Minggu, 18 Maret 2018

PERKEMBANGAN EMOSI

Diposting oleh Fadillah Rahmayani di 21.13.00
A.  Pengertian Emosi
Menurut Muhammad Ali dan Muhammad Asrori (2011:62)banyak definisi mengenai emosi yang dikemukakan oleh para ahli. Istilah Emosi menurut Daniel Goleman (1995), seorang pakar kecerdasan emosional, makna tepatnya masih sangat membingungkan baik dikalangan psikologi maupun ahli fisafat dalam kurun waktu selama lebih satu abad. Karena sedemikian membingungkannya makna emosi itu kata Daniel Goleman (1995) dalam mendefinisikan emosi merujuk kepada makna yang paling harfiah yang diambil dari Oxford English Dictionary yang memaknai emosi
sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental hebat dan meluap-luap. Lebih lanjut, Daniel Goleman (1995) mengatakan bahwa emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.Sementara itu chaplin (1989)dalam Dictionary of Pshychologi mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme yang mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Chaplin (1989) membedakan emosi dengan perasaan, dan dia mendefinisikan perasaan (feeling)adalah pengalaman disaadari dengan diaktifkan baik oleh terangsang eksternal maupun bermacam-macam keadaan jasmaniah.Definisi lain juga mengatakan bahwa emosi adalah suatu respon terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Respon demikian terjadi baik terhadap perangsang-perangsang eksternal maupun internal (Soegarda Poebakawatja, 1982). Dengan definisi ini semakin jelas perbedaan antara emosi dengan perasaan termasuk kedalam emosi atau menjadi bagian dari emosi.Menurut Daniel Goleman (1995), sesungguhnya ada ratusan emosi bersama dengan variasi, campuran, mutasi, dan nuansanya sehingga makna yang dikandungnya lebih banyak lebih kompleks dan lebih halus dari pada kata dan definisi yang digunakan untuk menjelaskan emosi.
Analisis:Emosi menurut Daniel Goleman dalam buku M. Ali dan M. Asrori (2011:62) adalah suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang tertentu, suatu keadaan biologis dan psikologis serta cenderung untuk bertindak.
Dari uraian tersebut dapat dianalisis bahwa Emosi menurut Chaplin dalam buku M. Ali dan M. Asrori (2011:62) adalah suatu keadaan yang mencakup perubahan-perubahan yang disadari yang sifatnya dari perubahan perilaku. Emosi menurut Muhammad Ali dan Muhammad Asrori (2011:62) adalah Suatu pikiran dan perasaan, suatu keadaan yang terangsang yang menyebabkan perubahan perilaku, perubahan fisiologis dan biasanya cenderung untuk bertindak.
            Emosi menurut Bimo W (1980:209) dalam keadaan emosi, pribadi seseorang telah dipengaruhi sedemikian rupa hingga pada umumnya individu kurang dapat menguasai diri lagi. Perilakunya pada umunya tidak lagi memperhatikan keadaan sekitar. Suatu aktivitas tidak dilakukan oleh seseorang dalam keadaan normal, tetapi kemungkinan dikerjakan oleh ynag bersangkutan apabila sedang melakukan emosi.Oleh karena itu sering dikemukakan bahwa emosi merupakan keadaan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu(khusus), dan emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) atau menyingkiri (avoidance) terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi.
