KATA
PENGANTAR
Segala
puji syukur bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya.
Sebaik-baiknya shalawat serta salam semoga Allah limpahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW, beserta seluruh keluarga dan sahabatnya. Apapun yang tergelar di
alam semesta ini adalah rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Model pembelajaranNHT yang dibimbing oleh Bapak Dwi Agus
Kurniawan, S.Si.
Makalah ini membahas mengenai materi
model pembelajaran NHT. Penulis menuliskannya dengan mengambil dari beberapa
sumber dari buku maupun jurnal dan membuat gagasan dari beberapa sumber
tersebut.
Penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini,
sehingga tersusun makalah yang sampai dihadapan pembaca saat ini. Atas segala
kebaikan yang mereka berikan, mudah-mudahan Allah menganugerahi pahala yang
besar pada hari ketika harta atau pun keturunan tidak bermanfaat, kecuali
mereka yang datang menghadap Allah dengan kalbu yang bersih.
Penulis menyadari sepenuhnya makalah
ini masih banyak kekurangan. Oleh karenanya sangant diharapkan bagi pembaca
untuk menyampaikan saran atau kritik yang bersifat membangun demi tercapainya
makalah yang lebih baik untuk selanjutya.
Jambi,
November 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR …………………………………………………………….…. i
DAFTAR
ISI ……………..……………………………………………………......... ii
BAB
I PENDAHULUAN ………………………………………………………….... 1
1.1 Latar
Belakang …………………………………………………………….......… 1
1.2 Tujuan……………………………………………………………………......…...
2
BAB
II LITERATUR ………..…………………………………………………...…. 3
2.1
Kajian Teoritik ………..……………………………………………………...….. 3
2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran
Number Head Together (NHT) ? ....... 3
2.1.2 Sintaks Model Pembelajaran
tipe (NHT) ? …….................................... 6
2.1.3 Analisis Model Pembelajaran
Number Head Together (NHT) ? …….. 7
2.1.4 Tujuan Model Pembelajaran
Number Head Together (NHT) ?............. 8
2.1.5 Manfaat Model Pembelajaran NHT
? …………………………..….… 12
2.1.6 Kekurangan dan Kelebiahan
Model Pembelajaran NHT ? ………….. 19
2.2
Kajian Kritis ……………………………………………………………………. 20
BAB
III PENUTUP ……………………………………………………………….. 25
3.1
Kesimpulan …………………………………………………………………..… 25
3.2
Saran …………….…………………………………………………………...… 28
DAFTAR
PUSTAKA…………..…………………………………………………... 29
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah
satu faktor penunjang yang sangat penting bagi perkembangan peradaban manusia
dalam suatu bangsa. Bangsa yang mempunyai peradaban maju adalah bangsa yang
mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, agar bangsa
Indonesia saat ini memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, tentunya
harus dilakukan suatu usaha untuk meningkatkan
mutu dan kualitas sistem pendidikan secara menyeluruh. Dalam dunia
pendidikan saat ini jarang digunakan model-model pembelajaran, oleh karena itu
kami bermaksud mengingatkan para guru pada model pembelajaran Number Head Together (NHT) agar mereka
mengetahui dan mengaplikasikan dalam mengajar.
Model pembelajaran merupakan
salah satu konsep mengajar. Dimana konsep mengajar merupakan suatu proses
kompleks, tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru pada siswa,
banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan
hasil belajar yang lebih baik pada seluruh siswa, oleh karena rumusan yang dapat meliputi seluruh kegiatan dan
tindakan dalam pembuatan mengajar itu sendiri. Model pembelajaran juga
merupakan landasan praktik pembelajaran berdasarkan hasil penurunan teori
psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis
terhadap implementasi kurikulum dan impikasinya pada tingkat opersional
dikelas. Maka berbagai model pembelajaran yang banyak dirancang oleh para guru
untuk dapat membantu peserta didik dalam mendapatkan informasi, ide-ide, keterampilan,
cara berpikir dan mengekspresikan ide.
Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe NHT (Numbered Heads Together). Model ini adalah model yang mudah atau bisa
dibilang cukup mudah , namun banyak orang mengetahui pertama kalinya adalah dengan nama Numbered Heads Together atau disingkat (NHT), tidak hanya itu saja, NHT
juga banyak sekali digunakan sebagai
bahan penelitian tindakan kelas (PTK).
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui
Pengertian Model Pembelajaran Number Head Together (NHT)
2. Untuk mengetahui
Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
3. Untuk mengetahui Analisis
Model Pembelajaran NHT
4. Untuk mengetahui Tujuan
Model Pembelajaran NHT
5.
Untuk mengetahui Manfaat Model Pembelajaran NHT
6.
Untuk Mengetahui Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran NHT
BAB
II
LITERATUR
2.1
Kajian Teoritik
2.1.1 Pengertian Number Head Together (NHT)
Penggunaan
model pembelajaran merupakan salah satu cara yang tepat untuk meningkatkan
hasil belajar siswa. Pemilihan model pembelajaran yang baik sangat menentukan
keberhasilan guru dalam proses belajar menganjar. Terdapat beragam model
pembelajaran yang dapat digunakan sebagai atribut pembelajaran, diantaranya Numbered Heads Together (NHT). Model
pembelajaran ini dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
Model
pembelajaran NHT memiliki tupokasi mengasah kemandirian siswa. Pengembangan
kemandirian siswa tercermin dari pelaksanaan model pembelajaran NHT yang
dilakukan dengan cara penomoran terhadap masing-masing siswa, sehingga setiap
siswa bertanggung jawab atas materi yang diberikan. Sehingga model NHT ini
mengacu pada keterlibatan total siswa (individual).
Pembelajaran
kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang didasarkan kepada paham
kontruktivisme. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan
penekanan pada aspek sosial melalui kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4
sampai 6 siswa yang sederajad secara heterogen untuk menghasilkan pemikiran dan
tantangan miskonsepsi siswa sebagai unsur kuncinya(Alie, Nurhayati Husein, 2013
: 584).
NHT
adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks : pengarahan,
buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan
persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa
tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap
siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok,
presentase kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai dengan masing-masing
sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap
siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward (Erman,2008 : 19).
Pembelajaran kooperatif tipe NHT
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki
tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen
dalam Ibrahim (2000) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut (Siregar, Faridah Anum, 2012 : 35).
