswa dengan obyek yang dihadapi
atau materi yang dipelajari. Misalnya dengan cara meminta mengendalikan sistem
tubuhnya sebagai jaringan transportasi.
Metafora
memperkenalkan konsep jarak antar siswa dengan obyek, atau subyek lain,
mendorong berpikir original. Sebagai misal, dapat dikemukakan contoh: siswa
disuruh memikirkan pelajarannya sebagai sebuah sepatu tua atau sebuah sungai.
Kita memberikan struktur, suatu metafora, di mana siswa dapat memikirkan segala
sesuatu yang telah dikenalnya melalui suatu pendekatan baru.
Sebaliknya
kita dapat menyuruh siswa memikirkan suatu topik baru melalui pendekatan yang
telah diketahuinya dan mereka diminta untuk membandingkannya guna transportasi
sistem. Aktivitas metaforik membantu para siswa untuk dapat menghubungkan
ide-ide dari hal-hal yang telah dikenalnya menuju ke hal-hal baru atau dari
suatu perspektif baru menuju ke hal yang dikenal.
Adapun beberapa tipe analogi yang
dipergunakan sebagai dasar latihan Synectik yaitu:
1. Analogi personal
Menuntut
siswa empati terhadap ide atau objek yang dibandingkan. Siswa menjadi bagian
dari elemen fisik suatu problema. Identifikasinya mungkin terhadap individu,
binatang, atau benda-benda mati. Analogi personal sangat menekankan keterlibatan empati. Kerelaan melibatkan diri
terhadap obyek sangat dibutuhkan dalam analogi personal, semakin rela
melibatkan diri maka semakin besarlah konsep jarak yang diperoleh. Adapun tingkat keterlibatan individu dalam
analogi personal yaitu:
a. Mendeskripsikan fakta
b. Mengidentifikasi dengan perasaan
c. Mengidentifikasi empatetik dengan
suatu yang hidup
d. Identifikasi empatetik dengan
benda mati
Manfaat
mengenal tingkatan analogi personal ini bukan untuk mengenal bentuk-bentuk
aktivitas metaforik, tetapi untuk memberikan tuntunan bagaimana menetapkan
konsep yang baik. Dengan analogi akan segera dapat menciptakan jarak yang besar
dan lebih memungkinkan siswa memperoleh ide-ide baru.
2. Analogi langsung
Analogi
langsung merupakan perbandingan dua objek atau konsep. Perbandingan tidak harus
identik dalam segala hal. Analogi ini untuk mentransposisikan kondisi-kondisi
topik atau situasi permasalahan asli yang pada situasi lain untuk menghadirkan
pandangan baru tentang gagasan atau masalah.
3. Konflik yang dipadatkan
Ialah
cara mengontraskan dua ide dengan memberi label singkat, biasanya dengan hanya
dua kata, misalnya “sangat galak atau sangat ramah “.
4. Memberi tekanan pada pertentangan
Memberi
tentangan pada pertentangan umumnya berbentuk dua buah kata yang bertentangan
misalnya: lesu-agresif; kawan-musuh; dan sebagainya. Pertentangan-pertentangan
tersebut memberikan pemahaman yang luas terhadap suatu obyek yang baru. Hal
tersebut dapat merefleksi kecakapan siswa untuk menghubungkan dua kerangka
berpikir itu terhadap suatu obyek.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Synectik
Dapat
disimpulkan kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Synectik yaitu:
1. Kelebihan
a. Strategi ini bermanfaat untuk
mengembangkan pengertian baru pada diri siswa tentang suatu masalah sehingga
dia sadar bagaimana bertingkah laku dalam situasi tertentu.
b. Strategi ini bermanfaat karena
dapat mengembangkan kejelasan pengertian dan internalisasi pada diri siswa
tentang materi baru.
c. Strategi ini dapat mengembangkan
berpikir kreatif, baik pada diri siswa maupun guru.
d. Strategi ini dilaksanakan dalam
suasana kebebasan intelektual dan kesamaan martabat antara siswa.
e.
Strategi ini membantu siswa menemukan cara
berpikir baru dalam memecahkan suatu masalah.
