Sabtu, 08 Desember 2018

MODEL PEMBELAJARAN KELOMPOK PENGELOHAN INFORMASI (Model Pembelajaran Inquiry)

Diposting oleh Fadillah Rahmayani di 20.34.00


KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,    
       Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, rasa syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala kemurahan, rahmat serta karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Model Pembelajaran Inquiry”
meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
       Makalah ini diajukan untuk memenuhi Tugas Strategi Belajar Mengajar Fisika. Kami mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam penyelesaian makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.        Dwi Agus Kurniawan, S. Pd., M. Pd. selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini serta memberikan pengarahan kepada kami sehingga terwujud makalah ini.
2.        Teman – teman kami terima kasih atas semangat, dorongan dan bantuannya.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun guna perbaikan makalah ini sangat kami harapkan.
       Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat dalam usaha pengembangan wawasan serta meningkatkan ilmu pengetahuan bagi kita semua.




Jambi, November 2018



Penyusun



Daftar Isi




BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu permasalahan dalam dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Kenyataan yang terjadi bahwa dalam proses pembelajaran di kelas, siswa diarahkan kepada kemampuan untuk menghafal informasi. Siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi dan mengaplikasikan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mengakibatkan ketika anak lulus sekolah, mereka hanya pintar secara teoritis tetapi sangat miskin aplikasi.
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah bagaimana merancang suatu strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai, karena tidak semua tujuan dapat tercapai hanya dengan satu strategi tertentu. Kemajuan teknologi informasi di era globalisasi saat ini menuntut guru untuk mengubah paradigma tentang mengajar yaitu dari sekedar menyampaikan materi pelajaran menjadi aktivitas menyampaikan materi pelajaran menjadi aktivitas mengatur lingkungan agar siswa belajar.
Pada umumnya siswa cenderung belajar dengan hafalan daripada secara aktif mencari untuk membangun pemahaman mereka sendiri terhadap konsep fisika. Ada juga sebagian siswa yang sangat faham pada konsep-konsep fisika, namun tidak mampu mengaplikasikan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjadikan materi fisika menjadi lebih menarik, maka guru harus mampu mengambil suatu kebijakan yaitu dengan perbaikan metode mengajar sehingga kompetensi belajar yang diharapkan akan tercapai dengan baik, sebab dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat akan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran di kelas. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran fisika adalah model pembelajaran inquiry. Model pembelajaran inquiry cocok digunakan pada materi-materi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Model inquiry dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswamembuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan materi yang diberikan dapat lebih bermakna bagi siswa. Untuk itu penulis akan membahas tentang model pembelajaran inquiry.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
1.         Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran inquiry.
2.         Untuk mengetahui prinsip-prinsip model pembelajaran inquiry.
3.         Untuk mengetahui Tujuan model pembelajaran inquiry.
4.         Untuk mengetahui langkah-langkah model pembelajaran inquiry.
5.         Untuk mengetahui macam-macam model pembelajaran inquiry
6.         Untuk mengetahui karakteristik model pembelajaran inquiry.
7.         Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran inquiry.