Pembelajaran dianggap dapat mengatasi
masalah adalah model pembelajaran yang
menggabungkan kegiatan siswa membaca bahan pelajaran dan membangun peta konsep
tentang materi-materi pembelajaran yang mereka baca sebelum belajar di kelas, dan
guru seharusnya menerapan model pembelajaran kooperatif di kelas yang diberi nama tahapan pembelajaran dengan
Remap Coople, yaitu singkatan dari membaca, pemetaan konsep, dan pembelajaran
kooperatif. Melalui kegiatan tersebut, siswa diharapkan dapat untuk membaca materi
pelajaran sebelum proses pembelajaran di
kelas. Ada lima elemen model pembelajaran kooperatif yang ada diterapkan untuk
mencapai hasil maksimal, termasuk interpedensi positif, tanggung jawab individu,
tatap muka, komunikasi, proses evaluasi, dan proses evaluasi kelompok. Di akhir
proses belajar, siswa diminta untuk melengkapi peta konsep yang dibuat
sebelumya. Peta konsep membantu siswa meningkatkan
dan meringkas rangkaian materi pelajaran.
Number Heads Together (NHT) adalah salah
satu jenis pembelajaran kooperatif yang dapat dipilih untuk Remap Coople, jadi
nama model pembelajaran ini adalah Remap NHT. Lamgkah-langkah pembelajaran NHT
adalah penomoran, peranyaaan, berpikir bersama, dan menjawab. Dalam model pembelajaran NHT , guru memeriksa
pemahaman siswa dari membaca aktivitas siswa dengan menggunakan pertanyaan. NHT
menekankan kontribusi setiap siswa untuk menjawab pertanyaan guru. Setiap siswa
harus bertanggung jawab untuk mempresentasikan pengetahuan mereka. Sayangnya
tidak semua siswa memiliki kesempatan untuk mempresentasikan pengetahuan mereka disetiap pembelajaran
karna kendala waktu. Oleh karena itu, NHT
dikombinasikan dengan peta konsep, agar setiap siswa memiliki kesempatan untuk
mengekspresikan pengetahuan mereka secara tertulis.
Peta
konsep sering digunakan dalam pendidikan sebagai alat untuk mempresentasikan
pengetahuan dalam pembelajaran. Peta konsep adalah metode yang sangat baik
untuk membantu penggambaran atau spasial konsep yang sulit dipahami dan
keterkaitannya, dan memungkinkan seorang siswa yang mengembangkan kemampuan
untuk berorganisasi dan kelompok informasi dengan cara yang baik. Guru dapat
memverifikasi dan menganalisis hasil
peta konsep siswa. Dengan menganalisis peta konsep siswa, guru dapat menilai proses belajar dan
berpikir bahwa siswa termasuk berpikir kritis . Dasar untuk pemetaan konsep
dimasukkan ke teori asimilasi. Bagian dari konsep ini termasuk teori yang
bermakna sebagaii metode mengidentifikasi proses menggabungkan pengetahuan baru dengan yang ada pengetahuan
dan penataan kembali pengetahuan ini sampai menjadi bermakna dan berguna untuk
pelajar.
The learning that considered to be
overcome those problems is a learning model that combines students activities
of reading the lesson materials and constructing a concept map about the lesson
materials they read before learning in the classroom, and teacher should
applying of cooperative learning models in the classroom. It was given the name
of those learning stages with Remap Coople ,i.e. the abbreviation from
reading,concept mapping , and cooperative learning. Through those activities, students are expected to read the
course materials before lesson processes in the class. There are five elements
of cooperative learning model that were applied to achieve maximum results, including positive
interdependence, individual, responsibility, face to fac, communication, and
the group evaluation process At the end of the learning process, students are
requested to complete the concept map
that was created before. Stated that
concept maps help students improve and summarize the course materials.
Numbered
Heads Together (NHT) is one type of cooperative learning that could be
chosen for Remap Coople, so the name of
learning models is Remap NHT. The learning steps of NHT were numbering,
questioning, thinking together and answering. In NHT learning model, teacher
check students understanding from reading activity of students by using
questions. NHT emphasize the contribution of each student to answer a teacher’s
question. Each students should be responsible to present their knowledge in
every lesson due to time constraints. Therefore, NHT combined with the concept
maps, in order to every student has the opportunity to express their knowledge in every lesson due to time
constaints. Therefore, NHT combined with the concept maps, in order to every
student has the opportunity to express their knowledge in written.
Concept maps are opten used in
education as a tool for representing knowledge in learner understand difficult
concept and their interrelationships and allows a student to develop the
ability to organize and group information in a meaningful way (Senita,2008)
teachers can verify and analize the results of students concept maps. Analyzing the students concept maps, teacher can assess
students learning and thinking proceses including critical thinking. The basis
for concept mappng is incorporated to assimilation theory. The part of this
concept includes meaningful theory as a method of of identifying a process of
incorporating new knowledge with exixting knowledge and reordering of this
knowledge until it becomes meaningful and useful for the learner.
(Mahanal,
Susriyati, dkk, 2016 : 5).
2.1.2 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT
Menurut
Mariyaningsih (2018:57-58) Model pembelajaran koopertif tipe NHT atau penomoran
berpikir bersama dilaksanakan dengan tujuan untuk melibatkan lebih banyak siswa
dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran tersebut. Model
pembelajaran ini dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan merupkan
salah satu alternative terhadap kelas tradisional. Model pembelajaran NHT
merupakan model yang mengutamakan berbagai aktivitas siswa dalam mencari dan
mengolah serta melaporkan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber. Pada
dasarnya model ini dibuat ini agar siswa dapt saling sama bergantung pada
kelompok-kelompok kecil secara koopertif. Berikut ini akan disajikan
langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
a. Penomoran
Kelas
dibagi dalam beberapa kelompok (terdiri dari 3-5 siswa), setiap siswa dalam
kelompok mendapat nomoe. Adapun dasar dalam pembentukan kelompok tersebut bias
dilakukan berdasarkan nilai tes, perbedaan jenis kelamin, sifat, dll.
b. Pemberian
tugas/pertanyaan
Guru
memberikan tugas untuk dikerjakan masing-masing kelompok dan memastikan bahwa
setiap kelompok memiliki sumber informasi yang relevan seperti buku paket,
modul dan lainnya sehingga siswa mampu menyelasaikan tugas yang diberikan guru.
c. Berpikir
bersama
Setiap
kelompok menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan meyakinkan
bahwa setiap kelompok anggota dapat mengerjakan atau mengetahui jawaban. Pada
tahap ini masing-masing siswa dalam setiap kelompok berpikir bersama dalam
usaha menemukan jawaban yang tepat.
d. Menjawab
Guru
memanggil nomor tertentu, kemudian bagi siswa yang nomornya sesuai dengan yang
dipanggil mengacungkan tangan dan mencoba enjawab pertanyaan untuk seluruh
kelas.
e. Tanggapan
Tanggapan
dari siswa lain perlu didengarkan. Siswa yang nomornya tidak disebut berusaha
memberi tanggapan atas jawaban dari siswa yang menyampaikan hasil kerja
kelompoknya, jika sudah selesai guru dapat menunjuk nomor berikutnya.
