Sabtu, 08 Desember 2018

Makalah Model Pembelajaran Konsep

Diposting oleh Fadillah Rahmayani di 20.39.00

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidaya-Nya. Sebaik-baiknya sholawat serta salam semoga Allah limpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta seluruh keluarga dan sahabatnya. Apapun yang tergelar di alam semesta ini adalahbrahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul model pencapaian konsep yang dibimbing oleh bapak Dwi Agus  Kurniawan, S.Pd., M.Pd.

Makalah ini membahas mengenai materi model pencapaian konsep dalam pembelajaran. Penulis menuliskannya dengan mengambil dari beberapa sumber baik dari buku maupun dari jurnal dan membuat gagasan dari beberapa sumber yang ada tersebut.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, sehingga tersusun makalah yang sampai dihadapan pembaca saat ini dan semoga makalah ini mampu menjadi salah satu acuan dalam memberikan kemudahan untuk memahami maupun mengimplementasikan model pencapaian konsep. Atas segala kebaikan yang mereka berikan, mudah-mudahan Allah menganugerahi pahala yang besar pada hari ketika harta ataupun keturunan tidak bermanfaat, kecuali mereka yang datang menghadap allah dengan kalbu yang bersih.

Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karenanya sangat diharapkan bagi pembaca untuk menyampaikan saran atau kritik yang bearsifat menbangun demi tercapainya makalah yang lebih baik untuk selanjutnya.



Jambi, Oktober 2018


    Penulis



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….…..1
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….….....2
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………..…4
1.1  Latar Belakang ………………………………………………………………………….…4
1.2  Tujuan ……………………………………………………………………………………..4
BAB II LITERATUR …………………………………………………………………….........5
2.1 Kajian Teoritik ……………………………………………………………………….........5
            2.1 Pengertian Model Pencapaian Konsep……………………………………..……….5
            2.2 Pemahaman dan Model Pembelajaran……...……………………………….……..6
            2.3 Faktor yang mempengaruhi peahaman konsep dan model pembelajaran yang efektif…………………………………………………………………………………..6
2.4 Peran penting guru dalam model pencapaian konsep………………………..…….7
            2.5 Sintaks Model Pencapaian Konsep….……………………………………………..7
2.6 Analisis model pencapaian konsep……………………………………………..…..8
                        2.6.1 Sistem sosial……………………………………………………………..
                        2.6.2 Prinsip-Prinsip Reaksi…………………………………………………...
                        2.6.3 Sistem Pendukung……………………………………………………….
2.7 Contoh penerapan model pencapaian konsep……..……………………………….9
2.8 Model pemrosesan informasi………………………………………………………9
2.9 Self-Concept and Its Relation to Achievement……….………………………..9
                2.10 Planning conceptual learning model lessons………………………………………………………….10
2.11 Concept Attainment Model……………………………...............……........12
2.12 Theoretical Models and Methodological Guidelines……….…………...............13
            2.13 Theoretical Models and Methodological Guidelines……………………………14
2.14 Theoretical and Empirical Work…………………………………………............16
2.15 Kelebihan dan kekurangan model pencapaian konsep…………………………..17
2.16 Kajian teoritik……………………………………………………………………18
BAB II PENUTUP……………………………………………………………………………16
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………..16
3.2 Saran………………………………………………………………………………………17
Daftar pustaka…………………………………………………………………………………18






















BAB 1
Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
Guru sebagai salah satu komponen pendidikan dan merupakan suatu bidang profesi, mempunyai peranan yang sangat vital didalam proses belajar mengajar untuk membawa anak didiknya kepada kedewasaan dalam arti yang sangat luas. Bahkan boleh dikatakan bahwa keberhasilan suatu proses belajar mengajar ini 60% terletak ditangan guru.
Oleh karena itu proses belajar mengajar yang dibabaki oleh guru tidak akan pernah tenggelam atau digantikan oleh alat atau lainnya. Dizaman modern yang ditandai oleh kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi telah merambah seluruh sektor kehidupan. Produk iptek telah menjadikan kehidupan manusia menjadi lebih praktis dan lebih mudah, sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan dan diperoleh saat ini dengan mudah dapat segera diwujudkan termasuk didalam dunia pendidikan produk teknologi telah menjadi guru kedua bagi anak.
Selain dari pada itu, pendidikan yang hanya menggunakan metode-metode lama yang mana guru hanya menerangkan dan memberi tugas kepada siswa, yang membuat siswa bosan, akhirnya proses belajar-mengajar menjadi tidak menarik dan membosankan, yang akhirnya tidak ada kemajuan didalam dunia pendidikan. Oleh karena itu perlu adanya model-model pembelajaran yang dijadikan pedoman untuk guru agar proses belajar mengajar lebih menarik yang nantinya mampu membentuk anak didiknya karena kedewasaan seperti yang diharapkan.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka kami mengangkat topik masalah model pembelajaran pencapaian konsep dan  model latihan penelitian  mudah mudan dapat memperkaya  model pembelajaran sehingga siswa tidak  bosan untuk mengikuti pelajaran.
1.2     Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut :
1.         Untuk mengetahui pengertian dari model pencapaian konsep
2.         Untuk mengetahui sintaks dari model pembelajaran
3.         Untuk mengetahui analisis model pencapaian konsep