BAB II

LITERATUR

2.1  Kajian Teoritis

2.1.1  Pengertian Inquiry

Menurut Sani dan Syihab (2010: 17-18) model pembelajaran latihan inkuiri dikemukakan oleh Richard Suchman. Dia menginginkan peserta didik untuk bertanya mengapa suatu peristiwa terjadi, kemudian peserta didik melakukan kegiatan, mencari jawaban, memproses data secara logis, sampai akhirnya peserta didik mengembangkan strategi pengembangan intelektual yang dapat digunakan untuk menemukan mengapa suatu fenomena bisa terjadi. Pada dasarnya model pembelajaran ini mengikuti teori Suchman sebagai berikut:
·           Secara alami pembelajar akan mencari sesuatu setelah dihadapkan dengan masalah.
·           Mereka akan segera sadar tentang belajar mengenai strategi berfikir yang dimilikinya.
·           Penelitian yang bersifat kerjasama akan memperkaya proses berpikir dan membantu pembelajar untuk belajar tentang sifat tentatif dari pengetahuan, sifat selalu berkembang dari pengetahuan, dan menghargai berbagai alternatif penjelasan mengenai suatu hal.
Model pembelajaran inkuiri pertama kali dikembangkan oleh Richard Suchman tahun 1962 (dalam Joyce and Well, 2009), untuk mengajar para siswa memahami proses meneliti dan menerangkan suatu kejadian. Ia menginginkan agar siswa bertanya mengapa suatu peristiwa terjadi, kemudian ia mengajarkan kepada siswa prosedur dan menggunakan organisasi pengetahuan dan prinsip-prinsip umum. Siswa melakukan kegiatan, mengumpulkan, dan menganalisis data, sampai akhirnya siswa menemukan jawaban dari pertanyaan (dalam Nurdyansyah dan Fahyuni, 2016: 137).
Menurut Nurdin dan Adriantoni (2016: 214-215) inquiry secara bahasa, berasal dari kata dalam bahasa inggris yang berarti pertanyaan, pemeriksaan pencarian atau penyelidikan. Adapun pengertiannya secara istilah setiap ahli memberikan pengertian yang berbeda-beda namun mempunyai maksud yang sama. Di bawah ini adalah beberapa pengertian para ahli tentang model pembelajaran inquiry yang berhasil dihimpun dari berbagai sumber:
a.         Wina Sanjaya: pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
b.         W. Gulo: inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Gulo, W., 2004: 25).
c.         Robert B. Sund: inquiry adalah perluasan dari discovery yang digunakan lebih mendalam, artinya proses inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, yaitu: merumuskan problema, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan (B. Suryosubroto: 179).
d.        Oemar Hamalik: inquiry adalah suatu strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa di mana siswa secara berkelompok dihadapkan pada suatu persoalan atau pertanyaan untuk kemudian mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut melalui suatu prosedur dan stuktur kelompok yang jelas (Oemar Hamalik, 1999: 119).
Proses pembelajaran dalam bentuk inquiry, yaitu membangun pengetahuan/ konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Inquiry bersinonim dengan riset atau investigasi. Pembelajaran berbasis inquiry adalah strategi mengajar yang mengkombinasikan rasa ingin tahu peserta didik dan metode ilmiah. Kemampuan bertanya dan keberanian mengungkap pertanyaan menjadi bagian penting dalam penerapan strategi ini. Inquiry dapat dimulai dengan pertanyaan “Apa?” atau “Bagaimana?” untuk membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik terhadap suatu gejala alam ataupun sosial (Yamin dan Maisah, 2012: 159-162).
Menurut Joyce, dkk. (2009) model pembelajaran inkuiri ilmiah adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam masalah penelitian yang benar-benar asli dengan menghadapi siswa di bidang investigasi, membantu untuk mengidentifikasi masalah konseptual atau metodologis. Hal ini terdapat pada:
According to Joyce, et al in Hutahaean, et al (2017: 31) that  the scientific inquiry learning model is a learning model that involves students in truly original research problems by confronting students in the field of investigation, helping to identify conceptual or methodological problems.
Model pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa selama pembelajaran dan peran guru sebagai pembimbing. Model pembelajaran inkuiri menurut Gulo (2007) adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analitis sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran dengan menggunakan model inquiry tidak hanya penguasaan konsep, tetapi juga proses dalam mencapai penguasaan pengetahuan dan juga keterampilan yang dapat memberikan bekal bagi peserta didik dalam menghadapi kehidupannya (Andiasari, 2015: 16).
Pembelajaran inkuiri menurut Joyce dan Weil adalah pembelajaran yang dapat membantu pengembangan, antara lain: literasi sains, memahami proses pemahaman saintifik dari konsep, berpikir kritis dan sikap positif, penasaran, dan merangsang kegiatan berpikir siswa (dalam Susanto, 2013). Dalam proses belajar melalui kegiatan pembelajaran, pertanyaan pada akhirnya akan menghasilkan sikap ilmiah, seperti menghormati ide orang lain, terbuka dengan ide-ide baru, berpikir kritis, jujur ​​dan kreatif (Marbach & Classen, 2011). Melalui pembelajaran inkuiri, anak-anak akan menjadi pembelajar mandiri dengan rasa ingin tahu mereka dan mengeksplorasi sesuatu dengan bimbingan guru sehingga inkuiri dapat digunakan untuk melaksanakan pembelajaran aktif (Soetjipto, 2001). Hal ini terdapat pada:
In Adiasti, et al (2016: 46) that learning inquiry according to Joyce and Weil is learning that can help the development of, among other things: scientific literacy, understanding the processes of scientific understanding of the concepts, critical thinking and a positive attitude, curious, and stimulates  students thinking activities (in Susanto, 2013). In the process of learning through learning activities inquiry will eventually produce scientific attitudes, such as respect for other people's ideas, open with new ideas, critical thinking, honest and creative (Marbach & Classen, 2011). Through theinquiry learning, children will become independent learners with their curiosity and explore something with the guidance of teachers so inquiry can be used to implement active learning (Soetjipto, 2001).
Inkuiri adalah kegiatan multifaset yang melibatkan: melakukan pengamatan; mengajukan pertanyaan; memeriksa buku dan sumber informasi lain untuk melihat apa yang sudah diketahui; investigasi perencanaan; meninjau kembali apa yang sudah diketahui dalam terang bukti eksperimental; menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data; mengusulkan jawaban, penjelasan dan prediksi; dan mengkomunikasikan hasilnya. Hal ini terdapat pada:
Inquiry is a multifaceted activity that involves: making observations; posing questions; examining books and other sources of information to see what is already known; planning investigations; reviewing what is already known in the light of experimental evidence; using tools to gather, analyse and interpret data; proposing answers, explanations and predictions; and communicating the results (Avsec and Kocijancic, 2014: 1437).
Pembelajaran berbasis inkuiri (IBL) telah digunakan secara luas dalam sains selama bertahun-tahun. Sudah diterima secara luas bahwa ilmu pembelajaran berarti menyelidiki dan mengeksplorasi ketika mengembangkan hipotesis. IBL adalah praktik pembelajaran di mana siswa mengeksplorasi konten dengan berpose, menyelidiki, dan menjawab pertanyaan. Siswa berada di pusat pengalaman belajar dan mengambil kepemilikan pembelajaran mereka sendiri. Mereka sering bekerja secara mandiri dan dalam kelompok kolaboratif kecil. Sebagai Mahavier dkk. menyatakan, di ruang kelas IBL, "instruktur memainkan peran pelatih, mentor, kolaborator, panduan, dan pemandu sorak sesekali". Lebih spesifik lagi, peran guru dalam IBL adalah membimbing siswa dan mempromosikan pemikiran dan rasa ingin tahu. Ini mengambil perencanaan terencana untuk mengelola banyak penyelidikan siswa secara bersamaan. Guru memantau perkembangan setiap siswa dan memberikan umpan balik segera. IBL tidak menunjukkan bimbingan yang kurang dari guru, melainkan memberikan instruksi sedemikian rupa sehingga siswa membangun makna mereka sendiri. Guru berfungsi sebagai fasilitator yang merencanakan, menghasut, dan mengamati proses belajar siswa. Saat ini, ada banyak definisi IBL dan berbagai pendekatan. Akademi Pembelajaran Berbasis Inkuiri menyatakan bahwa IBL melibatkan siswa dan mengharuskan mereka untuk: memecahkan masalah, berspekulasi, bereksperimen, mengeksplorasi, membuat, dan berkomunikasi. Hal ini terdapat pada:
Inquiry-based learning (IBL) has been employed extensively in science for many years. It is widely accepted that learning science means investigating and exploring when developing a hypothesis. IBL is an instructional practice where students explore content by posing, investigating, and answering questions. Students are at the center of the learning experience and take ownership of their own learning. They often work independently and in small collaborative groups. As Mahavier et al. state, in an IBL classroom, “the instructor plays the role of coach, mentor, collaborator, guide, and occasional cheerleader”. More specifically, the teacher’s role in IBL is to guide students and promote thinking and curiosity. This takes purposeful planning to manage multiple student investigations simultaneously. Teachers monitor the progress of each student and provide immediate feedback. IBL does not indicate less guidance from the teacher, but rather delivers instruction in such a way that the student constructs their own meaning. The teacher serves as the facilitator who plans, instigates, and observes the student learning process. Currently, there are many definitions of IBL and a variety of approaches. The Academy of Inquiry-Based Learning states that IBL engages students and requires them to: solve problems, conjecture, experiment, explore, create, and communicate (Caswell and LaBrie, 2017: 162-163).
Menurut Trowbridge & Bybee dalam Mustachfidoh, dkk. (2013) Pembelajaran inkuiri merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa, kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan melalui suatu prosedur yang telah direncanakan secara jelas. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dapat membantu siswa untuk mengintegrasikan konsep-konsep yang telah mereka ketahui sebelumnya dengan peristiwa-peristiwa yang mereka amati di laboratorium. Pembelajaran inkuiri juga dapat mengubah miskonsepsi yang dialami siswa menjadi konsep ilmiah.
Inkuiri telah digambarkan sebagai metode pengajaran yang berpusat pada siswa, aktivitas langsung dengan penemuan (Uno, 1990). Yang penting, pendidik bertindak sebagai fasilitator kegiatan pembelajaran, mempromosikan diskusi dan bimbingan siswa daripada mengarahkan kegiatan (Herron, 2009; Uno, 1990; Wood, 2009). Pembelajaran berbasis pertanyaan mendorong perkembangan pembelajar mandiri, dengan mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Berdasarkan prinsip-prinsip metode ilmiah, siswa pembelajaran berbasis inkuiri mengamati fenomena Anda, menyintesis pertanyaan penelitian, menguji pertanyaan-pertanyaan ini secara berulang dan akhirnya menganalisis dan mengkomunikasikan temuan mereka (Uno, 1990; Weaver, Russell, & Wink 2008) Pembelajaran ini diarahkan oleh siswa dengan pendidik memberikan peran yang mendukung. Tingkat masukan dari pendidik tergantung pada tingkat penyelidikan. Dalam pertanyaan terbuka siswa secara mandiri merumuskan pertanyaan untuk penelitian sementara dalam inkuiri terbimbing pendidik memberikan bimbingan dengan konstruksi pertanyaan (Weaver et al., 2008). Meskipun berdasarkan metode ilmiah, pembelajaran berbasis inkuiri adalah metode pengajaran yang harus dipertimbangkan dalam disiplin lain karena mendukung pengembangan siswa yang bertanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri. Hal ini terdapat pada:
Inquiry has been described as a teaching method which combines student-centred, hands-on activities with discovery (Uno, 1990). Importantly, the educator acts as a facilitator of the learning activity, promoting student discussion and providing guidance rather than directing the activity (Herron, 2009; Uno, 1990; Wood, 2009). Inquiry-based learning fosters the development of independent learners, by encouraging students to take responsibility for their own learning. Based on the principles of the scientific method, in inquiry-based learning students observe a phenomenon, synthesise research questions, test these questions in a repeatable manner and finally analyse and communicate their findings (Uno, 1990; Weaver, Russell, & Wink, 2008). The learning is directed by the student with the educator providing a supportive role. The level of input from the educator depends on the level of inquiry. In open-inquiry students independently formulate a question to research while in guided-inquiry the educator provides guidance with the construction of a question (Weaver et al., 2008). Although based on the scientific method, inquiry-based learning is a teaching method which should be considered in other disciplines as it supports the development of students who are responsible for their own learning (in Smallhorn, et al, 2015: 66).