Menurut
Alie,Husain Nurhayati (2013: 586) Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT guna menciptakan
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sehingga hasil belajar siswa dapat
meningkat. Adapun langkah –langkah belajar NHT adalah :
a. Pendahuluan
Fase 1 : Persiapan
1) Guru
melakukan apersepsi
2) Guru
menjelaskan tentang model pembelajaran NHT.
3) Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran .
4) Guru
memberikan motivasi.
b. Kegiatan inti
Fase 2 : Pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe NHT
Tahap pertama
1) Penomoran:
Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4 orang dan kepada setiap
anggota diberi nomor 1-4.
2) Siswa
bergabung dengan anggotanya masing-masing.
Tahap kedua
Mengajukan
pertanyaan: Guru mengajukan pertanyaan berupa tugas untuk mengerjakan soal-soal
di LKS(Lembar Kerja Siswa).
Tahap
ketiga
Berpikir
bersama: Siswa berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban
pertanyaan dalam LKS tersebut dan menyakinkan tiap anggota dalam timnya
mengetahui jawaban tersebut.
Tahap
keempat:
1) Menjawab:
Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu,kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan
tangan nya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan atau mempresentasekan hasil
diskusi kelompok nya untuk seluruh kelas. Kelompok lain diberi kesempatan untuk
berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi kelompok tersebut.
2) Guru
mengamati hasil yang diperoleh masing-masing kelompok dan memberikan semangat
bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik. Guru memberikan soal latiham
sebagai pemantapan terhadap hasil dari
pengerjaan LKS.
c. Penutup
1. Siswa
bersama guru menyimpukan materi yang telah diajarkan.
2. Guru
memberikan tugas rumah.
3. Guru
mengingatkan siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah diajarkan dan
materi selanjutnya.
Menurut
Srilahir, dkk (2017 :5) Adapun langkah-langkah
metode Numbered Heads Together (NHT)
adalah:
a. Siswa
dibagi menjadi kelompok-kelompok belajar, setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor.
b. Guru
atau dosen memberikan tugas dan masing-masing kelompok yang telah ditentukan
mengerjakan nya tugasnya tersebut.
c. Kelompok
melakukan diskusi mengenai jawaban yang benar serta memastikan bahwa setiap
anggota kelompok dapat mengerjakannya dan atau mengetahui jawabannya.
d. Guru
atau dosen memanggil salah satu nomor siswa/mahasiswa dengan nomor yang
dipanggil tersebut melaporkan hasil kerjasama yang telah mereka kerjakan.
e. Adanya
tanggapan dari teman yang lain,kemudian guru
atau dosen menunjuk atau melakukan penunjukkan nomor yang lain.
f. Membuat
kesimpulan dari pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered
Heads Together (NHT).
Pendekatan
NHT memberikan kesempatan bagi siswa untuk berbagai ide,dan juga pertimbangan
bagi siswa untuk berbagi ide,dan juga pertimbangkan jawaban yang paling tepat .
langkah pertama dalam metode ini adalah
penomoran, siswa dapat membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil.
Jumlah grup tergantung pada jumlah konsep yang akan dipelajari misalnya, jika
kelas terdiri dari 30 siswa da nada 5 konsep yang akan dipelajari,maka akan ada
5 kelompok masing-masing 6 orang,dan masing-masing orang disetiap kelompok
diberi nomor dari 1 hingga 6. Setelah kelompok terbentuk,masing-masing akan
diberikan pertanyaan oleh guru. Setelah
ini selesai,semua orang membawa mereka berpikir bersama untuk berdiskusi dan
memikirkan pertanyaan yang diberikan kepada mereka. Untuk langkah kedua, guru
mengambil nomor dan kemudian memanggil siswa itu sesuai dengan jumlah itu dari
setiap kelompok untuk maju dan menjawab pertanyaan sebelum diajukan. Hal ini
dilakukan terus menerus sampai setiap siswa diberikan kesempatan untuk
menjelaskan sudut pandang mereka. Tergantung pada jawabannya,maka guru bisa
mengembangkan diskusi yang lebih mendalam,mengembangkan pengetahuan siswa.
The NHT approach
provides an opportunity for students to share ideas,as well as consider the
most appropriate answer. The first step in this method is numbering the
students and dividing the class into small groups. The numbers of groups
depends on the number of groups depends on the number of concepts to be
studied. For example, if a class consists of 30 students and there are 5
concepts to be studied ,then there will be 5 groupps of 6 people each, and each
person in each group is numbered from 1 to 6. After the groups are formed, each
one will be provided with questions by the teacher. After this is done,
everyone brings their heads together to
discuss and to think about the question s they were given . for the secon step,
the teacher pick a number and then calls the student that corresponds to that
numbers from each group to come forward and answer the question. Previously
posed. This is done continuously until every student has bee given the opport? Unity to explain
their point of view. Depending on the
answers,the teacher can then develop a more in depth discussion,developing the
studentsi knowledge.
(Wora,Veronica
Marta,dkk.2017:96).
2.1.3 Analisis Model Pembelajaran
Kooeratif Tipe NHT
A. Sistem Sosial
Sistem sosial bersifat demokratis,
dipandu oleh keputusan-keputusan yang dikembangkan dari, atau setidaknya
divalidasi oleh, pengalaman kelompok – dalam batas-batas dan dalam hubungan
dengan fenomena membingungkan yang diidentifikasi oleh guru sebagai objek untuk
kajian. Kegiatan-kegiatan kelompok muncul dengan jumlah struktur eksternal
minimal yang diberikan oleh guru. Siswa dan guru memiliki status sama kecuali
untuk perbedaan-perbedaan peran. Situasi tersebut merupakan salah satu dari
alasan dan negoisasi.
B. Prinsip-prinsip
Reaksi
Peran guru dalam investigasi
kelompok adalah peran sebagai konselor, konsultan, dan pengkritik yang ramah.