Namun demikian seseorang masih dapat mengontrol keadaan dirinya sehingga emosi yang dialami tidak tercetus keluar dengan perubahan atau tanda-tanda kejasmanian tersebut. Hal ini berkaitan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ekman dan Friesen (Carlos, 1987) yang dikenal dengan display rules. Menurut Ekman dan Friesen (Carlos, 1987) adany atiga rules yaitu masking, modulation dan simulation.Masking adalah keadaan seseorang dapat menyembunyikan atau dapat menutupi emosi yang dialaminya. Emosi yang dialaminya tidak tercetus keluar melalui ekspresi kejasmaniannya. Misalnya orang yang sangat sedih karena kehilangan anggota keluarganya. Kesedihan tersebut dapat diredam atau dapat ditutupi dan tidak adanya gejala kejasmanian yang menyebabkan tampaknya kesedihan tersebut. Pada Modulasi (Modulation) orang tidak dapat meredam secara tuntas mengenai gejala kejasmaniannya, tetapi hanya dapat mengurangi saja. Jadi misalnya karena sedih ia menangis (gejala kejasmanian) tetapi tidak begitu mencuat-cuat. Pada simulasi (simulation) orang tidak mengalami emosi tetapi ia mengalami emosi seolah-olah dengan menampakan gejala-gejal kejasmanian. Menurut Ekman dan Friesen (carlos, 1987) mengenai display rules ini dipengaruhi oleh unsur budaya. Misalnya tidak etis kalau menangis dengan meronta-ronta dihadapan umum meskipun kehilangan anggota keluarganya.
Sehubungan dengan uraian tersebut dapat dianalisis bahwa Menurut Bimo Walgito (1980:209) pada diri seseorang yang mengalami emosi tidak akan memperdulikan lingkungan disekitarnya dan biasanya kurang dapat mengendalikan dirinya. Emosi sebagai suatu keadaan dengan perilaku yang mengarah terhadap sesuatu dengan adanya ekspresi kejasmanian yang ditimbulkan oleh situasi tertentu, maka orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang mengalami emosi. Namun Ekman dan Friesen dalam buku Bimo Walgito (1980:209) mengemukakan orang yang mengalami emosi itu dapat dikendalikan agar tidak tercetus keluar yang dikenal dengan display rules. Display rules dipengaruhi oleh unsur budaya. Keadaan seseorang yang mengalami dengan menampakan gejala kejasmanian yang tidak berlebihan.
Emosi menurut para psikologdalam M Sayyid Muhammad Az-Za’balawi (2007,284)Para  psikolog mengkaji emosi dengan memberi perhatian yang sesuai dengan urgensinya dalam kehidupan manusia. Emosi punya pengaruh terhadap perilaku pribadi dan sosial. Juga pengaruh terhadap tingkat intelektualitas. Emosi dengan pengertian ini berpengaruh terhadap segala aspek kepribadian individu, luar dan dalam.Kondisi kehidupan kontemporer yang kelam mengharuskan mereka yang berkompeten dibidang studi-studi dan psikolog kajian perilaku manusia untuk membekali manusia dengan sesuatu yang membantunya menghadapi situasi-situasi sulit yang sering dia alami dalam kehidupan sehari-hari akibat beragamnya kebutuhan-kebutuhan individu dan minimnya sumber-sumber daya alam, disamping tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhan ini dengan kadar yang sesuai bagi seluruh atau mayoritas anggota masyarakat. Hal itu berakibat pada terjadinya perbenturan kebutuhan-kebutuhan individu dengan kebutuhan orang lain. Inilah faktor paling dominan dibalik meledaknya emosi yang menguasai perilaku individu (baik remaja, pemuda atau orangtua) dalam kehidupan kontemporer.
Emosi adalah fenomena perilaku yang umum. hanya saja kuat lemahnya serta banyak sedikitnya berbeda-beda dari satu masyarakat ke masyarakat lainnnya sesuai kondisi dan prinsip-prinsip pendidikan yang mengendalikan perilaku individu setiap masyarakat.