BAB II
LITERATUR

Kajian Teoritik
2.1 Pengertian Model Pencapaian Konsep
Model pencapaian konsep adalah  sarana evaluasi yang sangat bagus ketika guru ingin menentukan apakah gagasa-gagasan penting yang diperkenalkan lebih dini telah dikuasai. Model pencapaian konsep ini dengan cepat mengungkapkan kedalaman pemahaman siswa dan memperkuat pengetahuan mereka sebelumnya.
Pelajaran pencapaian konsep yang memberikan konsep-konsep penting dalam unit-unit penelitian sosial- konsep-konsep seperti demokrasi, sosialisme, kapitalisme, dan process (perlakuan yang adil melalui sistem hukum normal, khususnya menyangkut hak warga negara)- dapat secara periodik digabungkan menjadi unit-unit yang tergantung pada kemampuan membaca dan melaporkan siswa.
Model pencapaian konsep dapat digunakan untuk anak-anak dari semua usia dan kelas sekolah. Kita telah melihat guru-guru sangat berhasil menggunakan model tersebut  untuk anak-anak taman kanak-kanak, yang mencintai tantangan aktivitas induktif.
Ketika model pencapaian konsep digunakan pada pendidikan anak usia dini, materi-materi yang konkret untuk contoh-contohnya sering tersedia. (Joyce 20)
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman  dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menetukan perangkat-perangkat pembelajaran yang termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.
            Penerapan model pencapaian konsep menggunakan  peta pikiran akan menetukan bentuk aktivitas-aktivitas pembelajaran tertentu. Model pencapaian konsep dapat menyempurnakan tujuan-tujuan instruksional, tergantung pada tekanan pelajaran tertentu. Model ini di rancang untukmengajarkan konsep-konsep tersebut. Model ini juga menyediakan praktik dalam logika induktif dan kesempatan-kesempatan untuk mengubah dan mengembangkan strategi-strategi membangun konsep yang dimiliki siswa (Rahmi,Harahap, 2013 :186-188).

2.2 Pemahaman dan Model Pembelajaran
Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari.
Namun pada kenyataannya banyak siswa yang kesulitan dalam memahami konsep Bahkan mereka kebanyakan tidak mampu mendefenisikan kembali bahan pelajaran dengan bahasa mereka sendiri serta membedakan antara contoh dan bukan contoh dari sebuah konsep. Untuk mencapai pemahaman konsep Peserta didik dalam matematika dapat dilakukan dengan cara menerapkan model pembelajaran quantum teaching. Model ini merupakan salah satu cara dalam usaha mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Quantum teaching menekankan agar siswa mengetahui dan memahami bentuk nyata dari pembelajaran yang berlangsung dengan bantuan aktivitas yang diberikan guru. Hal tersebut membuat siswa tidak mengkhayal dalam membayangkan suatu konsep materi yang dipelajari. Sehingga siswa mampu mengungkapkan konsep matematikanya dengan bahasa yang benar dan mudah dipahami. Adanya hal tersebut kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dapat dikembangkan (Murizal dkk, 2012 : 19-20).
2.3 Faktor yang mempengaruhi peahaman konsep dan model pembelajaran yang efektif
Berbagai faktor dapat dipandang dapat mempengaruhi hasil belajar/pemahaman konsep siswa. Salah satu faktor penting adalah model pembelajaran yang diterapkan guru. Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih monoton dengan mengimplementasikan model pembelajaran yang berorientasi pada pemrosesan informasi. Guru lebih sering memberikan informasi yang sudah jadi, seperti konsep-konsep atau rumus-rumus yang sudah ada di buku, kemudian memberikan contoh soal dan memberikan latihan soal. Pada proses pembelajaran, guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam kegiatan memprediksi terhadap pola-pola apa yang mungkin dapat diamati, kegiatan pengamatan atau observasi, serta kegiatan yang dapat melatih retorika siswa yaitu mengkomunikasikan atau menjelaskan keterkaitan antara prediksi dan hasil observasi pada orang lain, sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa. Selain model, hasil belajar juga dipengaruhi oleh gaya belajar. Gaya belajar ini tidak mendapatkan perhatian lebih dari guru dalam memilih strategi atau model pembelajaran yang diterapkan. Gaya belajar seorang siswa menentukan bagaimana menyerap dan mengolah informasi, maka gaya belajar akan menjadikan seorang siswa mampu belajar dan berkomunikasi dengan lebih mudah (Restami dkk 2013 : 2-3).