Guru harus memandu dan merefleksikan pengalaman kelompok pada tiga level: level
pemecahan masalah atau tugas (Apakah sifat masalah tersebut ? Apakah
fakor-faktor yang terlibat?), level manajemen kelompok (Informasi apa yang akan
kita perlukan sekarang? Bagaimana kita mengatur diri kita sendiri untuk
mendapatkannya?), dan level makna individual ( Bagaimana Anda merasakan tentang
kesimpulan-kesimpulan ini? Apa yang kalian kerjakan secara berbeda sebagai
akibat dari mengetahui tentang….?. Peran pengajaran ini sulit dan sensitive,
karena inti dari penelitian adalah kegiatan siswa – masalah tidak dapat
dipaksakan. Pada saat bersamaan, guru: (1) memfasilitasi proses kelompok, (2)
turut serta dalam kelompok untuk menyalurkan energinya kepada kegiatan-kegiatan
pendidikan ini sehingga makna pribadi datang dari pengalaman. Interverensi oleh
gru sebaiknya minimal kecuali kelompok tersebut mengalami hambatan serius.
Meskipun materi dipersiapkan untuk orang-orang yang memimpin kelompok terapi,
materi dituliskan dalam level umum dan memberikan banyak saran yang bermanfaat
bagi mereka yang mengharapkan untuk membentuk kelas yang dikelilingi penelitian
kelompok.
C. Sistem Pendukung
Sistem pendukung untuk investigasi
kelompok sebaiknya bersifat ekstensif dan bertanggung jawab terhadap kebutuhan
siswa. Sekolah perlu dilengkapi dengan perpustakaan yang bagus dengan berbagai
jenis media; perpustakaan sebaiknya juga mampu memberikan akses ke sumber daya
dari luar. Anak-anak sebaiknya didorong untuk meneliti dan mengontak sumber
daya di luar didnding sekolah. Satu alasan bagi penelitian kooperatif jenis ini
yang sifatnya relative jarang adalah system pendukumgnya tidak cukup untuk
mempertahankan tingkat penelitian (Joyce, Bruce, 2016 : 402-404).
2.1.4 Tujuan
Model pembelajaran NHT
Tujuan
belajar penting bagi guru dan siswa sendiri. Dalam desain instruksional guru
merumuskan tujuan instruksional khusus atau sasaran belajar siswa. Rumusan
tersebut disesuaikan dengan perilaku yang hendaknya dapat dilakukan siswa.
Sebagai ilustrasi, misalnya guru merumuskan sasaran belajar sebagai “siswa
dapat menyebutkan ciri khas suatu prosa atau puisi.” Sasaran belajar tersebut
berfaedah bagi guru untuk membelajarkan siswa. Dalam hal ini, ada kesejajaran
pada sasaran belajar (rumusan guru, dan diinformasikan kepada siswa) dengan tujuan
belajar siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2013 : 23).
Menurut Alie, Nurhayati Husein (2013
: 584-585) Struktur tujuan suatu pelajaran adalah jumlah saling ketergantungan
yang dibutuhkan siswa saat mereka mengerjakan tugas mereka. Terdapat tiga macam
struktur tujuan yang telah berhasil diidentifikasi adalah sebagai berikut :
a. Individualistik,
jika pencapaian tujuan itu tidak memerlukan interaksi dengan orang lain dan
tidak bergantung pada baik buruknya pencapaian orang lain. Siswa yakin upaya
mereka sendiri untuk mencapai tujuan tidak ada hubungannya dengan upaya siswa
lain dalam mencapai tujuan tersebut.
b. Kompetitif,
terjadi bila seorang siswa dapat mencapai suatu tujuan jika dan hanya jika
siswa lain tidak mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian setiap usaha yang
dilakukan oleh suatu individu untuk mencapai tujuan merupakan saingan bagi
individu lainnya.
c. Kooperatif,
terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka hanya jika siswa lain dengan
siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan tersebut. Siswa yakin bahwa tujuan
mereka akan tercapai jika siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut.
NHT
sebagai model pembelajaran pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok.
Adapun ciri khas dari NHT adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang
mewakili kelompoknya. Dalam menunjuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu
terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut. Dengan cara
tersebut akan menjamin keterlibatan semua siswa dan merupakan upaya yang sangat
baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Selain
itu model pembelajarn NHT memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan
ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
Dengan
adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap
motivasi belajar siswa. Siswa akan berusaha memahami konsep-konsep ataupun
memecahkan permasalahan yang disajikan oleh guru seperti yang diungkapkan
Ibrahim, dkk dalam Aziza (2007 : 21) bahwa dengan belajar kooperatif akan
memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademik penting lainnya serta akan
memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang
bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademis.
Kurangnya
pemahaman dan praktik terbaik dari pelaksanaan berbagai siswa berpusat model
pembelajaran membuat para guru tidak dapat merancang kegiatan yang relevan.
Kenyataanya mengungkapkan bahwa itu benar diperlukan untuk menyediakan model
pembelajaran dan bahan yang cocok untuk menyediakan model pembelajaran dan
bahan yang cocok untuk pengembangan karakteristik siswa sekolah dasar.
Berdasarkan tingkat pengembangan Piaget, sekolah dasar siswa berada pada tingkat
operasioanal konkrit yang membutuhkan interaksi sosial termasuk dengan guru dan
teman pembelajaran sains. Koperatif model adalah kontruktivisme dan kolaboratif
yang mendorong siswa untuk berinteraksi dengan orang lain (1). Koperatif
membantu siswa untuk mengembangkan pemahaman mereka ketika melakukan interksi
sosial dalam kelompok dan presentasi, salah satu model ini adalah Numbered
Heads Together (NHT), yang dipertimbangkan relevan untuk siswa sekolah dasar.
NHT menekankan tanggung jawab anggota untuk melakukan tugasnya berdasarkan
nomor mereka. Para siswa harus menunjukkan kemampuan mereka dan menggunakan
strategi apapun untuk mengungkapkan kemampuan tanggung jawab mereka. Siswa juga
dilatih untuk memahami setiap tugas secara komprehensif. Oleh karena itu,
tanggung jawab siswa tidak hanya pada pyoyek individu, tetapi juga sebagai
anggota tertentu kelompok. Proses ini mendorong kemampuan siswa untuk
memecahkan masalah dan kelengkapan siswa. Dengan demikian, NHT dapat
meningkatkan pencapaian kognitif siswa. Selain itu, NHT memberikan kontribusi
peningkatan keterampilan sosial siswa, dengan guru dan rekan-rekan selama
pembelajaran.