Definisi Emosi
a.       Emosi adalah respon integral dari makhluk hidup, yang bertumpuh pada pemahaman mengenai situasi eksternal dan internal dan mencakup perubahan-perubahan fisiologis yang meliputi organ tubuh, pembuluh darah dan kelenjar. Dia bertujuan menghadapi situasi yang merangsangnya, akan tetapi dengan cara yang menyebabkan usaha menjadi kacau dan tidak mengantarkan kepada hasil yang memuaskan.
b.      George Miller dalam M Sayyid M Az-Za’balawi (2007:284) mengartikan dengan pengalaman yang memiliki perasaan kuat dan biasanya diiringi dengan perubahan fisik dalam peredaran darah dan pernafasan. Biasanya juga dibarengi dengan tindakan-tindakan pemaksaan.
c.       Angel dalam M Sayyid M Az-Za’balawi  (2007:284) mendefinisikan dengan kondisi perasaan yang kompleks yang diiringi dengan beberapa gerakan atau aktivitas kelenjar. Atau perilaku yang kompleks yang didominasi oleh aktivitas lambung atau organ-organ instrinsik.
d.      Dr. Muhammad Naajati dalam M Sayyid M Az-Za’balawi (2007:284) mengartikan dengan kekacauan hebat yang meliputi segala aspek individu  dan berpengaruh terhadap perilakunya, perasaannya dan fungsi vitalnya. Asalnya dia mucul dari faktor psikologis
e.       Dr. Abdullah Abdul Hayy Musa dalam M Sayyid M Az-Za’balawi (2007:284) mengartikan dengan perubahan tiba-tiba yang meliputi segala aspek individu baik psikis atau fisik.
f.       Sementara Stanley dalam M Sayyid M Az-Za’balawi  (2007:284) mengartikan dengan fondasi utama yang melandasi kelahiran dan perkembangan kekuatan mental.
Para psikolog berbeda dalam mendefinisikan emosi sesuai dengan perbedaan sudut pandang mereka. Adapun yang memperhatikan aspek kemunculan dan perkembangan emosi. Ada yang memperhatikan tanda-tanda organismenya. Dan ada pula yang menggabungkan antara tanda-tanda ekstrinsik dan instrinsik yang terjadi akibat emosi.
Dari data tersebut dapat dianalisis bahwa emosi adalah kejadian perilaku yang umum dan memmiliki pengaruh dari aspek perilaku, persaan, fisiknya, psikisnya yang terjadi akibat situasi eksternal dan internal.
Berdasarkankeduasumberbukudapatdisimpulkanbahwa Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau keadaan,  Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang, marah, ataupun takut terhadap sesuatu. Emosi ada yang bersifat positif dan ada yang negatif. Emosi mempunyai pengaruh terhadap kesehatan mental dan fisik manusia, serta pengaruh terhadap perilaku remaja. Emosi dirasakan secara psiko-fisik karena terkait langsung dengan jiwa dan fisik. Emosi masih dapat mengontrol keadaan dirinya sehingga emosi yang dialami tidak tercetus keluar dengan perubahan atau tanda-tanda kejasmanian tersebut.
B.       KONDISI PERUBAHAN FISIOLOGIS EMOSI REMAJA
Menurut M. Darwis Hude (2002,223-232) aspek perubahan fisiologis merupakan salah satu komponen utama yang menjadi acuan untuk menentukan terjadinya emosi dalam kehidupan manusia, karena itu emosi dikategorikan sebagai psikofisik yang melibatkan sisi luar dan dalam manusia. Beliau menuturkan bahwa kondisi fisiologis ketika emosi antara lain sebagai berikut :
1.         Reaksi Internal
Perubahan fisiologis yang terjadi dalam struktur tubuh dikelompokkan sebagai reaksi internal, karena itu boleh jadi tidak tampak nyata pandangan dari luar, namun dapat dirasakan oleh orang yang mengalami keterbangkitan emosi. Reaksi Internal meliputi :
a.       Denyut jantung
Denyut jantung yang lebih kencang dari biasanya adalah reaksi paling umum terjadi pada hamper semua peristiwa emosi. Ketika orang kaget, marah, atau cemas hamper dapat dipastikan degup jantungnya meningkat dari kondisi biasanya. Akibatnya bisa bermacam-macam seperti aliran darah keberbagai organ tubuh tidak stabil, denyut nadi tidak teratur, keppala pusing, pingsan, atau mungkin stroke. Jantung adalah organ otonom di dalam tubuh manusia yang berfungsi memopa darah ke seluruh tubuh, kerjanya tidak bisa diperintah menurut kemauan kita, tapi bisa terpengaruh oleh system tubuh yang terganggu.