2.4 Peran penting guru dalam model pencapaian konsep
Dalam model pencapaian konsep ini guru sangat berperan penting dan diantaranya yang harus diperhatikan yaitu; menciptakan suatu lingkungan sedemikian sehingga siswa merasa bebas untuk berpikir dan menduga tanpa rasa takut dari kritikan dan ejekan. Pencapaian konsep itu juga harus dijelaskan dan diilustrasikan bagaimana model pencapaian konsep itu berlangsung.
Dalam penelitian ini indikator pencapaian pemahaman konsep sebagai hasil belajar matematika adalah: 1). Menjelaskan ulang sebuah definisi menurut sifat-sifat/ ciri-ciri yang esensial; 2). Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat yang dimiliki; 3).Memberi contoh dan non contoh dari konsep; 4). Mengaplikasikan konsep atau algaritma dalam penyelesaian masalah . Model pembelajaran pencapaian konsep merupakan salah satu alternatif untuk dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. (Dearlina 2011 : 22).
2.5 Sintaks Model Pencapaian Konsep
Fase Satu : Penyajian Data dan Identifikasi Objek
1.      Guru menyajikan contoh-contoh yang telah dilabeli
2.      Siswa membandingkan sifat-sifat dalam contoh positif dan negatif
3.      Siswa menghasilkan dan menguji hipotesis
4.      Siswa menyebutkan sebuah defenisi menurut sifat-sifat esensial.
Fase Dua : Menguji Pencapaian Konsep
1.      Siswa mengidentifikasi contoh tambahan yang tidak diberi label Ya atau Tidak
2.      Guru mengkonfirmasikan hipotesis,nama-nama konsep, dan menyatakan kembali defenisi menurut sifat-sifat esensial.
3.      Siswa menghasilkan contoh-contoh.
Fase Tiga : Analisis Strategi Berpikir
1.      Siswa menjelaskan pemikiran-pemikiran
2.      Siswa membahas peran hipotesis dan sifat-sifat
3.      Siswa membahas jenis dan jumlah hipotesis