The lack of
understanding and best practices of the implementation of various
student-centered learning models makes the teacher cannot design a relevant
activity. The reality reveals that it is necessary to provide learning models
and materials which are suitable for the development of elementary school
students’ characteristic. Based on Piaget’s development lvel,elementary school students
are at the level of concrete operational which needs a social interaction
including with teachers and peers to understand the concept learned,especially
in science learning. The cooperative model is a contructivism and collaborative
which encourages students to interact with other people (1) cooperative helps
students to develop their understanding when doing social interaction in a
group and presentation, one of this model is Numbered Heads Together (NHT),
which considered relevant for elementary school students. NHT emphasizes
members’ responsibility to do their tasks based on their number. Students are
to show their capability and use any strategies to reveal their responsibility.
Students are alsotrained to understand every tasks comprehensively. Hence, the
students’ responsibility is not merely on the individual project, but also as a
member of a particular group. This process encourages students’ ability to
solve problems and students comprehensiveness. Thus NHT can improve students;
social skill improvement, when they interact woth teachers and peers during the
laming(2).
(Leassa,
Marleny dan Corebima Aloysius Duran, 2017 : 2)
Hasil
uji coba skala besar menunjukkan bahwa modul tematik berdasarkan model
pembelajaran kooperatif NHT dapat meningkatkan pencapaian kognitif siswa, tidak
hanya pada tingkat kognitif rendah tetapi juga pada yang tertinggi. Kognitif
kemampuan yang didapat oleh para siswa setelah menggunakan model ini adalah
kemampuan untuk menganalisa, untuk mengevaluasi dan membuat. Hasil ini sangat
berdeda dari kondisi belajar sebelumya, dimana siswa hanya mengembangkan
kemampuan kognitif rendah (C1-C2), yang hanya menghafal suatu konsep. NHT dapat
digunakan untuk meningkatakan kualitas siswa dengan mengintregasikan simulasi
metode, aktivitas trial and error, dan bermain peran dalam pembelajaran.
Penelitian sebelumya temuan oleh Maheady et al. (2002 : 57) menekankan
pentingnya NHT sebagai satu model pembelajaran kooperatif yang memungkinkan
siswa secara aktif terlibat dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan.
Model pembelajaran ini telah terbukti efektif untuk meningkatkan kemampuan
kognitif dan perilaku belajar siswa. Itu menempatkan pelajar lambat dalam
linkungan yang ramah, dimana mereka dapat berpartisipasi aktif kelompok dan diskusi
kelompok dan berbagi ide dengan peserta didik cepat. Mahaedy et al. (2006 : 37)
menemukan bahwa NHT memiliki potensi untuk meningkatkan kinerja seorang siswa
sebagai individu di ruang kelas heterogen, dimana siswa dari berbagai kognitif
disatukan.
The results of the lare
scale try-out indicate that the thematic module based on the NHT- cooperative
learning model could improve students’ cognitive achievement, not only at low
cognitive level but also at the highest one. The cognitive abilities gained by
the students after using this module werw he ability to analyse, to evaluate
ant to create. This result was surprisingly different from the previous
learning conditions ability (C1-C2), which is only to memorize a concept. NHT
can be used to improved students’ achievement by integrating the simulation
method, trial and error activities, and role play into learning. The previous
research findings by Maheady et al. (2002 : 57) emphasized the importance of
NHT as one of the cooperative learning models that allow the teacher to get
students actively involved in learning by asking questions. This learning by
model has been proven effective to improve students’ cognitive abilities and
learning behaviours. It puts slow learnes in a friendly environment, in which they
can actively participate in teams and group discussions and share ideas with
fast learners. Mahaedy et al. (2006 : 37) found that NHT has potentials to
increase the performance of a students as an individual in a heterogenic
classroom, where students from various cognitive levels are put together.
(Talakua,
Melvie dkk, 2016 : 182-183).
2.1.5
Manfaat model pembelajaran NHT
Pembelajaran
dengan menggunakan NHT lebih baik dari pembelajaran sebelumya. Adapun alasan
respom positif siswa antara lain :
1. Suasana
tidak begitu membosankan dan tidak membuat kantuk,
2. Program
pembelajaranya jelas dan lebih asyik,
3. Lebih
jelas dalammemahami materi,
Ketika
kepuasan belajar meningkat maka mengindikasikan aktivitas pada proses belajar
dan hasil belajar juga meningkat karena hal tersebut merupakan
cerminan/tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran. Respon positif siswa
terhadap kegiatan pembelajaran menyebabkan tumbuhnya minat belajar siswa
sehingga memiliki keinginan siswa untuk belajar. Minat belajar siswa berpengaruh
terhadap motivasi belajar dan kemudahan memahami materi pelajaran. Motivasi
tidak hanya penting agar sswa terlibat dalam kegiatan akademik, tetapi juga
penting dalam menetukan seberapa banyak menyerap informasi untuk belajar dan
menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi,
sehingga siswa akan menyerap dan mengedeankan materi tersebut dengan lebih
baik. Jadi keinginan untuk belajar menyebabkan siswa mudah dan dapat memahami
serta mempelajari materi pelajaran. Dengan metode pembelajaran NHT siswa
dilatih untuk berbagi informasi, mendengar dengan cermat serta berbicara sesuai
pendapat mereka masing-masing, sehingga siswa dapat lebih aktif dalam pelajaran
(Baskoro, Febri, dkk, 2013 : 90).
Perbedaan dalam pembelajaran NHT,
guru telah menyediakan peta pikiran yang akan mengarahkan untuk konsep
informasi baru untuk dipelajari, memberdayakan otak untuk dapat
memvisualisasikan, menjelaskan dan menyatukan pendapat peserta didik dan
memberikan kesimpulan dari pembelajaran. Dalam pebelajaran NHT ini, guru juga
meluangkan waktu dengan menampilkan video instruksional yang akan memotivasi
siswa serta melakukan pengayaan pada akhir pelajaran. Jadi belajar NHT lebih
berorientasi pada otak yang meningkatkan kemampuan berpikir visual siswa. Penerapan
karakteristik pembelajaran. Pembelajaran NHT dalam proses pembelajaran di kelas
akan mengahasilkan kemampuan berpikir visual siswa lebih baik daripada siswa
yang mendapatkan pembelajaran TPS karena dalam pembelajaran NHT siswa secara
aktf terlibat baik secara fisik maupun secara mental dalam membangun pemikiran
mereka dan menyelidiki dengan lingkungan mereka untuk memecahkan masalah.