2.1.2  Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Inquiry

Menurut Pardede dan Manurung (2016: 3) model pembelajaran inquiry training terdapat tiga prinsip kunci, yaitu pengetahuan bersifat tentatif, manusia memiliki sifat ingin tahu yang alamiah, dan manusia mengembangkan individual secara mandiri. Prinsip pertama menghendaki proses penelitian secara berkelanjutan, prinsip kedua mengindikasikan pentingkan siswa melakukan eksplorasi, dan yang ketiga kemandirian, akan bermuara pada pengenalan jati diri dan sikap ilmiah.
Dalam penggunaan model inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru menurut Sanjaya (dalam Tim Dosen, 2015: 47-48), yaitu:
a.         Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama model inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Maka kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran bukan ditentukan oleh sejauhmana siswa dapat menguasai materi pelajaran, tetapi sejauhmana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.
b.         Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
c.         Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam model inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
d.        Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yaitu proses mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
e.         Prinsip Keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan, oleh sebab itu siswa perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.

2.1.3  Tujuan Model Pembelajaran Inquiry

Model pelatihan inkuiri (inkuiri) dirancang untuk mengajarkan siswa bagaimana mempelajari proses penyelidikan dengan mengajukan pertanyaan dan mengembangkan hipotesis mengenai masalah yang membingungkan, yang disebut "kejadian yang tidak sesuai". Penyelidikan adalah model pengajaran dalam keluarga pemrosesan informasi. Model ini mengkhususkan dalam penalaran kausal yang membantu siswa mempertajam keterampilan inkuiri ilmiah mereka. Model pemrosesan informasi membantu siswa untuk memahami dunia mereka dengan memperoleh dan mengatur data, mengidentifikasi masalah, dan menghasilkan solusi. Hal ini terdapat pada:
The inquiry training model (inquiry) is designed to teach students how to learn an inquiry process by asking questions and developing hypotheses concerning a puzzling problem, called a "discrepant event." Inquiry is a model of teaching in the information processing family. This model spe- cializes in causal reasoning that helps students sharpen their scientific inquiry skills. Information processing models assist students to make sense of their world by acquiring and organizing data, identifying prob- lems, and generating solutions (Queen, 2009: 152).
Menurut Uno dalam Indahwati (2012: 259-260) model ini bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena dan memecahkan masalah secara ilmiah. Model inquiry training juga sangat penting untuk mengembangkan nilai dan sikap dalam berpikir ilmiah. Ini tergambar dalam lima tahapannya yang terdiri dari (1) menyampaikan masalah; (2) mengumpulkan data dan verifikasi; (3) mengumpulkan data dan eksperimen; (4) merumuskan penjelasan dan (5) menganalisa proses inquiry.
BK Passi, dkk, telah mencantumkan hal-hal berikut sebagai tujuan Model Pelatihan Inquiry:
1.         Untuk mengembangkan keterampilan proses ilmiah- yaitu., mengamati, mengumpulkan dan mengatur data, mengidentifikasi dan mengendalikan variabel, merumuskan, dan menguji hipotesis, penjelasan dan menyimpulkan di antara siswa.
2.         Untuk mengembangkan di antara siswa strategi untuk inkuiri kreatif.
3.         Untuk mengembangkan di antara siswa kemandirian atau otonomi dalam pembelajaran.
4.         Untuk mengembangkan di antara siswa kemampuan untuk mentolerir ambiguitas
5.         Untuk membuat siswa menyadari bahwa semua pengetahuan adalah tentatif
6.         Untuk mengembangkan ekspresi verbal di kalangan siswa.
In Vanaja (1999: 39) B.K Passi, et al, have listed the following as the objectives of Inquiry Training Model:
1.         To develop scientific process skills-ie., observing, collecting and organising data, identifying and controlling variables, formulating, and testing hypothesis, explanation and inferring among students.
2.         To develop among students the strategies for creative inquiry.
3.         To develop among students an independence or autonomy in learning
4.         To develop among students the ability to tolerate ambiguity.
5.         To make students realize that all knowledge is tentative.
6.         To develop verbal expressiveness among students.
Model pembelajaran inkuiri ilmiah dirancang untuk membawa siswa langsung ke dalam proses penyelidikan. Melalui model inkuiri ilmiah siswa diharapkan untuk secara aktif mengajukan pertanyaan mengapa sesuatu terjadi kemudian mencari dan mengumpulkan dan mengolah data untuk menentukan jawaban dari pertanyaan tersebut. Penerapan model pembelajaran inkuiri ilmiah dalam kegiatan belajar mengajar bertujuan untuk mengembangkan pemahaman konsep sains yang lebih mendalam dan membentuk pengetahuan ilmiah siswa. Melalui kegiatan eksperimental siswa dapat mencoba berbagai cara untuk menyelesaikan eksperimen yang dilakukan sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya. Siswa diharapkan bertanggung jawab untuk melakukan investigasi dalam mengidentifikasi masalah, hipotesis, merancang metode untuk membuktikan hipotesis, menganalisa mereka dan membuat kesimpulan akhir. Hal ini terdapat pada:
According to Joyce, et al in Hutahaean, et al (2017: 31) that  the scientific inquiry learning model is designed to bring students directly into the inquiry process. Through scientific inquiry model the student is expected to actively ask the question why something happened then search and collect and process the data to determine the answer of the question. The application of scientific inquiry instructional model in teaching and learning activities aims to develop a deeper understanding of science concepts and shape students' scientific knowledge. Through experimental activities students can try various ways to complete experiments conducted so as to develop the ability to think it has. Students are expected to be responsible for conducting investigations in identifying problems, hypotheses, designing methods to prove hypotheses, analyzing them and making final conclusions.
Melalui model pembelajaran inquiry training siswa diharapkan aktif mengajukan pertanyaan mengapa sesuatu terjadi kemudian mencari dan mengumpulkan serta memproses data secara logis untuk selanjutnya mengembangkan strategi intelektual yang dapat digunakan untuk dapat menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut. Tujuan umum dari model latihan inkuiri adalah membantu peserta didik mengembangkan keterampilan intelektual dan keterampilan lainnya, seperti mengajukan pertanyaan dan menemukan (mencari) jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka (Pardede dan Manurung, 2016: 3).

2.1.4  Langkah-langkah Model Pembelajaran Inquiry

Joyce dan Weil (2009) mengemukakan dalam Soni dan Syihab (2010: 18) pembelajaran model inquiry training memiliki lima langkah pokok: 
1)        Menghadapkan pada masalah: menjelaskan prosedur penelitian, menjelaskan perbedaan-perbedaan.
2)        Pengumpulan data (Verifikasi): memverifikasi hakikat objek dan kondisinya, memverifikasi peristiwa dari keadaan permasalahan. 
3)        Pengumpulan data (Eksperimentasi): memisahkan variabel yang relevan, menghipotesiskan (serta menguji) hubungan kausal.
4)        Mengolah, memformulasikan suatu penjelasan: memformulasikan aturan dan penjelasan.
5)        Analisis proses penelitian: menganalisis strategi penelitian dan mengembangkan yang paling efektif.
Menurut Nurdyansyah dan Fahyuni (2016: 149-150) langkah-langkah kegiatan model pembelajaran inquiry adalah sebagai berikut:
a.         Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklimpembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:
1)        Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapaioleh siswa.
2)        Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswauntukmencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkahlangkah inkuiri sertatujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalahsampai dengan merumuskan kesimpulan.
3)        Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukandalamrangka memberikan motivasi belajar siswa.
b.         Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
c.         Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
d.        Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
e.         Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.
f.          Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Prosedur pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: (1) mendeskripsikan topik, tujuan, dan hasil pembelajaran yang ingin dicapai; (2) merumuskan masalah yang dilakukan oleh siswa; (3) merumuskan hipotesis; (4) untuk mengumpulkan data; (5) menguji hipotesis; dan (6) merumuskan kesimpulan. Hal ini terdapat pada:
According to Adiasti, et al (2016: 46) that the procedure of inquiry learning are as follows: (1) describe the topics, objectives and learning outcomes to be achieved; (2) formulate the problem undertaken by students; (3) formulate hypotheses; (4) to collect data; (5) testing the hypothesis; and (6) formulate conclusions.
Pardede dan Manurung (2016: 3) mengemukakan bahwa model pembelajaran inquiry training memiliki lima fase sebagai sintaks pembelajarannya:
1)        menghadapkan pada masalah dan merumuskannya.
2)        Merumuskan hipotesis.
3)        Mengumpulkan data eksperimen.
4)        Mengolah dan memformulasikan suatu data.
5)        Analisis proses dan hasil penyelidikan.