b.      Pernapasan
Pernapasan merupakan salah satu subsistem tubuh untuk memasukkan oksigen yang diperlukan oleh tubuh, jika pernapasan terganggu maka terganggu pula keseluruhan system. Faktor emosi yang dialami manusia bisa menimbulkan gangguan pernapasan, ketika orang takut, marah, kaget, atau cemas bisa mengakibatkan pernapasannya terganggu, tersenggal-senggal, sesak, bahkan mungkin terhenti sama sekali untuk sementara atau seterusnya. Dalam kasus-kasus emosi berat, kelenjar ludah dapat berhenti bekerja dan membuat tenggorokan serta piranti pita suara tidak terstimulasi oleh air ludah dan terganggunya pernaasan. Demikian juga paru-paru tertekan ke atas sehingga tidak dapat mengatur sirkulasi udara yang keluar masuk melalui organ-organ pernapasan.
2.    Reaksi Eksternal
Reaksi eksternal adalah perubahan-perubahan fisiologis yang tampak jelas dan dapat diamati orang lain dari luar seperti disfungsi organ tertentu (tak mampu berdiri tegak, limbung), tremor (bergetar), kulit mengeluarkan bintik-bintik kasar, dan bulu-bulu tegak. Reaksi eksternal meliputi :
a.              Wajah
Perubahan-perubahan yang terjadi pada wajah (termasuk organ-organ yang ada padanya seperti mata, bibir, dahi) menjadi pertanda yang lazim dikenali saat terjadi emosi. Psikologi memandang wajah sebagai pengenal utama keterbangkitan emosi. Kerut-kerut dahi, gerak dan lengkung-lengkung bibir, turun naiknya alis, warna pada raut muka, picingan mata, gerak bola mata dan pupilnya, semuanya meupakan isyarat-isyarat yang gampang diduga oleh orang yang menyaksikannya.
b.             Kulit dan buluroma
Pada kasus-kasus tertentu, seperti pada emosi takut dan takjub (heran disertai kekaguman) biasanya berimplikasi pada perubahan fisiologis, seperti pori-pori kulit mengeluarkan bintik-bintik kecil dan bulu-bulu halus menegang, dikenal dalam bahasa sehari-hari dengan merinding, begidik, tegak buluroma. Dalam bahasa psikologi dikenal dengan istilah reaksi GSR (galvanic skin response) yaitu adanya getaran pada kulit yang menyebabkan bulu-bulu halus di permukaan kulit menegang.
c.              Kinesis dan lainnya
Perubahan fisiologis eksternal karena keterbangkitan emosi menyangkut wilayah yang luas dalam tubuh manusia, selain muka, kulit, juga dijumpai dalam bentuk perubahan kinesis. Sering kita jumpai seorang Ibu terkulai lemas tak kuasa berdiri ketika mendengar berita sedih tentang anaknya, seorang Bapak bergetar tangannya saat marah sementara anaknya melotot dengan pupil melebar memandangi video game yang sangat menarik perhatiannya saat itu.
Dari keterangan diatas dapat dianalisis bahwa kondisi fisiologis ketika emosi dapat dibagi menjadi dua yaitu reaksi internal dan reaksi eksternal. Reaksi internal merupakan reaksi yang terjadi pada organ tubuh bagian dalam, reaksi internal terdiri atas denyut jantung dan pernapasan, sedangkan reaksi eksternal merupakan reaksi yang terjadi pada bagian luar sehingga dapat diamati orang lain disekitarnya, reaksi eksternal meliputi wajah, kulit dan buluroma, serta kinesis dan lainnya.