The difference is in
learning NHT teachers have provided a mind mapthat will direct students to the
concept of new information to be learned, empowering the brain to be able to
visualize, explainand unify the opinions of learners and provide conclusions
from the learning. In this NHT learning the teacher also takes the time by
displaying instructional videos that will motivate the students as well as
carry out the enrichment atthat the of the lesson. Thus learning NHT is more
oriented to the brain that improves student’s visual thinking skills. The
application of learning characteristic of NHT learning in the learning process
in the classroom will result in visual
thingking ability of the students better than the students who get the TPS
learning because in the NHT learning the studebts are actively involved both
physically and mentally in constructing their thingking and investigating with
their environment solve the problem.
(Tarigan,
Flora Astyana Puri,dkk, 2017 : 80)
Secara umum, pengetahuan diatur
dengan menghubungkan konsep yang berbeda satu sama lain. Kita berpendapat bahwa
ada dua jenis hubungan konseptual : statis dan dinamis. Statis hubungan mengatur
pengetahuan dengan mengelompokkan barang serupa di bawah konsep yang sama
dengan mencatat rasa memiliki konsep tersebut pada konsep yang lebih abstrak
sebagai super ordinat atau mengidentifikasi subkategorinya sendiri. Misalnya
kategori “kursi” adalah bagian dari ordinat kategori “furniture” dan mungkin
memiliki sub kategori “kursi halaman”
dan “kursi ruang makan”. “Selain itu,
hubungan yang bermakna statis dapat didasarkan pada perpotongan dua konstruk
dari domain yang berbeda. Misalnya, “desain” dan “kursi” membutuhkan “desain.”
Pengelompokan pengetahuan berdasarkan hubungan statis sering menghasilkan
susunan konsep yang hierarkis, yang sangat tipikal dengan sebagian besar peta
konsep.
In geberal, knowledge
is organized by relating different concepts to one another. We argue that there
are two types of conceptual relationships : static and dynamic.the static the
relationship organizes the knowledge by grouping similar items under the
same concept and noting the belongingness of the concept to more abstract
construct as a super-ordinateor
identifying is own sub-categories. For example, category “chair” is a part of a
super-ordinate category “furniture” and may have subcategories of “lawn chair”
and “dining room chair.” In addition, static meaningful relationships could be
based on intersecting two construc from different domains. For example,
“design” and “chair” may be interested by noting that “chair’ requires
“design.” Organization of knowledge based on static relationships often result
in hierarchical arrangement of concepts, which is very typical of most Concept
Maps.
(Ollington,
Gerald F,2008 : 207)
2.1.7
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran NHT
Menurut Alie, Nurhayati
Husain (2013 : 585) Kelebihan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT sebagai berikut:
a.
Setiap siswa
menjadi siap semua
b.
Dapat melakukan
diskusi dengan sungguh-sungguh.
c.
Siswa yang
pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan dalam
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai contoh berikut
:
a.
Kemungkinan
nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru.
b.
Tidak semua
anggota kelompok dipanggil oleh guru.
Apa
yang dapat dipelajari selama diskusi didalam kelas? Mereka belajar mendekati
masalah atau topic secara rasional, memonitor proses pemikiran mereka sendiri,
dan mempertanyakan asumsi implisit mereka. Seperti pelajar yang terkena
Soractic metode, mereka mungkin menemukan bahwa mereka tidak berpikiran terbuka
atau rasional tentang beberapa topic seperti yang mereka pikirkan. Oleh dengan
memodelkan cara berpikir yang diingkan dalam area konten, seorang pemimpin
diskusi yang terampil dapat dengan lembut membimbing dan membentuk pemikiran
siswa. Guru perguruan tinggi dengan mendorong siswa untuk berpikir seperto
kritik sastra, ahli biologi, ilmuwan politik, atau matematikawan. Berlatih
dalam pemikiran “seolah-olah” dapat menghasilkan wacana intelektual yang lebih
dan lebih baik lagi.
What can students learn
about thinking during class discussion? They learn to approach a problem or
topic rationally, monitor their own thinking processes, and question their
implicit assumptions. As with learners exposed to the Soractc method, they may
discover that they are not as open-minded or rational about some topics as they
had thought. By modeling a desired wat of thinking within the content area, a
skilled discussion leader can gently guide and shape students thinking. College
teachers thus prompt students to think like literary critics, biologists,
political scientists, or mathematicians. Practice in “as if” thinking can lead
to better and better intellectual discourse.
(B.D.
Bhatt,2002 : 152).
2.2
Kajian Kritis
Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi pembelajaran yang menutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam
kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi kedalam
kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang
telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk
memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam
proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian
besar aktivitas pembeajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi
pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki
tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Sintaks
Langkah-langkah
pembelajaran tipe NHT
1. Persiapan
Dalam
tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Scenario
Pelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
2. Pembentukan
kelompok
Guru
membagi para siswa dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa.
Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang
berbeda.
3. Tiap
kelompok memiliki buku panduan
Dalam
pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku anduan agar bias
mengerjakan LKS yang telah diberikan oleh guru.
4. Diskusi
masalah
Guru
membagikan LKS kepada setiap siswa. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir
bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban
dari pertanyaan yang ada pada LKS.
5. Memanggil
nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam
tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan
nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban siswa dikelas.
6. Memberi
kesimpulan
Guru
bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan
dengan materi yang disajikan.
7. Persiapan
Dalam
tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Scenario
Pelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
8. Pembentukan
kelompok
Guru
membagi para siswa dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa.
Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda.
9. Tiap
kelompok memiliki buku panduan
Dalam
pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku anduan agar bias
mengerjakan LKS yang telah diberikan oleh guru.
10. Diskusi
masalah
Guru
membagikan LKS kepada setiap siswa. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir
bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban
dari pertanyaan yang ada pada LKS.
11. Memanggil
nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam
tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan
nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban siswa dikelas.
12. Memberi
kesimpulan
Guru
bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan
dengan materi yang disajikan.
Sistem
Sosial
Sistem didasarkan pada proses
demokratis dan keputusan kelompok, dengan struktur eksternal yang rendah.
Kebingungan harus bersifat asli-ia harus dipaksakan. Pertukaran autentik
bersifat sangat penting. Suasana merupakan salah satu alasan dan negoisasi.
Prinsip-prinsip
Reaksi
Guru berperan fasilitatif yang
diarahkan pada proses kelompok (membantu para pembelajar merumuskan rencana,
tindakan, mengelola kelompok) dan syarat penelitian (kesadaran akan metode).