2.6 Analisis model pencapaian konsep
2.6.1 Sistem sosial
Sebelum mengajar dengan model pencapaian konsep, guru memilih konsep,menyeleksi dan mengolah bahan menjadi contoh-contoh positif dan negatif, dan mengurutkan/merangkai contoh-contoh tersebut. Meskipun demikian, seperti dideskripsikan oleh para psikolog pendidikan, banyak bahan pengajarannya,khududnya buku ajar tidak dirancanag sedemikian rupa sesuai dengan tujuan pembelajaran konsep. Dalam banyak kasus, guru harus mempersiapkan contoh-contoh, mengali ide-ide dan bahan-bahan dari buku sumber- sumber lain, dan merancangnya sedemikian rupa sehingga ciri-ciri menjadi jelas dan tentu saja ada contoh-contoh negatif dan positf yang dibuat dari konsep tersebut. Ketika menggunakan model pencapaian konsep, guru bertindak sebagai perekam yang mengawasi  hipotesis –hipotesis (konsep-konsep) dan ciri-ciri yang di buat siswa. Guru juga menyajikan contoh-contoh tambahan seperlunya. Ada tiga tugas penting yangbharus diperhatikan guru selama aktivitas pencapaian konseop, yaitu mencatat/merekam, “membisikkan” (isyarat ), dan menyajikan data tambahan. Dalam tahap awal pencapaian konsep, guru setidaknya harus menyajikan contoh-contoh yang sudah benar-benar terstruktur. Namun demikian, prosedur pembelajaran kooperatif juga dapat berhasil digunakan.
2.6.2 Prinsip-Prinsip Reaksi
Selama proses pelajaran, guru perlu bersifat mendukung hipotesis siswa, namun, menekankan bahwa mereka menjadi bersifat hipotesis dan untuk menciptakan dialog dimana para siswa saling menguji hipotesis mereka. Pada fase model berikutnya, guru harus mengalihkan  perhatian siswa ke arah analisis konsep dan strategi berpikir mereka, sekali lagi menjadi sangat suportif. Guru sebaiknya lebih mendorong analisi manfaat berbagai strategi daripada guru berupaya untuk mencari  satu strategi yang terbaik untuk semua orang dalam semua situasi.
2.6.3 Sistem Pendukung      
          Pelajaran pencapaian konsep mewajibkan agar contoh positif dan negtif disajikan kepada siswa. Sebaiknya ditekankan agar pekerjaan siswa dalam pencapaian konsep tidak untuk menemukan konsep-konsep baru, tetapi untuk mencapai konsep-konsep yang sebelumnya telah diseleksi oleh guru. Ketika siswa disajikan dengan contoh,mereka menjelaskan karakteristik (atribut)-nya, mencari atribut berssama dalam contoh positif yang tidak di tampilkan dalam contoh negatif.
2.7 Contoh penerapan model pencapaian konsep
Usaha dan Energi merupakan materi yang memiliki banyak konsep dan terkait dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, terdapat keterkaitan antara konsep usaha dan konsep energi sehingga kedua konsep tersebut tidak dapat dipisahkan antara konsep yang satu dengan yang lain. berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Interaktif dalam Model Pencapaian Konsep untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Usaha dan Energi.
Sebelum diterapakan pembelajaran interaktif dalam model pencapaian konsep, dilakukan pretest pada siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Kemudian, pada akhir pertemuan dilakukan posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran interaktif dalam model pencapaian konsep (Septianingrum dan Anggaryani 2014 : 7).
2.8 Model pemrosesan informasi
Model model pembelajaran yg tergolong kepada kelompok ini ialah model pencapaian konsep, model berfikir induktif, model latihan penelitian , model pemandu awal, model memorisasi, model pengembangn intelek dan penelitian ilmiah. Menurut Jerome Brunner model pencapaian konsep ini bertujuan untuk mengembangkan penalaran induktif, dan untuk pengembangan serta analisis konsep (Andayani, 2012 : 141).
2.9 Self-Concept and Its Relation to Achievement
Achievement Model This concept is also an efficient model for presenting information that is organized in various fields of study, one of the advantages of this concept achievement model is increasing the ability to learn in an easier and more effective way.
Concept achievement models are learning models designed to help students of all ages develop and strengthen their understanding of concepts and practice critical thinking skills. In this learning model, students are not provided with the formulation of a concept, but they find the concept based on examples that have emphasis on the characteristics of the concept. In the learning of this concept, the teacher shows examples and examples of a concept imagined. While students make hypotheses about what the concept is likely to do, analyze their hypotheses by looking at examples and non-examples, which ultimately arrive at the concept in question (Marsh dkk, 2005 :398 ).
Model Pencapaian Konsep ini juga merupakan model yang efisien untuk menyajikan informasi yang diatur dalam berbagai bidang studi, salah satu keunggulan dari model pencapaian konsep ini adalah meningkatkan kemampuan untuk belajar dengan cara yang lebih mudah dan lebih efektif.
Model pencapaian konsep adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa dari segala usia mengembangkan dan memperkuat pemahaman mereka tentang konsep dan mempraktikkan keterampilan berpikir kritis. Dalam model pembelajaran ini, siswa tidak diberikan perumusan konsep, tetapi mereka menemukan konsep berdasarkan contoh yang memiliki penekanan pada karakteristik konsep. Dalam pembelajaran konsep ini, guru menunjukkan contoh dan contoh dari konsep yang dibayangkan. Sementara para siswa membuat hipotesis tentang apa yang mungkin dilakukan oleh konsep tersebut, menganalisis hipotesis mereka dengan melihat contoh dan non-contoh, yang akhirnya sampai pada konsep yang dipertanyakan. (Marsh dkk , 2005 : 398 ).
2.10 Planning conceptual learning model lessons
The things that need to be considered in designing lessons using the concept achievement model are as follows:
1. Establish material
As with other learning models, when applying the concept achievement model the teacher must determine the material to be taught. The material in this case is the concept (not generalization, formula, or principle). The concept that will be pursued should not be new at all for students. It must be remembered that this model will be more effective if the student who will be taught has some experience about the concepts to be taught.
2. The importance of clear learning objectives
As explained earlier, that the purpose of using the concept achievement model includes helping students develop concepts and relations between the concepts and provide training to them about the keritis thinking process, especially in the formulation and testing of hypotheses.
3. Choose examples and non-examples
The most important factor in choosing an example is identifying the examples that best illustrate the concept.
Besides that, the chosen example must also be able to broaden students' thinking about the concepts taught as examples.
Another thing to note in choosing an example is not choosing an isolated example from the context. This means that the chosen sample must exist in an environment where students engage in daily life or within the range of their thinking.
In addition to choosing a positive example, the teacher also prepares negative examples or non-examples. In choosing a negative example, efforts are made to change characteristics into non-essential characteristics of concepts that will be taught and present all things that are not essential characteristics of the concept.
4. Sort the examples
After choosing examples and non-examples, the final task in planning lessons is how to sort the examples and non examples. If the development of thinking keritis is an important goal for teachers, the examples must be sorted so that students have the opportunity to develop their thinking skills. Demonstrating quickly or completely the meaning of the concept being taught, not giving students the opportunity to do the analysis and consequently not producing a very deep understanding of the concepts being studied.
In sorting the sample, the teacher can do this by presenting two or more positive examples followed by two or more negative examples (non-examples) (Moller dkk ,2011 : 1315-1316 )
Merencanakan Pelajaran Model Pencapaian Konsep
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang pelajaran menggunakan model pencapaian konsep adalah sebagai berikut
1. Menetapkan materi
Seperti halnya dengan model-model pembelajaran yang lain, ketika akan menerapkan model pencapaian konsep guru harus menetapkan materi-materi yang akan diajarkan. Materi dalam hal ini bentuknya adalah konsep (bukan generalisasi, rumus, atau prinsip). Konsep yang akan dijarkan itu sebaiknya bukan baru sama sekali bagi siswa. Harus diingat bahwa model ini akan lebih efektif bila siswa yang akan diaja itu memiliki beberapa pengalaman tentang konsep yang akan diajarkan.
2. Pentingnya tujuan pembelajaran yang jelas
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tujuan penggunaan model pencapaian konsep mencakup membantu siswa mengembangkan konsep dan relasi-relasi antara konsep itu dan memberikan latihan kepada mereka tentang proses berpikir keritis terutama dalam peumusan dan pengujian hipotesis.
3. Memilih contoh dan non-contoh
Faktor yang paling penting dalam memilih contoh adalah mengidentifikasi contoh-contoh yang paling baik mengilustrasikan konsep tersebut.
Disamping itu, contoh yang dipilih juga harus dapat memperluas pemikiran siswa tentang konsep yang diajarkan  sebagai contoh.
Hal yang lain juga perlu diperhatikan dalam memilih contoh adalah tidak memilih contoh yang terisolasi dari konteks. Artinya contoh yang dipilih harus ada dalam lingkungan dimana siswa beraktifitas dalam kehidupan sehari-hari ataupun yang ada dalam jangkauan pemikirannya.
Selain memilih contoh positif, guru juga menyiapkan contoh-contoh negatif atau non-contoh. Dalam memilih contoh negatif, diupayakan merubah karakteristikesensial menjadi karakteristik non esensial pada konsep yang akan diajarkan dan menyajikan semua hal-hal yang bukan merupakan karakteristik esensial konsep itu.
4. Mengurutkan contoh
Setelah memilih contoh dan non-contoh, tugas akhir dalam merencanakan pelajaran adalah bagaimana mengurutkan contoh dan non-contoh itu. Jika pengembangan berpikir keritis menjadi tujuan penting bagi guru, contoh-contoh itu harus diurutkan sedemikian sehingga para siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir keritis mereka. Menunjukkan secara cepat atau lengsung makna dari konsep yang diajarkan, tidak memberi kesempatan kepada siswa dalam melakukan analisis dan akibatnya tidak menghasilkan pemahaman yang sangat dalam terhadap konsep yang dikaji.
Dalam mengurutkan conth, guru dapat melakukan dengan menyajikan dua atau lebih contoh positifm kemudian diikuti dua atau lebih contoh negatif (non-contoh) (Moller dkk ,2011 : 1315-1316)