Menurut Eva Latipah (2012, 191-192) bagian-bagian fisiologis yang dapat berubah ketika seseorang sedang mengalami emosi kuat  seperti rasa takut atau marah, kita tentunya merasakan sejumlah perubahan pada tubuh. Sebagian besar perubahan fisiologis yang terjadi akibat aktivasi cabang simpatik dari system saraf otonomik untuk mempersiakan tubuh melakukan tindakan darurat. Dalam hal ini system simpatik bertanggung jawab atas perubahan-perubahan berikut :
a.       Tekanan darah dan kecepatan denyut jantung yang meningkat
b.       Pernapasan menjadi lebih cepat
c.       Pupil mata mengalami dilatasi
d.      Kadar gula darah meningkat untuk memberikan lebih banyak energi
e.       Darah membeku lebih cepat untuk persiapan jika terjadi luka
f.       Motilitas saluran gastrointestinal menurun ; darah dialihkan dari lambung dan usus ke otak dan otot rangka
g.      Rambut dikulit menjadi tegak menyebabkan merinding.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah perubahan-perubahan tersebut tentu tidak harus terjadi sekaligus. Sistem saraf simpatis mempersiapkan organism untuk mengeluarkan energi, saat energi mennghilang, system parasimpatik (system pengehemat energi) mengambil alih dan menegembalikan organisme pada keadaan normal. Di sisi lain, aktivitas system saraf otonomik dipicu oleh aktivitas didaerah otak tertentu, termasuk hipotalamus dan system limbic. Impuls dari area-area tersebut ditransmisikan ke nuklei dibatang otak yang mengendalikan fungsi sistem saraf otonomik.
Jenis rangsangan fisiologis yang meningkat seperti penjelasan diatas merupakan karakteristik untuk keadaan emosional seperti marah dan ketakutan, ketika organisme harus bersiap-siap melakukan tindakan seperti melawan atau melarikan diri (fighting atau take flight). Beberapa respons yang sama juga terjadi selama pengalaman yang menyenangkan atau rangsangan seksual. Namun selama emosi kuat seperti kesedihan atau duka cita, sebagian proses tubuh mungkin tertekan atau menjadi lambat.
Sehubungan denganketerangan ditersebut dapat dianalisis bahwa terjadinya perubahan fisiologis ketika emosi disebabkan karena aktivitas cabang simpatik dari system saraf otonomik untuk mempersiapkan tubuh melakukan tindakan darurat. Pada saat emosi menghilang, system parasimpatik (system pengehemat energy) mengambil alih dan mengembalikan seseorang dalam keadaan normal. Perubahan fisiologis biasanya terjadi pada organ jantung, system pernapasan, pada wajah, serta pada bulu-bulu halus disekitar kulit.
Berdasarkan kedua sumber buku tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan fisiologis terjadi ketika seseorang sedang emosi, meskipun perubahan yang terjadi tidak sekaligus tetapi bertahap. Perubahan emosi yang terjadi ketika emosi antara lain adalah denyut jantung akan berdegup lebaih kencang, kemudian pernapasan akan terganggu biasanya mengalami sesak napas, lalu pada wajah akan terlihat melalui ekspresinya biasanya warnanya memerah dan dan gerak mata serta pupilnya, serta terdapat bulu-bulu halus pada kulit yang berdiri tegak “merinding”. Umumnya perubahan tersebut tidak terjadi sekaligus melainkan secara bertahap, namun bisa juga hanya terjadi satu atau dua perubahan saja, jadi tidak semua orang ketika emosi dapat mengalami semua perubahan perubahan fisiologisnya.
C.      BENTUK-BENTUK EMOSI
Menurut Muhammad Ali – Muhammad Asrori, hal (2011,63-64) meskipun emosi sedemikian kompleknya, namun Daniel Goleman (1995) mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi, yaitu sebagai berikut.
