Jumat, 02 Maret 2018

PERKEMBANGAN INTELEK USIA REMAJA

Diposting oleh Fadillah Rahmayani di 17.25.00


Usia remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan suatu konsep yang relative baru dalam kajian psikologi.Di Negara negara Barat istilah remaja dikenal dengan “adolescence” yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Perubahan perubahan fisik merupakan gejala primer
dalam pertumbuhan masa remaja, yang berdampak terhadap perubahan-perubahan psikologis.Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan saat ini, banyak terjadi perubahan salah satunya terhadap usia rentan yakni masa remaja. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak – kanak menuju dewasa, banyak perubahan yang akan dialami seorang peserta didik pada masa ini yang menimbulkan dampak, baik positif maupun negatif.

Peranan keluarga dalam pembinaan generasi muda cukup dominan. Pembentukan perilaku positif yang harus dimiliki oleh seorang warga negara yang baik, bermula dari keluarga. Djamaludin Ancok (1995) yang dikutif dari buku Hendriati Agustiani menyatakan bahwa pada saat ini pembinaan terhadap kaum remaja belum menemukan format yang maksimal, maraknya tawuran, dan berbagai kenakalan remaja lainnya dianggap sebagai akibat dari proses keterasingan dari kehidupan yang wajar. Salah satu akibatnya remaja dapat terasing dari kasih sayang dan perhatian orang tua.

Umumnya orang tua dalam mendampingi anak mereka yang tengah menginjak masa remaja, penuh dengan perasaan was-was. Pertumbuhan pada setiap individu manusia berlangsung terus menerus dan tidak dapat diulang kembali. Masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap perbuatan perbuatan yang kurang baik diakibatkan sikap mereka yang suka mencoba-coba pada hal yang baru. Pada masa remaja terjadi perubahan-perubahan fisik baik bersifat struktural maupun fungsinya, yang antara remaja laki- laki dan remaja perempuan. Gejala-gejala perubahan fisik remaja, mulai nampak ketika anak mulai memasuki masa awal remaja sebagai bagian pertama dalam masa remaja secara keseluruhan. Perubahan fisik pada remaja hampir selalu disertai dengan perubahanperubahan dalam sikap dan perilaku.


Pengertian Intelek
 

Istilah intelek berasal dari bahasa Inggris intellect yang menurut Chaplin (1981) diartikan sebagai : (1) Proses kognitif, proses berpikir, daya menghubungkan, menilai, mempertimbangkan;
(2) Kemampuan mental atau intelegensi. Menurut Mahfudin Shalahudin (1989)] dinyatakan bahwa “intelek” adalah akal budi atau intelegensi yang berarti kemampuan untuk meletakkan hubungan dari proses berfikir. 

Selanjutnya, dikatakan bahwa orang yang intelligent adalah orang yang dapat menyelesaikan persoalan dalam waktu yang lebih singkat, memahami masalahnya lebih cepat dan cermat,serta mampu bertindak cepat. 

Istilah inteligensi, semula berasal dari bahasa Latin intelligere yang berarti menghubungan atau menyatukan sama lain (Bimo Waalgito,1981).
Menurut William Stern, salah seorang pelopor dalam penelitian inteligensi, menyatakan inteligensi adalah kemampuan untuk menggunakan secara tepat alat-alat bantu dan pikiran guna dan pikiran guna menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan baru (Kartini Kartono, 1984).


Sedangkan Leis Hedison Terman berpendapat bahwa inteligensi adalah kesanggupan untuk belajar secara abstrak (Patty F, 1981). Disini Terman membedakan antara concrete ability yaitu kemampuan
yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat konkret, dengankemampuan yang bersifat abstrak abstract ability. Orang dikatakan inteligen, menurut Terman, jika orang tersebut mampu berpikir
abstrak dengan baik. Menurut Wechler merumuskaan intelektual/intelligensi sebagai "keseluruhan ke-mampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Intelegensi/intelektual bukanlah suatu yang bersifat
kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual”.


 Berdasarkan beberapa pendapat para pakar, maka dapat disarikan secara sederhana bahwa pengertian intelek tidak berbeda dengan pengertian inteligensi yang memiliki arti kemampuan untuk melakukan abstraksi, serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru.