Guru berfungsi sebagai konselor akademik. Siswa bereaksi terhadap situasi yang
membingungkan dan memeriksa sifat reaksinya yang umum dan berbeda. Siswa-siswa
menetukan jenis informasi apa yang mereka perlukan untuk mendekati masalah dan
berlanjut untuk mengumpulkan data yang relevan. Siswa menhasilkan hipotesis dan
mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk mengujinya. Siswa mengevaluasi
hasilnya dan meneruskan penelitianya atau memulai rangkaian penelitian baru.
Pengajaran sentral berpindah untuk membangun lingkungan sosial yang kooperatif
dan mengajarkan kepada siswa tentang keterampilan negoisasi serta resolusi
konflik yang diperlukn untuk memecahkan masalah secara demokratis. Selain itu,
guru perlu memandu siswa dalam metode pengumpulan dan analisis data, membantu
mereka membingkai hipotesis yang dapat diuji, dan memutuskan apa yang merupakan
tes hipoteis yang masuk akal. Karena kelompok-kelompok cukup bervariasi
kebutuhannya akan struktur dan kohesivitasnya, guru tidak dapat berperilaku
secara mekanis, tetapi harus “membaca” perilaku sosial dan akademik siswa serta
memberikan bantuan sehingga tetap mempertahankan penelitian untuk terus
berjalan tanpa mendiamkannya.
Sistem
Pendukung
Lingkungan harus mampu merespons
berbagai tuntutan pembelajaran. Guru dan siswa harus mampu merangkai apa yang
mereka perlukan ketika mereka memerlukannya.
Tujuan
yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu :
1. Hasil
belajar akademik structural
Bertujuan
untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan
adanya keragaman
Bertujuan
agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar
belakang.
3. Pengembangan
keterampilan social
Bertujuan
untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Manfaat
model pembelajaran model NHT :
1. Rasa
harga diri menjadi lebih tinggi
2. Memperbaiki
kehadiran
3. Penerimaan
terhadap individu menjadi lebih besar
4. Perilaku
menggangu menjadi lebih besar
5. Konflik
antar pribadi berkurang
6. Pemahaan
yang lebih mendalam
7. Menigkatkan
kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
8. Hasil
belajar lebih tinggi.
Kelebihan
dan kekurangan model pembelajaran NHT
Kelebihan
1. Terjadinya
interaksi antar siswa melalui diskusi/siswa secara bersama dalam menyelesaikan
masalah yanga dihadapi.
2. Siswa
pandai maupun siswa yang kurang pandai sama-sama memperoleh manfaat melalui aktivitas
belajar kooperatif.
3. Dengan
bekerja secara kooperatif ini, kemungkinan konstruksi pengetahuan akan menjadi
lebih besar/kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada kesimpulan yang
diharapkan.
4. Dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya,
berdiskusi, dan mengembangkan bkat kepemimpinan.
Kekurangan
1. Siswa
yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap
minderndan pasif dari siswa yang lemah.
2. Proses
diskusi dapat berjalan lancer jika ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan
siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai.
3. Pengelompokan
siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda serta membutuhkan
waktu khusus.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads Together (NHT) merupakan
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan
untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Sintaks
Langkah-langkah
model pembelajaran NHT :
b. Pendahuluan
Fase 1 : Persiapan
5) Guru
melakukan apersepsi
6) Guru
menjelaskan tentang model pembelajaran NHT.
7) Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran .
8) Guru
memberikan motivasi.
d. Kegiatan inti
Fase 2 : Pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe NHT
Tahap pertama
3) Penomoran:
Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4 orang dan kepada setiap
anggota diberi nomor 1-4.
4) Siswa
bergabung dengan anggotanya masing-masing.
Tahap kedua
Mengajukan
pertanyaan: Guru mengajukan pertanyaan berupa tugas untuk mengerjakan soal-soal
di LKS(Lembar Kerja Siswa).
Tahap
ketiga
Berpikir
bersama: Siswa berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban
pertanyaan dalam LKS tersebut dan menyakinkan tiap anggota dalam timnya
mengetahui jawaban tersebut.
Tahap
keempat:
3) Menjawab:
Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu,kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan
tangan nya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan atau mempresentasekan hasil
diskusi kelompok nya untuk seluruh kelas. Kelompok lain diberi kesempatan untuk
berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi kelompok tersebut.
4) Guru
mengamati hasil yang diperoleh masing-masing kelompok dan memberikan semangat
bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik. Guru memberikan soal latiham
sebagai pemantapan terhadap hasil dari
pengerjaan LKS.
e. Penutup
4. Siswa
bersama guru menyimpukan materi yang telah diajarkan.
5. Guru
memberikan tugas rumah.
6. Guru
mengingatkan siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah diajarkan dan
materi selanjutnya.
Sistem
Sosial
Sistem didasarkan pada proses
demokratis dan keputusan kelompok, dengan struktur eksternal yang rendah.
Kebingungan harus bersifat asli-ia harus dipaksakan. Pertukaran autentik
bersifat sangat penting. Suasana merupakan salah satu alasan dan negoisasi.
Prinsip-prinsip
Reaksi
Guru berperan fasilitatif yang
diarahkan pada proses kelompok (membantu para pembelajar merumuskan rencana,
tindakan, mengelola kelompok) dan syarat penelitian (kesadaran akan metode).
Guru berfungsi sebagai konselor akademik. Siswa bereaksi terhadap situasi yang
membingungkan dan memeriksa sifat reaksinya yang umum dan berbeda. Siswa-siswa
menetukan jenis informasi apa yang mereka perlukan untuk mendekati masalah dan
berlanjut untuk mengumpulkan data yang relevan. Siswa menhasilkan hipotesis dan
mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk mengujinya. Siswa mengevaluasi
hasilnya dan meneruskan penelitianya atau memulai rangkaian penelitian baru.
Pengajaran sentral berpindah untuk membangun lingkungan sosial yang kooperatif
dan mengajarkan kepada siswa tentang keterampilan negoisasi serta resolusi
konflik yang diperlukn untuk memecahkan masalah secara demokratis. Selain itu,
guru perlu memandu siswa dalam metode pengumpulan dan analisis data, membantu
mereka membingkai hipotesis yang dapat diuji, dan memutuskan apa yang merupakan
tes hipoteis yang masuk akal. Karena kelompok-kelompok cukup bervariasi
kebutuhannya akan struktur dan kohesivitasnya, guru tidak dapat berperilaku
secara mekanis, tetapi harus “membaca” perilaku sosial dan akademik siswa serta
memberikan bantuan sehingga tetap mempertahankan penelitian untuk terus
berjalan tanpa mendiamkannya.