2.11 Concept Attainment Model
The model ermeged out of study of thinking process in human beings : it is based on the assertion that environment is full of tremendously diverse things and would have been imposible to adjust in it if human beings had not been endowed with the capacity to discriminate and to categories things in groups.this process of classifying things in group,benefits human beings in three ways. Frist , it reduces the complexity of the environment , second in gives the means by which we identify the objects in the world and third it reduces the necessity of constant learning (Singh 2008 : 189).
     Model ini keluar dari studi proses berpikir dalam manusia: hal ini didasarkan pada pernyataan bahwa lingkungan penuh dengan hal-hal yang sangat beragam dan tidak mungkin untuk menyesuaikan di dalamnya jika manusia tidak memiliki kapasitas untuk melakukan diskriminasi dan kategori hal-hal dalam kelompok. Ini adalah proses mengklasifikasi hal-hal dalam kelompok, menguntungkan manusia dalam tiga cara. Pertama, mengurangi kompleksitas lingkungan, kedua dalam memberi sarana yang kita identifikasi objek di dunia dan ketiga itu mengurangi kebutuhan pembelajaran yang konstan (Singh 2008 : 189).
2.12 Concept Attainment Model In Teaching
The major finding of the study were (a) selection oriented model was found to be more effective than the reception oriented model of concept attainment, with respect to the advertisement , of the students in mathematics irrespective of their level of intelligence (b) selection oriented model of concept attainment was found to be more effective than the reception oriented model with respect to the achievement of the students of middle level of intellegence , in mathematics, (c) selection oriented and reception oriented models of concept attainment were equally effective with respect to achievement in mathematics, of high and low levels of intellegences (Prabhakaram 1998 : 27) .
Temuan utama dari penelitian ini adalah (a) model berorientasi seleksi ditemukan menjadi lebih efektif daripada model berorientasi penerimaan pencapaian konsep, sehubungan dengan iklan, siswa dalam matematika terlepas dari tingkat kecerdasan mereka (b) seleksi yang berorientasi model pencapaian konsep ditemukan menjadi lebih efektif daripada model yang berorientasi penerimaan berkenaan dengan pencapaian siswa tingkat menengah kecerdasan, dalam matematika, (c) pemilihan berorientasi dan penerimaan berorientasi model pencapaian konsep sama-sama efektif berkenaan dengan prestasi dalam matematika, tingkat kecerdasan tinggi dan rendah (Prabhakaram1998 : 27) .