 


A. Tahapan-tahapan Perkembangan Intelek Remaja
Jean Piaget, seorang ahli psikologi kognitif, membagi perkembangan intelek/ kognitif menjadi empat tahap :
1. Tahap sensori-motoris (0-2 tahun).
Pada tahap ini segala perbuatan merupakan perwujudan dari proses pematangan aspek motorik. Melalui pematangan motoriknya, anak mengembangkan kemampuan mempersepsi, sentuhan-sentuhan, gerakan-gerakan dan belajar mengkoordinasikan tindakannya.Pada tahap ini interaksi anak dengan lingkungannnya,termasuk orang tuanya terutama dilakukan
melalui perasaan dan otot-ototnya. Interaksi ini terutama diarahkan oleh sensasi dari lingkungannya. Dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya termasuk juga dengan orang tuanya anak mengembangkan kemampuannya untuk mempersepsi, melakukan  sentuhan-sentuhan,melakukan berbagai gerakan dan secarara perlahan belajar mengordinasikan tindakan-tindakannya.

2. Tahap praoperasional (2-7 tahun).
Tahap ini disebut juga tahap intuisi sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif, dalam arti semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tapi oleh unsure perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari orang-orang bermakna, dan lingkungan sekitarnya.Pada tahap ini anak sangat bersifat egosentris sehingga seringkali mengalami masalah dalam berinteraksi dengan lingkungannya,termasuk dengan orang tuanya.Dalam berinteraksi dengan orang lain,anak cenderung sulit untuk dapat memahami pandangan orang lain dan lebih banyak mengutamakan pandangannya sendiri.Dalam berinteraksi dengan lingkungannya,ia masih sulit untuk membaca kesempatan atau kemungkinan karena masih punya anggapan bahwa hanya ada satu kebenaran atau peristiwa dalam setiap situasi. Pada tahap ini anak tidak selalu ditentukan oleh pengamatan indrawi saja, tetapi juga pada intusi.Anak mampu menyimpan kata-kata serta menggunakannya, terutama yang berhubungan erat dengan kebutuhan mereka.Pada masa ini anak siap untuk belajar bahasa,membaca dan menyanyi. Ketika kita menggunakan bahasa yang benar untuk berbicara kepada anak,akan mempunyai akibat yang sangat baik pada perkembangan
bahasa mereka.

3. Tahap operasional konkret (7-11 tahun).
Pada tahap ini anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan sudah mulai berkembang rasa ingin tahunya. Anak sudah dapat mengamati, menimbang, mengevaluasi, dan menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dalam cara-cara yang kurang egosentris dan lebih objektif, sudah mulai memahami hubungan fungsional karena mereka sudah menguji coba suatu permasalahan, tetapi masih harus dengan bantuan benda konkret dan belum mampu melakukan abstraksi.Pada tahap ini juga anak memiliki hubungan fungsional karena mereka sudah menguji coba suatu permasalahan.Cara berfikir anak yang masih bersifat konkrit menyebabkan mereka belum mampu menangkap yang abstrak atau melakukan abstraksi tentang sesuatu yang konkrit.Di sini sering terjadi kesulitan antara orang tua dan guru. Misalnya, orang tua ingin menolong anak mengerjakan pekerjaan rumah, tapi cara yang berbeda yang dipakai oleh guru sehingga anak tidak setuju.Sementara sering sekali anak lebih percaya terhadap apa yang dikatakan oleh gurunya ketimbang orang tuanya. Akibatnya, kedua cara tersebut baik yang diberikan oleh guru maupun orang tuanya sama-sama tidak dimengerti oleh anak.

4. Tahap operasional formal (11 tahun ke atas).
Pada tahap ini sudah mampu melakukan abstraksi, memaknai arti kiasa dan simbolik, dan memecahkan persoalanpersoalan yang bersifat hipotesis Remaja, seharusnya sudah berada pada tahap operasional formal dan sudah mampu berpikir abstrak, logis, rasional serta mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis. Oleh karena itu, setiap keputusan perlakuan terhadap remaja sebaiknya dilandasi oleh dasar pemikiran yang masuk akal sehingga dapat diterima oleh mereka.  Pada tahap ini juga interaksi dengan lingkungan sudah amat luas,menjangkau banyak teman sebayanya dan bahkan berusaha untuk dapat berinteraksi dengan orang dewasa.Kondisi seperti ini tidak jarang menimbulkan masalah dalam interaksinya dengan
orang tua.Namun, sebenarnya secara diam-diam mereka juga masih mengharapkan perlindungan dari orang tua karena belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan dirinya sendiri.Jadi pada tahap
ini ada semacam tarik-manarik antara ingin bebas dengan ingin dilindungi,karena pada tahap ini anak sudah mulai mampu mengembangkan fikiran formalnya,mereka juga mulai mampu mencapai logika dan rasio,serta dapat menggunakan abstraksi.

B. Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan intelek remaja
Mengenai faktor yang mempengaruhi perkembangan intelek individu terjadi perbedaan pendapat diantara para penganut psikologi. Kelompok psikometrika radikal berpendapat bahwa perkembangan intelektual individu sekitar 90% ditentukan oleh faktor hereditas dan pengaruh lingkungan, termasuk didalamnya pendidikan, hanya memberikan kontribusi sekitar 10% saja. Kelompok ini memberikan bukti bahwa individu yang memiliki hereditas intelektual unggul,
pengembangannya sangat mudah meskipun dengan intervensi lingkungan yang tidak maksimal. Adapun individu yang memiliki hereditas intelektual rendah seringkali intervensi lingkungan sulit dilakukan meskipun sudah secara maksimal. Sebaliknya, kelompok penganut pedagogis radikal amat yakin bahwa intervensi lingkungan, termasuk pendidikan, justru memiliki andil sekitar 80-85%, sedangkan hereditas hanya memberikan kontribusi 15-20% terhadap perkembangan intelektual individu.
Syaratnya adalah memberikan kesempatan rentang waktu yang cukup bagi individu untuk mengembangkan intelektualnya secara maksimal Tanpa mempertentangkan kedua kelompok radikal itu, perkembangan intelektual sebenarnya diperngaruhi oleh dua factor utama, yaitu hereditas dan lingkungan. Pengaruh kedua faktor itu pada kenyataannya tidak terpisah secara sendiri-sendiri melainkan seringkali merupakan resultan dari interaksi keduanya. Pengaruh faktor
hereditas dan lingkungan terhadap perkembangan intelektual itu dapat dijelaskan berikut ini.


1. Faktor Hereditas
Semenjak dalam kandungan, anak telah memiliki sifat-sifat yang menentukan daya kerja intelektualnya. Secara potensial anak telah membawa kemungkinan apakah akan menjadi kemampuan berfikir setara normal, di atas normal atau di bawah normal.
Namun, potensi ini tidak akan berkembang atau terwujud secara optimal apabila lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang. Oleh karena itu, peranan lingkungan sangat menentukan perkembangan intelektual anak.

2. Faktor Lingkungan
Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam memengaruhi perkembangan intelek anak, yaitu keluarga dan sekolah.

a. Keluarga
Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk berpikir.
Cara-cara yang digunakan, misalnya memberi kesempatan kepada anak untuk merealisasikan ide-idenya, menghargai ideide tersebut, memuaskan dorongan keingintahuan anak dengan jalan seperti menyediakan bacaan, alat-alat keterampilan, dan alat-alat yang dapat mengembangkan daya kreativitas anak. Memberi kesempatan atau pengalaman tersebut akan menuntut
perhatian.

b. Sekolah
Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggungjawab untuk meningkatkan perkembangan anak tersebut perkembangan berpikir anak. Dalam hal ini, guru hendaknya menyadari bahwa perkembangan intelektual anak terletak di tangannya.

c. Perkembangan bahasa Usia Remaja
Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena itu penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain. Sejak seorang bayi mulai berkomunikasi dengan orang lain, sejak itu pula bahasa diperlukan. Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif yang berarti faktor intelek sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang ia telah banyak belajar dari lingkungan keluarga,masyarakat dan khususnya pergaulan
teman sebaya dan lingkungan sekolah.Pola bahasa yang demikian adalah bahasa yang berkembang dalam keluarga atau bahasa ibu, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari
kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya pergaulan teman sebaya, dan lingkungan sekolah.

Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku bahasa. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengkutip proses belajar disekolah.
Sebagaimana diketahui, dilembaga pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar.

Proses pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata, tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya. Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga masyarakat, dan sekolah dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan dan penggunaan kosakata sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan pendidikan rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar. Masyarakat terdidik yang pada umumnya memiliki status sosial lebih baik, menggunakan istilahistilah lebih selektif dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa lebih baik.
 

Sumber :
Huda (2013). PERTUMBUHAN FISIK DAN PERKEMBANGAN INTELEK USIA REMAJA. Jurnal pertumbuhan dan Perkembangan. Al-‘Ulum; Vol. 2, Tahun 2013

0 komentar:

Posting Komentar

 

Fadillah's blog Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review