1.         Amarah, didalamnya meliputi : brutal, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan, dan kebencian patologis.
2.         Kesedihan, didalamnya meliputi : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan despresi.
3.         Rasa Takut, didalamnya meliputi : cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali, sedih, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, panik, dan fobia.
4.         Kenikmatan, didalamnya meliputi : bahagia, gembira, ringan puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona, puas, rasa terpenuhi, girang, senang sekali, dan mania.
5.         Cinta, didalamnya meliputi : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang.
6.         Terkejut, didalamnya meliputi : terkesiap, takjub, dan terpana.
7.         Jengkel, didalamnya meliputi : hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, dan mau muntah.
8.         Malu, didalamnya meliputi : rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.
Dari deretan daftar emosi tersebut, berdasarkan temuan penelitian Paul Ekman dari University of California di San Francisco (Goleman 1995) ternyata ada bahasa emosi yg dikenal oleh bangsa – bangsa di seluruh dunia, yaitu emosi yang diwujudkan dalam bentuk ekspresi wajah yg didalamnya mengandung emosi takut, marah, sedih, dan senang. Ekspresi wajah seperti itu benar – benar dikenali oleh bangsa – bangsa diseluruh dunia meskipun memiliki budaya yang berbeda – beda, bahkan termasuk bangsa – bangsa yang buta huruf, tidak terpengaruh oleh film, dan siaran televisi. Dengan demikian, ekspresi wajah sebagai representasi dari emosi itu memiliki universalitas tentang perasaan emosi tersebut. Kesimpulan ini diambil setelah Paul Ekman melakukan penelitian dengan cara memperhatikan foto – foto wajah yang menggambarkan ekspresi – ekspresi emosi tersebut di atas kepada orang – orang yang memiliki keterpencilan budaya, yaitu suku Fore di Papua Nugini, suku terpencil berkebudayaan Zaman Batu di dataran tinggi terasing. Hasilnya ternyata mereka semua mengenali emosi yang tergambar pada ekspresi wajah dalam foto – foto tersebut.
Sehubungan dengan uraian tersebut dapat dianalisis bahwa emosi dapat dilihat dari ekspresi wajah seperti, Amarah yang didalamnya meliputi : brutal, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan, dan kebencian patologis; Kesedihan, didalamnya meliputi pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan despresi; Rasa Takut, didalamnya meliputi : cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali, sedih, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, panik, dan fobia.
Kenikmatan, didalamnya meliputi : bahagia, gembira, ringan puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona, puas, rasa terpenuhi, girang, senang sekali, dan mania; Cinta, didalamnya meliputi : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang; Terkejut, didalamnya meliputi : terkesiap, takjub, dan terpana; Jengkel, didalamnya meliputi : hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, dan mau muntah; Malu, didalamnya meliputi : rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina, aib, dan hati hancur lebur; Ekspresi wajah seperti di atas benar – benar dikenali oleh bangsa – bansa diseluruh dunia meskipun memiliki budaya yg berbeda – beda, bahkan termasuk bangsa yg buta huruf, tidak terpengaruh oleh film dan siaran televisi.
Menurut Eva Latipah(2012,201)Untuk menyatakan suatu emosi sebagai emosi primer dan untuk mendeskripsikan situasi yang tepat untuk spesies yang lebih rendah (hewan).
Emosi Primer dan Penyebabnya (Plutchik, 1980)
1.      Emosi sedih dalam situasi kehilangan orang yang dicintai
2.      Takut dalam situasi terancam
3.      Marah dalam situasi penghalang
4.      Gembira dalam situasi memiliki calon pasangan
5.      Percaya dalam situasi ditengah anggota kelompok
6.      Muak dalam situasi ditempat yang menjijikkan
7.      Antisipasi dalam situasi kekuasaan baru
8.      Terkejut dalam situasi benda baru yang mendadak
Pendekatan lainnya adalah dengan menggunakan proses koknitif. Proses ini mungkin lebih tepat bagi manusia dibanding bagi spesies lainnya seperti hewan. Pendekatan ini tidak dimulai dari emosi primer melainkan dimulai dengan sekumpulan dimensi primer dari situasi yang dialami seseorang.