          Science included physics is a study to understand about nature. Through conceptual attainment model, students compare and contrast examples that contain concept attributes with examples that do not contain. By observing, students discuss and identify the attributes until they develop a concept definition.
 Learning material in this study was Equilibrium and Rotational Dynamics. This material was chosen because it contained of classical mechanics basic concepts which applied a lot in daily life. At schools, this material was rarely presented in experimental activities. The learning usually given by mathematical equation so students just memorized the formulas and applied to solve exercise problems. Therefore, this study will develop conceptual attainment worksheet for XI class in materials of ’Equilibrium and Rotational Dynamics’ to improve physics concept understanding and science process skills. Process skills also needed to get the learning comprehension, which means the whole of concept understanding (Rani,dkk, 2017 :327).
                   Ilmu termasuk fisika adalah studi untuk memahami tentang alam. Melalui model pencapaian konseptual, siswa membandingkan dan membedakan contoh yang mengandung atribut konsep dengan contoh-contoh yang tidak mengandung. Dengan mengamati, siswa mendiskusikan dan mengidentifikasi atribut sampai mereka mengembangkan definisi konsep.
                  Materi pembelajaran dalam penelitian ini adalah Equilibrium and Rotational Dynamics. Bahan ini dipilih karena mengandung konsep-konsep dasar mekanika klasik yang banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Di sekolah-sekolah, materi ini jarang disajikan dalam kegiatan eksperimen. Pembelajaran biasanya diberikan oleh persamaan matematika sehingga siswa hanya menghafal rumus dan diterapkan untuk menyelesaikan masalah latihan. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengembangkan lembar kerja pencapaian konseptual untuk kelas XI dalam materi 'Equilibrium and Rotational Dynamics' untuk meningkatkan pemahaman konsep fisika dan keterampilan proses sains. Keterampilan proses juga diperlukan untuk mendapatkan pemahaman pembelajaran, yang berarti seluruh pemahaman konsep (Rani,dkk, 2017 :327).
                                                 