2.1.5  Macam-macam Model Pembelajaran Inquiry

            Sund dan Trow Bridge sebagaimana dikemukakan oleh E. Mulyasa dalam Nurdin dan Adriantoni (2016: 217) mengemukakan tiga macam model inquiry, sebagai berikut:
a.         Inquiry terpimpin (Guide inquiry)
Siswa memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Tahap awal pembelajaran, bimbingan lebih banyak diberikan, dan sedikit demi sedikit dikurangi sesuai dengan pengembangan pengalaman siswa. Pelaksanaanya, sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru. Siswa tidak merumuskan permasalahan. Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat data diberikan oleh guru.
b.         Inquiry bebas ( Free inquiry)
Siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Siswa harus dapat mengidentifikasi dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Pelaksanaanya, melibatkan siswa dalam kelompok tertentu. Setiap anggota kelompok memiliki tugas, misalnya koordinator, pembimbing teknis, pencatatan data dan mengevaluasi proses.
c.         Inquiry bebas yang dimodifikasi (Modified free inquiry)
Guru memberikan permasalahan atau problem, selanjutnya siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian (E. Mulyasa, 2004: 109).
Model pembelajaran ini ada yang guided inquiry (penyelidikan terarah) yaitu model dimana pengajar banyak meberikan pengarahan dan petunjuk baik lewat prosedur yang lengkap maupun pertanyaan-pertanyaan pengarah selama proses pembelajaran. Bentuk yang lain adalah open inquiry (penyelidikan terbuka) pada model ini pembelajar diberi kebebasan dan inisiatif untuk memikirkan bagaimana akan memecahkan persoalan yang dihadapi (Soni dan Syihab, 2010 : 18).

2.1.6  Karakteristik Model Pembelajaran Inquiry

Menurut Joyce dan weil (2009) dalam Soni dan Syihab (2010: 18-19) karakteristik Model Pembelajaran Inquiry Training (Latihan Inkuiri) meliputi sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak pembelajaran adalah sebagai berikut:
a.      Sintaks
Model pembelajaran latihan inkuiri ini memiliki lima fase sebagai sintaks pembelajarannya. Adapun kelima fase tersebut adalah sebagai berikut:
Fase 1: Berhadapan dengan masalah. Guru menjelaskan prosedur inkuiri dan menyajikan peristiwa yang membingungkan.
Fase 2: Pengumpulan data untuk verifikasi. Menemukan sifat obyek dan kondisi, menemukan terjadinya masalah.
Fase 3: Pengumpulan data dalam eksperimen. Mengenali variabel-variabel yang relevan.
Fase 4: Merumuskan penjelasan. Merumuskan aturan-aturan atau penjelasan-penjelasan.
Fase 5: Mengalisis proses inkuiri. Menganalisis strategi inkuiri dan mengembangkannya.
Dari lima fase di atas, fase 2 dan 3 merupakan kegiatan eksplorasi peserta didik, fase 4 adalah kegiatan elaborasi, dan pada fase 5, guru dapat melakukan konfirmasi.
b.      Sistem Sosial 
Sistem sosial dalam model latihan inkuiri diharapkan bersifat kooperatif. Meskipun model ini dapat sangat terstruktur dengan sistem sosial yang dikendalikan guru, lingkungan intelektual terbuka bagi seluruh gagasan yang relevan. Guru dan peserta didik berpartisipasi setara selama menyangkut adanya gagasan-gagasan. Guru harus mendorong peserta didik berinkuiri sebanyak-banyaknya. Ketika peserta didik belajar prinsip-prinsip inkuiri, struktur dapat meluas hingga mencakup penggunaan sumber belajar, dialog dengan peserta didik lain, melakukan percobaan, dan diskusi dengan Guru.
c.       Prinsip Reaksi
Reaksi yang paling penting yang harus diberikan Guru adalah pada fase kedua dan ketiga. Pada fase kedua, Guru harus membantu peserta didik melakukan inkuiri, tetapi bukan melakukan inkuiri sendiri untuk keperluan mereka. Apabila Guru ditanya oleh peserta didik yang tidak bisa dijawab “ya” atau “tidak”, Guru harus meminta peserta didik menata ulang pertanyaan yang akan diajukannya agar dapat dijawab oleh Guru “ya” atau “tidak” untuk menjaring mereka mengumpulkan data pada masalah yang akan diselesaikan. Pada fase terakhir, tugas Guru menjaga agar inkuiri tetap terarah pada proses penyelidikan itu sendiri.
d.      Sistem Pendukung
Pendukung yang paling optimal terhadap keterlaksanaan model latihan inkuiri adalah adanya bahan-bahan yang akan digunakan pada saat Guru menghadapkan peserta didik dengan masalah. Guru harus memahami betul proses intelektual, strategi inkuiri, dan sumber-sumber belajar yang ada dalam sebuah masalah.
e.       Dampak Pembelajaran Langsung dan Iringan
Dalam penggunaannya, model ini memiliki dampak pengajaran langsung dan iringan sebagai berikut:


 












Keterangan gambar:   
Dampak langsung   
Dampak iringan
Gambar  1. Dampak langsung dan iringan model latihan inkuiri
            Menurut Sanjaya (2014) dalam Nurdyansyah dan Fahyuni (2016: 141-142), ada beberapa hal yang menjadi karakteristik utama dalam pembelajaran inkuiri, yaitu:
1.         Inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untu mencari dan menemukan. Siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal di dalam proses pembelajaran, tetapi siswa juga berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
2.         Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dan sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belajar). Dengan demikian, metode pembelajaran inkuiri menempatkan guru sebagai sumber belajar akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
3.         Tujuan dari penggunaan inkuiri dalam pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran dalam metode inkuiri, akan tetapi bagaimana siswa dapat menggunakan kemampuan yang dimilikinya secara optimal.
Menurut Nurdyansyah dan Fahyuni (2016: 151-152) tahapan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inkuiri) yang diadaptasi dari model inkuiri disajikan pada table di bawah ini sebagai berikut:
Table 8.2 Sintaks Model Inkuiri Terbimbing
Tahap
Aktivitas Guru
Tahap 1
Identifikasi masalah dan melakukan pengamatan
Guru menyajikan kejadian-kejadian atau fenomena dan siswa melakukan pengamatan yang memungkinkan siswa menemukan masalah.
Tahap 2
Mengajukan pertanyaan
Guru membimbing siswa mengajukan pertanyaan berdasarkan kejadian dan fenomena yang disajikan.
Tahap 3
Merencanakan penyelidikan
Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok  kecil heterogen, membimbing siswa untuk merencanakan penyelidikan, membantu menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dan menyusun prosedur kerja yang tepat.
Tahap 4
Mengumpulkan data/informasi dan melaksanakan penyelidikan
Guru membimbing siswa melaksanakan penyelidikan dan memfasilitasi penguumpulan data.
Tahap 5
Menganalisis data
Guru membantu siswa menganalisis data dengan berdiskusi dalam kelompoknya.
Tahap 6
Membuat kesimpulan