2. Kelemahan
a. Sulit dilakukan oleh guru dan
siswa yang sudah terbiasa menggunakan cara lama yang menekankan pada
penyampaian informasi.
b. Metode ini menitikberatkan
pada berpikir reflektif dan imajinatif dalam situasi tertentu, maka
kemungkinan besar siswa kurang menguasai fakta-fakta dan prosedur pelaksanaan
atau keterampilan.
c. Kurang memadahinya sarana dan
prasarana pendidikan di sekolah-sekolah.
Karakteristik Model Pengajaran Synectik
Sintaks
Sintaks Strategi Satu : Menciptakan Sesuatu yang Baru
·
Fase Satu : Deskripsi pemahaman yang ada tentang masalah atau
konsep
·
Fase Dua : Analogi Langsung
·
Fase Tiga : Analogi Personal
·
Fase Empat : Konflik yang Dipersingkat
·
Fase Lima : Analogi Langsung dari Konflik yang Dipersingkat
·
Fase Enam : Menguji Ulang Konsep, Topik, atau Masalah Asli
Sintaks Strategi Dua : Membuat yang Asing/Aneh Menjadi
Familiar
·
Fase Satu : Input Substantif
·
Fase Dua : Analogi Langsung
·
Fase Tiga : Analogi Personal
·
Fase Empat : Membandingkan Analogi-Analogi
·
Fase Lima : Menerangkan Perbedaan-Perbedaan
·
Fase Enam : Eksplorasi
Sistem Sosial
Model cukup terstruktur. Guru mengawal fase-fase, tetapi
respon siswa cukup terbuka. Norma-norma kreativitas di dorong.
Prinsip-Prinsip Reaksi
·
Mendorong Keterbukaan, tidak rasional, ekspresi kreatif
·
Model, Jika Diperlukan
·
Menerima semua respons siswa
·
Menyeleksi analogi-analogi yang membantu siswa membentangkan
pemikirannya
Sistem Pendukung
Model ini tidak memerlukan system pendukung khusus.
Penerapan Model Pembelajaran Synektik
Model pembelajaran Synectik dapat diterapkan dalam
berbagai hal,
1)
Penerapan
di dalam kurikulum,
2)
Membuat
siswa untuk menulis kreatif
3)
Mengekslorasi
Masalah Sosial
4)
Memecahkan
Masalah
5)
Menciptakan
desain atau produk
6)
Memperlas Konsep Perspektif Para Siswa
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Dari pembahsan di atas dapat
disimpulkan bahwa
1. Model
Synectik adalah suatu model mengajar untuk mengembangkan kreatifitas berfikir
siswa baik secara kelompok maupun secara individual dan dapat pula mengatasi
masalah-masalah yang timbul dalam proses belajar mengajar.
2.
Langkah-langkah model pembelajaran Synectik yaitu, guru mendeskripsikan suatu topik
yang sedang dihadapi, analogi langsung, analogi personal, siswa diminta untuk mengandaikan
dirinya yakni mendeskripsikan diri
sebagai fakta, secara emosional dan sebagai benda hidup, mempertentangkan,
uji ulang atau tugas yang sesungguhnya.
3.
Kreativitas adalah merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru untuk memberi ide kreativ dalam memecahkan masalah atau sebagai
kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan yang baru antara unsur-unsur yang
sudah ada sebelumnya.
4.
Model
pembelajaran Synectik mempunyai banyak kelebihan, salah satunya membantu siswa melihat
sesuatu yang biasa dengan cara-cara tidak biasa dengan menggunakan
analogi-analogi untuk membuat jarak konseptual dan membuat sesuatu yang
asing menjadi familiar untuk meningkatkan pemahaman siswa dan internalisasi
materi yang baru dan yang sulit secara substansi.
Namun Metode inipun juga memiliki kekurangan , salahsatunya tidak memadahinya sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah-sekolah.
5.
Karakteristik pemebelajaran Model Synectik
memenuhi peraturan Syntak, Sistem Sosial, Prinsip-Prinsip Reaksi, dan Sistem
Pendukung yang harus dipenuhi dalam menjalankan praktek model pembelajaran Synectik.
6.
Model
pembelajaran Synectik dapat diterapkan dalam berbagai hal, mulai di dalam
kurikulum, dapat juga membuat siswa untuk menulis kreatif, Mengekslorasi
Masalah Sosial, Memecahkan Masalah, Menciptakan desain atau produk, dan Juga
Memperlas Konsep Perspektif nya.