Sistem
Pendukung
Lingkungan harus mampu merespons
berbagai tuntutan pembelajaran. Guru dan siswa harus mampu merangkai apa yang
mereka perlukan ketika mereka memerlukannya.
Manfaat model pembelajaran NHT bagi
siswa yaitu rasa harga diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki kehadiran,
penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, perilaku mengganggu menjadi
lebih kecil, konflik antara pribadi berkurang, pemahaman yang lebih mendalam,
meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, dan hasil belajar lebih
tinggi.
Kelebihan dan kelemahan model
pembelajaran NHT, yaitu :
Kelebihan
a.
Setiap siswa
menjadi siap semua
b.
Dapat melakukan
diskusi dengan sungguh-sungguh.
c.
Siswa yang pandai
dapat mengajari siswa yang kurang pandai
Kelemahan
a.
Kemungkinan
nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru.
b.
Tidak semua
anggota kelompok dipanggil oleh guru.
3.2 Saran
Dalam
pembelajaran di Indonesia dibutuhkan guru yang kreatif dan dapat mengatur
siswanya serta dapat mengenal siswanya sehingga menerapkan system pembelajaran
yang sesuai.
Penulis menyadari bahwa masih jauh dari
kata sempurna. Kedepannya penulis akan lebih focus dan detail dalam menjelaskan
tentang materi di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya
dapat dipertanggungjawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap
penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dan bahasan makalah
yang telah dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Alie,
Nurhayati Husain. 2008. Penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
NHT Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X2 SMA Negeri 3
Gorontalo Pada Materi Jarak Pada Ruang. Jurnal Entropi. Vol.VII No.
NHT Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X2 SMA Negeri 3
Gorontalo Pada Materi Jarak Pada Ruang. Jurnal Entropi. Vol.VII No.
B.D.
Bhatt.2002. Modern Methods Of Teaching. India
: Kanishka Publisher
Baskoro,
Febri, dkk. 2013. Upaya Peningkatan
Aktivitas dan Prestasi Belajar
dengan Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together) Dilengkapi
LKS Pada Materi Termokimia Siswa Kelas XI IPA-3 SMA Negeri 6 Surakarta.
Jurnal Pendidikan Kimia. Vol 2 No. 2 ISSN 2337-9995.
dengan Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together) Dilengkapi
LKS Pada Materi Termokimia Siswa Kelas XI IPA-3 SMA Negeri 6 Surakarta.
Jurnal Pendidikan Kimia. Vol 2 No. 2 ISSN 2337-9995.
Dimyati
dan Mudjiono.2013. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Joyce,
Bruce, dkk. 2016. Models Of Teaching.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Lahir,
Sri, dkk. 2017. Peningkatan Prestasi
Belajar Melalui Model Pembelajaran
yang tepat pada Sekolah Dasar Sampai Perguruan Tinggi. Jurnal Eunomika.
Vol 01 No 01.
yang tepat pada Sekolah Dasar Sampai Perguruan Tinggi. Jurnal Eunomika.
Vol 01 No 01.
Leasa,
Marleny and Corebima, Aloyius Duran. 2017.
The Effect of Numbered Heads
Together (NHT) Cooperative Learning Model On The Cognitive Achievement
Of Students With Different Academic Ability. Journal Of Physics.
795(2017)012071.
Together (NHT) Cooperative Learning Model On The Cognitive Achievement
Of Students With Different Academic Ability. Journal Of Physics.
795(2017)012071.
Mahanal,
Susriyati, dkk. 2016. Improving Students’
Critical Thinking Skills Through
Remap NHT In Biology Classroom. Vol 17 Issue 1.
Remap NHT In Biology Classroom. Vol 17 Issue 1.
Maryaningsih,
Nining dan Hidayati, Mistina. 2018. Teori
dan Praktik Berbagai
Model dan Metode Pembelajaran Menerapkan Inovasi Pembelajaran di
Kelas-Kelas Inspiratif. Surakarta : CV Oase Group.
Model dan Metode Pembelajaran Menerapkan Inovasi Pembelajaran di
Kelas-Kelas Inspiratif. Surakarta : CV Oase Group.
Ollington,
Gerald.2008. Teachers and Teaching :
Strategies, Innovations and
Problem solving. 2008. New York : Nova Science Publisher.
Problem solving. 2008. New York : Nova Science Publisher.
Siregar,
Faridah Anum. 2012. Pengaruh Model Tipe
NHT Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Negeri 18 Medan. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol 1 No 1
p-ISSN 2252-732x c-2301-7651.
Siswa Kelas VII SMP Negeri 18 Medan. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol 1 No 1
p-ISSN 2252-732x c-2301-7651.
Suherman,
Erman. 2008. Model Belajar dan
Pembelajaran Berorientasi Kompetensi
Siswa. Jurnal Pendidikan dan Budaya. Vol 5 No 2 ISSN 1412-579x.
Siswa. Jurnal Pendidikan dan Budaya. Vol 5 No 2 ISSN 1412-579x.
Talakua,
Melvie, dkk. 2016. The Development Of A
Thematic Module Based On
Numbered Heads Together (NHT) Cooperative Learning Model For
Elementary Students In Ambon Molucas- Indonesia. The Develpoment a
Thematic Module. DOI : 10.15804/tner 2016.46.4.15.
Numbered Heads Together (NHT) Cooperative Learning Model For
Elementary Students In Ambon Molucas- Indonesia. The Develpoment a
Thematic Module. DOI : 10.15804/tner 2016.46.4.15.
Tarigan,
Flora Astyna Putri. 2017. The Difference
In Improving Students,
Mathematics Understanding and Ability Of Visual Thinking By Using
Cooperative Learning Model Types Think Pair Shared (TPS) and Number
Head Together (NHT) At SDN Percobaan Medan. Journal Of Research
Method Education. Vol 7 Issue 6.
Mathematics Understanding and Ability Of Visual Thinking By Using
Cooperative Learning Model Types Think Pair Shared (TPS) and Number
Head Together (NHT) At SDN Percobaan Medan. Journal Of Research
Method Education. Vol 7 Issue 6.
Wora,
Veronika Marta, dkk.2017. Student
Improvement By Applying The Numbered
Heads Together (NHT) Approach to Basic Subject Of Vocational
Competence in a Vocational High School In Indonesia. Vol 8 No 2, pp. 94-
102,2017.
Heads Together (NHT) Approach to Basic Subject Of Vocational
Competence in a Vocational High School In Indonesia. Vol 8 No 2, pp. 94-
102,2017.
0 komentar:
Posting Komentar