Guru membnatu siswa dalam membuat kesimpulan betdasarkan hasil kegiatan penyelidikan.
Tahap 7
Mengkomunikasikan hasil

Guru membimbing siswa dalam mempresentasikan hasil kegiatan penyelidikan yang telah dilakukan

Sintaks untuk ITM: Ini adalah rencana tindakan yang harus diikuti oleh tancher saat menggunakan ITM di kelas. Ini dibagi menjadi lima tahap.
Tahap 1: Bertemu dengan masalah: Pada tahap ini guru menjelaskan aturan model dan menyajikan situasi yang membingungkan atau bermasalah.
Tahap 2: Pengumpulan data-Verifikasi
Tahap 3: Pengumpulan data-Eksperimentasi
Pada fase 2 dan 3 siswa harus mengumpulkan data untuk analisis, verifikasi dan eksperimen. Para siswa diminta untuk mengajukan serangkaian pertanyaan sedemikian rupa sehingga guru dapat menjawab hanya dengan 'ya atau' tidak '. Ada tiga langkah berbeda dalam proses pengumpulan data:
(i)        Memverifikasi sifat benda, kondisi dan sifat dan kejadian kejadian.
(ii)      Mengisolasi variabel dan kondisi yang tidak relevan melalui eksperimen dapat berupa dua tipe (a) verbal dan (b) manipulatif.
(iii)    Hipotesis dan pengujian hubungan kausal melalui eksperimen.
Tahap 4: Perumusan Penjelasan: Pada fase ini siswa mencoba untuk merumuskan penjelasan berdasarkan data yang dikumpulkan dalam Fase 2 dan 3.
Menurut teori Suchman, bangunan berlangsung di empat tingkat:
(a)      Penyebab linier sederhana.
(b)      Teori-teori properti.
(c)      Analisis.
(d)     Penerapan generalisasi.
Tahap 5: Analisis Proses Penyelidikan: Dalam fase ini para siswa menganalisis pola pikir mereka. Mereka mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang berguna dalam menganalisis data dan yang tidak relevan. Hal ini terdapat pada:
According to Vanaja (1999: 40) that syntax for ITM: It ls the plan of action that a tancher has to follow while using ITM in the classroom. It is divided Into five phases.
Phase 1: Encounter with the problem: In this phase the teacher explains the rules of the model and presents a puzzling or problem situation.
Phase 2: Data gathering-Verification
Phase 3: Data gathering-Experimentation
In phase 2 and 3 students have to gather data for analysis, verification and experimentation. The students are required to ask series of questions such that the teacher can answer by only 'yes or'no'. There are three distinct steps in the data gathering process:
(iv)     Verifying the nature of objects, conditions and properties and occurrence of event.
(v)       Isolating the irrelevant variables and conditions through experimentation could be of two-type (a) verbal and (b) manipulative.
(vi)     Hypothesizing and testing causal relationships through experimentation.
Phase 4: Formulation of an Explanation: In this phase the students try to formulate an explanation on the basis of the data gathered in Phases 2 and 3.
According to Suchman theory building takes place at four levels:
(a)        Simple linear causation.
(b)        Theories of properties.
(c)        Analysis.
(d)        Application of a generalization.
Phase 5: Analysis of Inquiry Process: In this phase the students analyze their patterns of thinking. They identify the questions that were useful in analysing data and those that were irrelevant.
Penjelasan berikut dari sintaks model pembelajaran inkuiri ilmiah menurut Joyce, dkk., (2009) adalah: 1) Pada tahap pertama siswa mempresentasikan bidang penelitian, yang mencakup metodologi yang digunakan dalam penelitian. 2) Pada tahap kedua, masalah mulai diatur sehingga siswa dapat mengidentifikasi masalah dalam penelitian. 3) Pada tahap ketiga, siswa diminta untuk berspekulasi tentang masalah, sehingga siswa dapat mengidentifikasi kesulitan yang terlibat dalam penelitian. 4) Pada tahap empat, siswa diminta untuk berspekulasi tentang cara-cara untuk memperjelas kesulitan, dengan merancang Re-test, memproses data dengan cara yang berbeda, menghasilkan data, mengembangkan konstruksi dan sebagainya. Tugas guru adalah membimbing, melatih, dan mendidik penelitian dengan menekankan proses penelitian dan membujuk siswa untuk merefleksikan prosesnya. Guru harus berhati-hati bahwa mengidentifikasi fakta bukanlah masalah utama yang harus ditekankan dalam penelitian. Selanjutnya, hal yang paling penting dalam hal ini adalah bagaimana guru dapat mendorong siswa untuk menghadapi pertanyaan penelitian yang kompleks dan diteliti dengan baik. Hal ini terdapat pada:
The following explanation of the syntax of scientific inquiry learning model according to joyce, et al (2009) are: 1) In the first stage students presented the field of research, which includes the methodologies used in the study. 2) In the second stage, the problem begins to be organized so that the student can identify the problem in the research. 3) In the third stage, students are asked to speculate about the problem, so that students can identify the difficulties involved in the research. 4) In stage four, students are asked to speculate on ways to clarify the difficulty, by designing Re-test, process data in different ways, generate data, develop constructs and so on. Teacher's job is to guide, train, and educate research by emphasizing the research process and persuading students to reflect on the process. Teachers should be careful that identifying facts is not the main issue that should be emphasized in research. Furthermore, the most important thing in this regard is how teachers can encourage students to deal with complex and well-researched research questions (Hutahaean, et al, 2017: 31).