2.13 Theoretical Models and Methodological Guidelines
          Proposed methodological guidelines to establish more clearly the nature of the relation between academic achievement and academic self-concept. These guidelines are based on a structural equation modeling (SEM) statistical approach. First, academic self concept and academic achievement should be inferred on the basis of multiple indicators, that is, at least three items per factor, although more is preferable. Second, there is a need to control appropriately for method–halo effects associated with the same measures collected on multiple occasions. Because the failure to control for these effects produces positively biased estimates of stability, we should always test for correlated uniquenesses between measures assessed on multiple occasions. Third, academic self-concept and academic achievement should be measured at least twice (i.e., a two-wave study) and preferably more frequently. Although more research is needed to establish the optimal interval between measurement points, it is recommended that the data span more than one school year. Fourth, researchers should proceed with a “full-forward” a priori SEM model  to test rigorously the reciprocal-effects model. This model estimates stability coefficients and cross lage effects to determine the causal flow among the constructs. The main advantage of this model is that other alternative models are nested under this more general model, thereby offering a point of comparison. Fifth, it is important to consider a sufficiently large and diverse sample to justify the use of SEM and the generality of the findings.
          Found reasonably consistent support for the reciprocal-effects model across different studies, suggesting that there may not be well-established development differences in the relative support for the skill-development and self-enhancement models. They emphasized, however, that there was insufficient research with young children to evaluate developmental trends in early school years. We have identified six studies aimed at testing the development of the causal ordering between academic achievement and academic self-concept among elementary school children (Marsh,dkk, 2003 : 125).
                  Pedoman metodologis yang diusulkan untuk menetapkan lebih jelas sifat hubungan antara prestasi akademik dan konsep diri akademik. Panduan ini didasarkan pada pendekatan statistik pemodelan persamaan struktural (SEM). Pertama, konsep diri akademik dan prestasi akademik harus disimpulkan atas dasar beberapa indikator, yaitu, setidaknya tiga item per faktor, meskipun lebih disukai. Kedua, ada kebutuhan untuk mengontrol secara tepat untuk efek metode-halo yang terkait dengan tindakan yang sama yang dikumpulkan pada berbagai kesempatan. Karena kegagalan untuk mengontrol efek ini menghasilkan perkiraan stabilitas yang positif, kita harus selalu menguji keunikan yang berkorelasi antara tindakan yang dinilai pada banyak kesempatan. Ketiga, konsep diri akademik dan prestasi akademik harus diukur setidaknya dua kali (yaitu, studi dua gelombang) dan lebih disukai lebih sering. Meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menetapkan interval optimal antara titik-titik pengukuran, direkomendasikan bahwa rentang data lebih dari satu tahun sekolah. Keempat, peneliti harus melanjutkan dengan "full-maju" model SEM priori untuk menguji secara ketat model efek resiprokal. Model ini memperkirakan koefisien stabilitas dan efek lintas lage untuk menentukan aliran sebab-akibat di antara konstruk. Keuntungan utama dari model ini adalah bahwa model alternatif lain bersarang di bawah model yang lebih umum ini, dengan demikian menawarkan titik perbandingan. Kelima, penting untuk mempertimbangkan sampel yang cukup besar dan beragam untuk membenarkan penggunaan SEM dan umum temuan Menemukan dukungan yang cukup konsisten untuk model efek resiprokal di berbagai studi yang berbeda, menunjukkan bahwa mungkin tidak ada perbedaan pembangunan yang mapan dalam dukungan relatif untuk pengembangan keterampilan dan model peningkatan diri.
                   Mereka menekankan, bagaimanapun, bahwa ada penelitian yang tidak memadai dengan anak-anak muda untuk mengevaluasi tren perkembangan di awal tahun sekolah. Kami telah mengidentifikasi enam studi yang bertujuan menguji perkembangan pemesanan kausal antara prestasi akademik dan konsep diri akademik di antara anak-anak sekolah dasar  (Marsh,dkk, 2003 : 125).
2.14 Theoretical and Empirical Work
          Although the research reviewed above was reasonably consistent regarding a relation between prior ability beliefs and later persistence or educational attainment level, whether this relation occurs over and above academic achievement, family SES, and family structure has not systematically been verified. Nor have these relations been tested using a ten-year time lag. The purpose of the present study was to test the relation between academic selfconcept and level of educational attainment. Based on the theoretical framework and previous research outlined above, we therefore hypothesized that over and above academic achievement, SES, and family structure, academic self-concept would predict positively children’s level of educational attainment ten years later. To test this hypothesis, we used data from a ten-year longitudinal study that was conducted among three cohorts of elementary school children who, at the start of the study, attended third, fourth, and fifth grade. Academic achievement. The measure used to assess academic achievement was a three-item teacher rating scale. Each of the three items was designed to assess academic achievement in reading, writing, and mathematics (Guay,dkk, 2004 : 3-5).
                  Meskipun penelitian yang ditinjau di atas cukup konsisten mengenai hubungan antara kepercayaan kemampuan sebelumnya dan persistensi kemudian atau pencapaian pendidikan tingkat, apakah hubungan ini terjadi di atas prestasi akademik, keluarga SES, dan struktur keluarga belum diverifikasi secara sistematis. Juga tidak memiliki ini hubungan telah diuji menggunakan jeda waktu sepuluh tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara konsep diri akademik dan tingkat pencapaian pendidikan. Berdasarkan kerangka teoritis dan penelitian sebelumnya yang diuraikan di atas, oleh karena itu kami menghipotesiskan bahwa, dan di atas prestasi akademik, SES, dan struktur keluarga, konsep diri akademik akan memprediksi tingkat pendidikan anak-anak secara positif sepuluh tahun kemudian. Untuk menguji hipotesis ini, kami menggunakan data dari studi longitudinal sepuluh tahun itu dilakukan di antara tiga kohor anak-anak sekolah dasar yang, pada awal
belajar, menghadiri kelas ketiga, keempat, dan kelima. Prestasi akademik. Ukuran yang digunakan untuk menilai prestasi akademik adalah  skala rating guru tiga-item. Masing-masing dari ketiga item itu dirancang untuk dinilai prestasi akademik dalam membaca, menulis, dan matematika (
Guay,dkk, 2004 : 3-5).
2.15 Kelebihan dan kekurangan model pencapaian konsep
          2.15.1 kelebihan
                        - siswa lebih dapat memahami konsep
                        - siswa lebih mampu mengerjakan karya ilmiah
                        - siswa dapat lebih berfikir logis dan kritis serta mempunyai strategi
          2.15.2 kekurangan
                        - masih cenderung stunt center learning
                             - siswa kurang memahami pembelajaran yang didalamnya ada metode praktikum