3.2.
Saran
Untuk
para guru hendaknya lebih kreatif lagi dalam menerapkan model atau metode
mengajar yang inovatif untuk membantu kelancaran proses belajar mengajar dan
membangun motivasi siswa dalam proses belajar mengajar sehingga mampu
meningkatkan kreativitas belajar siswa dengan memperhatikan situasi dan kondisi
siswa agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. Synectik (Synectik) yang
dapat mengaktifkan siswa baik individu ataupun bersama pasangannya dalam proses
pembelajaran
Untuk
teman-teman yang akan melakukan penelitian, disarankan untuk menggunakan model
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi di lapangan dan mempersiapkan
segala hal yang berkaitan dengan proses penelitian agar proses dan tujuan
penelitian tercapai dengan lancar
DAFTAR PUSTAKA
Alia,et
al. 2016. Efektivitas Perbandingan Model Pembelajaran Synectik Dengan Model
Konvensional (Ceramah ) Terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Volume 4 (2), 351-366
Asmali,
M dan Saym. 2007. “The Effects of the Synectik Model on Vocabulary Learning, Attitude
and to Learn English Desire”. Asian EFL Journal. Volume 7, 41-50.
Canady, Robert dan Michael Rettig.
1996. Teaching In The Block “Stratgies For Engaging Active Leaners”. New
York: Eye On Education
Chandrasekaran.
2014. Effectiveness of Synectik
Techniques in Teaching of Zoology at Higher Secondary Level. International Journal of Humanities
and Social Science Invention. ISSN (Online): 2319 –
7722, ISSN (Print): 2319 – 7714, 37-40
Eristi,
Bahadir dan Polat. 2017. The
Effectiveness Of Synectik Instructional Model On Foreign Language Vocabulary
Teaching. International
Journal of Languages’ Education and Teaching. Volume 5 (2), 59-76
Fatemipour,H
dan Kordnaeej. 2014. The Effect Of Synectik
and Journal Creative Writing Techniques On Efl Students’ Creativity. International Journal of Language Learning and Applied Linguistics
World. Volume 7 (3), EISSN:
2289-2737 & ISSN: 2289-3245, 412-424
Hosna,
Rofiatul. 2013. Pengembangan Model Pembelajaran Sinetik di Madrasah Ibtidaiyah.
Volume 28 (2), 237-252
Jeffrey,
Bob dan Peter Woods. 2009. Creative Learning in the Primary School.
Britania Raya: Taylor & Francis Group
Joyce,
Bruce, et al. 2016. Models of Teaching (Ninth Edition).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kenedi.
2017. Pengembangan Kreativitas Siswa Dalam Proses Pembelajarn Di Kelas II. Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan
Humaniora.
Volume 3 (2), 329-347
Khan,
A.A, dan Mahmood. 2018. Effect
of Synectik Model of Teaching in Enhancing Students’ Understanding of Abstract
Concepts of Mathematics. Pakistan Journal of Distance & Online Learning.
Volume 4 (1), 185-198
Khan,
A.A, dan Mahmood. 2017. The
Role of the Synectik Model in Enhancing Students’ Understanding of Geometrical
Concepts. Journal of Research and Reflections in Education. Volume 11
(2), 253-264
McINTOSH,
Paul. 2010.Action Research and Reflective Practice. Britania Raya:
Taylor & Francis Group
Mutmainah
dan Aquami. 2016. Penerapan Model Synectik (Synectik) Terhadap Kreativitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Hijriyah. Jurnal Ilmiah PGMI.
Volume 2 (1), P-ISSN: 2527-4589, 69-82
Singh, et all. 2008. Educational
Techlonology : Teaching Learning. New Delhi : APH Publishing Corporation
Susanto, Ahmad. 2013. Teori
Belajar & Pembelajran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia
Group
Wahyudin,
dkk. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran dan Kreativitas Siswa Terhadap Hasil Belajar
Sejarah di SMA Islam Al-Azhar 8 Summarecon. Jurnal Pendidikan Sejarah. Vol.
6 (2), 1-9
1 komentar:
terimakasih ka.. semoga menjadi amal shalih bagi kaka kaka semua
Posting Komentar