2.1.7  Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inquiry

Dalam Nurdin dan Adriantoni (2016: 218-219) model pembelajaran inquiry memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan model pembelajaran inquiry adalah sebagai berikut:
a.         Dapat membentuk dan mengembangkan “self concept” pada diri siswa sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
b.         Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
c.         Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur dan terbuka.
d.        Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
e.         Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
f.          Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
g.         Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
h.         Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
i.           Siswa dapat menghindari cara-cara belajar tradisional.
j.           Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi (Roestiyah N.K.,: 76-77).
Keuntungan dari Inquiry dinyatakan oleh para sarjana berikut. Guru yang menggunakan pembelajaran inkuiri dapat menghasilkan siswa yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi. (Liu, dkk, 2010). Selanjutnya, Inkuiri bisa memfasilitasi siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir (Rushton, dkk, 2011). Pembelajaran berbasis inkuiri, dapat meningkatkan keterampilan proses ilmiah dan sikap siswa. Pembelajaran inkuiri dapat mendorong siswa untuk berpikir secara aktif dan menarik kesimpulan (Daphne, dkk, 2009). Hal ini terdapat pada:
In Adiasti, et al (2016: 46) the advantages of Inquiry are expressed by the following scholars. Teachers who use inquiry learning can produce students who have a high level of knowledge.(Liu, et al, 2010). Next, Inquiry can facilitate students in improving thinking ability (Rushton, et al, 2011). Inquiry-based learning, can improve scientific process skills and students’ attitudes. Inquiry learning can encourage students to think actively and draw conclusions (Daphne, et al, 2009).
Dampak positif yang lain dari penerapan pembelajaran inkuiri menurut Suastra dalam Mustachfidoh, dkk. (2013) adalah:
(1)    Berkurangnya miskonsepsi yang dibawa siswa sebelum pembelajaran,
(2)    Peningkatan pada kemampuan siswa untuk mengintegrasikan konstruksi pengetahuannya di laboratorium dengan konstruksi pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Pardede dan Manurung (2016: 3) model pembelajaran inquiry training memiliki kelebihan:
a.       Dapat membangkitkan potensi intelektual siswa,
b.      Peserta didik yang semula memperoleh extrinsic reward dalam keberhasilan belajar (seperti mendapat nilai baik dari pengajar), dalam pendekatan inkuiri ini dapat memperoleh intrinsic reward,
c.       Peserta didik dapat mempelajari heuristik (mengolah pesan atau informasi) dari penemuan (discovery).
Keunggulan model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah efektif untuk meningkatkan motivasi siswa. Hal ini karena siswa mempunyai tingkat keterlibatan yang tinggi dalam proses pembelajaran, proses ini melibatkan siswa untuk berusaha menemukan konsep atau pemahaman pada topik yang diberikan guru. Selain itu, rasa ingin tahu siswa yang tinggi dari proses pembelajaran tersebut (Eggen & Kauchak, 2012, p. 201). Selain memiliki keunggulan, model pembelajaran inkuiri dapat mengakomodasi siswa dalam melatihkan keterampilan proses sains melalui tahap pembelajaran yang dimiliki (Iswatun, dkk., 2017: 151).
Di samping memiliki beberapa kelebihan, model inquiry juga mempunyai beberapa kekurangan. Dalam Nurdin dan Adriantoni (2016: 219) berikut kekurangan model inquiry:
a.         Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.
b.         Keadaan kelas di kita kenyataannya gemuk jumlah siswanya maka metode ini tidak akan mencapai hasil yang memuaskan.
c.         Guru dan siswa yang sudah sangat terbiasa dengan proses belajar mengajar gaya lama maka metode inquiry ini akan mengecewakan.
d.        Ada kritik, bahwa proses dalam metode inquiry terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memerhatikan perkembangan sikap dan ketrampilan bagi siswa (Hanafiah, M., dan Cucu Suhana, M: 79).
Selain itu dalam Nurdyansyah dan Fahyuni (2016: 148-149) penggunaan inkuiri terbimbing (guided inkuiri) juga mempunyai beberapa kelemahan antara lain:
a.         Proses pembelajaran membutuhkan waktu yang lebih lama.
b.         Inkuiri terbimbing (guided inkuiri) sering bergantung pada kemampuan matematika siswa, kemampuan bahasa siswa, ketrampilan belajar mandiri dan self-management.
c.         Siswa yang aktif mungkin tetap tidak paham atau mengenali konsep dasar, aturan dan prinsip, serta siswa sering kesulitan untuk membuat pendapat, membuat hipotesis, membuat rancangan percobaan dan menarik kesimpulan.

2.2  Kajian Kritis

Inquiry merupakan salah satu model pembelajaran untuk mendapatkan informasi, menemukan, dan mendalami suatu konsep atau untuk memecahkan suatu permasalahan secara sistematis, kritis, logis, analitis, dan ilmiah. Inquiry merupakan sebuah model pembelajaran yang mempersiapkan situasi ilmiah bagi siswa untuk melakukan eksperimen sendiri dalam asrti luas, ingin melihat apa yang terjadi, dan mencari jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Tujuan utama model inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.
Adapun prinsip model pembelajaran inquiry yaitu:
1.           Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama model inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.
2.           Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan.
3.           Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam model inkuiri adalah guru sebagai penanya.
4.           Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yaitu proses mengembangkan potensi seluruh otak.
5.           Prinsip Keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan, oleh sebab itu siswa perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya.
Pembelajaran melalui proses penyelidikan akhirnya sampai kepada isi pengetahuan itu sendiri. Jadi, tujuan umum dari model latihan inkuiri adalah membantu peserta didik mengembangkan keterampilan intelektual dan keterampilan-keterampilan lainnya, seperti mengajukan pertanyaan dan menemukan (mencari) jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka.
Secara umum, langkah-langkah model pembelajaran inquiry sebagai berikut :
a.         Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran.
b.         Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.
c.         Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
b.         Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
c.         Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
d.        Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Model inquiry terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
1.         Inquiry terpimpin (Guide inquiry)
Sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru. Siswa tidak merumuskan permasalahan. Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat data diberikan oleh guru.
2.         Inquiry bebas ( Free inquiry)
Melibatkan siswa dalam kelompok tertentu karena siswa melakukan penelitiannya sendiri. Setiap anggota kelompok memiliki tugas, misalnya koordinator, pembimbing teknis, pencatatan data dan mengevaluasi proses.
3.         Inquiry bebas yang dimodifikasi (Modified free inquiry)
Guru memberikan permasalahan atau problem, selanjutnya siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.
Karakteristik Model Pembelajaran Inquiry meliputi sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak pembelajaran.
Kelebihan model pembelajaran inquiry dapat mengembangkan konsep yang mendasar pada diri siswa, daya ingatan siswa akan lebih baik, dan dapat mengembangkan kreatifitas siswa dalam kegiatan belajarnya, serta melatih siswa untuk belajar sendiri. Model inquiry ini akan dapat membantu tercapainya tujuan pengajaran yang diinginkan oleh pengajar. Adapun kelemahan model ini adalah bahwa para pendidik dituntut benar-benar menguasai konsep-konsep dasar, harus pandai merangsang siswa, tujuan yang diinginkan harus benar-benar jelas serta pendidik dituntut untuk memberi pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mengarahkan pada tujuan.