2.16 Kajian kritis
         

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Dari pembahasan diatas dapat di simpulkan bahwa :
1.      Pencapaian konsep merupakan proses mencari dan mendaftar sifat-sifat yang dapat digunakan untuk membedakan contoh-contoh yang tepat dengan contoh-contoh yang tidak tepat dari berbagai kategori
2.      Hal penting dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran pencapaian konsep yaitu Menentukan Tingkat Pencapaian Konsep Tingkat pencapaian konsep (concept attainment) dan Analisis konsep.
3.      Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari
4.      Terdapat beberapa model pembelajaran dalam  K-13, dintaranya model pengelolaan informasi, model personal, kelompok model sosial dan model kelompok serta model system prilaku. Model pengelolaan informasi ini memiliki orientasi pokok diantaranya proses kognitif , pemahaman dunia, pemecahan masalah dan berfikir induktif. Metode ini termasuk kedalam model pencapaian konsep
5.      Peran pokok guru dalam pembelajaran model pencapaian konsep yang perlu diperhatikan, adalah :
a. Menciptakan suatu lingkungan sedemikian hingga siswa merasa bebas untuk berpikir dan menduga tanpa rasa takut dari kritikan atau ejekan.
b. Menjelaskan dan mengilustrasikan bagaimana model pencapaian konsep itu seharusnya berlangsung, membimbing siswa dalam proses itu, membantu siswa menyatakan dan menganalisis hipotesis, dan mengartikulasi pemikiran-pemikiran mereka. Dalam membimbing aktifitas itu tiga cara penting yang dapat dilakukan oleh guru.




3.2 Saran
            Penulis menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna. Kedepannya penulis akan lebih focus dan details dalam menjelaskan tentang materi di atas dan dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk saran bisa kritik atau saran terhadap penulisan jiga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dan bahasan makalah yang telah dijelaskan






















DAFTAR PUSTAKA
Adi Suarman Situmorang, 2014. Desain Model Pembelajaran Based Learning Dalam Peningkatan Kemampuan Konsep Mahasiswa Semester Tiga Jurusan Pendidikan Matematika Fkip-UHN Medan. Jurnal Suluh Pendidikan FKIP-UHN, Volume-1, Edisi-1, ISSN: 2356-2595.
Angga Murizal, Yaman, Yerizon, 2012. Pemahaman Konsep Matematis dan Model  Pembelajaran Quantum Teaching. Jurnal Pendidikan Matematika Vol.1 No.1
Dr.K,S, Prabhakaram, dkk, 1998. Concept Attainment Model in Mathematics Teaching. New  Delhi : Publishing House
Dr.Y.K. Singh,dkk,2008. Education Technologi Teaching Learning. New Delhi : Publishing Corparation
Ellya Estri Septianingrum,dkk, 2014. Penerapan Pembelajaran Interaktif Dalam Model
         Pencapaian Konsep Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Energi dan Usaha. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Vol 3, No 2, ISSN: 2302-4496.
Fathia Rahmi, Mara Bangun Harahap, 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Pencapaian  Konsep Dengan Menggunakan Peta Pikiran Sebagai Upaya Mengurangi Miskonsepsi  Siswa. Jurnal INPAFI Vol 1, No 2.
Fredderic Guay, Hebert W. Marsh, Michael Boivin, 2003. Acedemic Self Concept and
          Academic Achievement : Developmental Perspectives on Their Causal Ordering. Journal of Educational Psychology Vol 95, No 1.
Frederic Guay,Simon Larose,Michael Boivin,2004. Academic Self-concept and Educational  Attainment Level : a TEN YEAR Longitudinal Study. ISSN : 1529-8868
Herbeth W. Marsh dkk , 2005 Academic Self-Concept, Interest, Grades, and Standardized  Test Scores: Reciprocal Effects Models of Causal Ordering Volume 76, Number 2
Jens Moller dkk, 2011. The Reciprocal Internal/External Frame of Reference Model An  Integration of Models of Relations Between Academic Achievement and Self- Concept Vol 48, no 6
M.P. Restami, K. Suma, M. Pujani, 2013. Pengaruh Model Pembelajaran POE (Predict- Observe-Explaint) Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Dan Sikap Ilmiah Ditinjau Dari Gaya Belajar Siwa. e-Journal Ganesha Vol 3
Prof.Dr. Andayani,M.Pd, 2015. Problem Dan Aksioma : Dalam Metodologi Pembelajaran  Bahasa Indonesia. Yogyakarta : Deepublish
S.A. Rani, Y Wiyatmo, H. Kustanto,2017. Concept Attainment Worksheet To Enhance Concept Knowledge and Science Process Skill In Physics Intruction. Journal Pendidikan IPA Indonesia. Vol 6, No 2. ISSN : 326-334


0 komentar:

Posting Komentar

 

Fadillah's blog Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review