BAB III

PENUTUP

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran student centered, di mana guru melibatkan kemampuan berpikir kritis siswa untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara sistematik, yang meliputi kegiatan bertanya, merumuskan permasalahan, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, berdiskusi dan berkomunikasi. Dengan demikian, siswa menjadi lebih aktif dan guru hanya berusaha membimbing, melatih dan membiasakan siswa untuk terampil berpikir karena mereka mengalami keterlibatan secara mental dan terampil secara fisik. Model ini memiliki sintak yang sesuai dengan pembelajaran saintifik yaitu mengamati, menanya, mencoba, menganalisis dan mengkomunikasikan, namun bukan berarti model yang lain tidak dapat digunakan.
Yang utama dari model pembelajaran inquiry adalah mengunakan pendekatan induktif dalam menemukan pengetahuan dan berpusat kepada keaktifan siswa. Jadi bukan pembelajaran yang berpusat pada guru, melainkan kepada siswa. Itulah sebabnya model pembelajaran ini sangat dekat dengan prinsip kontruktivistik, di mana pengetahuan itu dikontruksi oleh siswa. Inti dari model pembelajaran ini adalah isi dan proses penyelidikan diajarkan bersama dalam waktu bersamaan. Siswa melalui proses penyelidikan akhirnya sampai kepada isi pengetahuan itu sendiri.
Dalam praktiknya, kita sebagai guru harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan seharusnya dimulai daripembenahan kemampuan guru. Salah satu kemampuan yang harusdimiliki guru adalah bagaimana merancang suatu model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai, karena tidak semua tujuan dapat tercapai hanya dengan satu strategi tertentu.
Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah mendorong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan ketrampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan–pertanyaan. Model pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Peran siswa dalam model ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Model pembelajaran inkuiri cocok digunakan pada materi–materi yang dekat dengan kehidupan sehari – hari.



DAFTAR PUSTAKA

Adiasti, N., et al. 2016. The Implementation of Inquiry Learning With Setting Cooperative Model Type Group Investigation to Enhance Activity and Learning Outcomes for the Fifth Grade Students. IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME)  e-ISSN: 2320–7388,p-ISSN: 2320–737X, 6(3), pp. 6-50.
Andiasari, Liena. 2015. Penggunaan Model Inquiry dengan Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di SMPN 10 Probolinggo. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan ISSN: 2337-7623; EISSN: 2337-7615, 3(1), hal. 15-20.
Avsec, S. and Kocijancic, S. 2014. Effectveness of Inquiry-Based Learning: How do Middle School Students Learn to Maximise the Efficacy of a Water Turbine?. International Journal of Engineering Education, 30(6), pp. 1436-1449.
Caswell, C.J. and LaBrie, D. J. 2017. Inquiry Based Learning from the Learner’s Point of View: A Teacher Candidate’s Success Story. Journal of Humanistic Mathematics, 7(2), pp. 161-186.
Hutahaean, R., et al. 2017. The Effect of Scientific Inquiry Learning Model Using Macromedia Flash on Student’s Concept Understanding and Science Process Skills in Senior High School. IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME)  e-ISSN: 2320–7388,p-ISSN: 2320–737X, 7(4), pp. 29-37.
Indahwati, dkk. 2012. Penerapan Model Inquiry Training Melalui Teknik  Peta Konsep Dan Teknik Puzzle  Ditinjau Dari Tingkat Keberagaman Aktivitas Belajar  Dan Kemampuan Memori. Jurnal Inkuiri ISSN: 2252-7893, 1(3), hal. 258-265.
Iswatun, dkk. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan KPS dan Hasil Belajar Siswa SMP Kelas VIII. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA ISSN 2406-9205 (print), ISSN 2477-4820 (online), 3(2), hal. 150-160.
Mustachfidoh, dkk. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri  Terhadap Prestasi Belajar Biologi Ditinjau  Dari Inteligensi Siswa SMA Negeri 1 Srono. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha  Program Studi Pendidikan Sains, 3.
Nurdin, Syafruddin dan Adriantoni. 2016. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Nurdyansyah dan Fahyuni, E. Fariyatul. 2016. Inovasi Model Pembelajaran: Sesuai Kurikulum 2013. Sidoarjo: Nizamia Learning Center.
Pardede, D. M. dan Manurung, S. R. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training dan Motivasi terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika p-ISSN 2252-732X e-ISSN 2301-7651, 5(1), hal. 1-6.
Queen, J. Allen. 2009. The Block Scheduling Handbook. United States of America: Corwin Press.
Sani, R.A. dan Syihab, MZAT. 2010. Pengaruh Pembelajaran Inquiry Training (Latihan Inkuiri) Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tanjung Beringin. Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika ISSN 2085-5281, 2(2), hal. 16-22.
Smallhorn, M., et al. 2015. Inquiry-Based Learning to Improve Student Engagement in A Large First Year Topic. Student Success ISSN:  2205-0795, 6(2), pp. 65-71.
Tim Dosen. 2015. Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang: UPI Sumedang Press. 
Vanaja, M. 1999. Inquiry Training Model. New Delhi: Discovery Publishing House.
Yamin, Martinis dan Maisah. 2012. Orientasi Baru Ilmu Pendidikan. Jakarta: Referensi.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Fadillah's blog Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review