Sehubungan dengan uraian tersebut dapat dianalisis emosi dapat digambarkan dengan rasa sedih, takut, marah, gembira, percaya, muak, antisipasi, dan terkejut tetapi semua sifat emosi itu harus memandang sebuah situasi karena  sifat tersebut lebih tepat bagi manusia dibandingkan dengan spesies lainnya seperti hewan.
Menurut Eva Latifah(2012,201-202) Aspek Situasi Primer dan Konsekuensinya (Roseman, 1979,1984)
1.      Emosi gembira dalam situasi diharapakan dan terjadi
2.      Emosisedihdalamsituasidiharapkan dan tidak terjadi
3.      Emosi stress dalam emosi tidak diharapkan dan tidak terjadi
4.      Emosi lega dalam situasi tidak diharapkan dan tidak terjadi
Satu dimensi dari suatu situasi adalah sifat disenangi (desirability) dari peristiwa yang diantisipasi, dan kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut. Saat kita mengombinasikan kedua dimensi itu, kita mendapatkan empat kemungkinan situasi (sebelah kiri tabel 8), yang masing – masing tampaknya menghasilkan emosi yang berbeda. Jika peristiwa yang disenangi terjadi, kita mengalami kesenangan, sedangkan jika peristiwa yang disenangi tidak terjadi maka kita mengalami kelegaan.
Kedua pendekatan diatas tidak sepenuhnya tidak bersesuaian. Walaupun terdapat situasi kehidupan fundamental yang memicu tiap emosi (sebagaimana pendekatan pertama), keberadaan kita pada situasi itu mungkin bergantung juga pada hisil interpretasi (sebagaimana dalam pendekatan kedua). Coba perhatikan emosi rasa  takut, yang kemungkinan dipicu oleh ancaman (tabel 7). Apa yang dianggap suatu ancaman sering kali berbeda bagi satu orang dengan lainnya, tergantung pada pengalaman yang dimiliki serta kepribadiannya. Hal itu juga berkaitan dengan cara seseorang memutuskan suatu situasi  sebagai pengancam yang melibatkan banyak dimensi seperti sifat disenangi dan pengendalian (Lazarus,1991).
Dari data tersebut dianalisisbahwa emosi dapat digambarkan dengan rasa gembira, sedih, distres, dan lega dengan memandang situasi yang disenangi dari suatu peristiwa yang diantisipasi dan kemungkinan akan terjadi peristiwanya. Serta jika persistiwa yang disenangi terjadi, kita akan mengalami kesenangan dan jika peristiwa yang disenangi tidak terjadi maka kita akan mengalami kelegaan.
BerdasarkankeduasumberbukudapatdisimpulkanbahwaBentuk – bentuk emosi adalah suatu tingkah laku seseorang untuk mengespresikan dirinya, dari apa yang dirasakan dihatinya, kemudian disalurkan kepikiran dan diekspresikan melalui tingkah laku.Emosi dapat digambarkan dengan ekspresi wajah seperti amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, dan malu serta emosi juga dapat digambarkan dengan rasa sedih, marah, gembira, antisipasi, dan terkejut tetapi dengan memandang suatu situasi yg terjadi.
D.    KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN EMOSI REMAJA
MenurutMohammad ali dan Mohammad asrori (2011, 67-69) Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, mental, sosial, dan emosional. Umumnya, masa ini berlangsung sekitar umuur 13 tahun sampai umur 18 tahun, yaitu masa anak duduk di bangku sekolah menengah. Masa ini biasanya dirasakan sebagai masa sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga, atau lingkunganya.
Karena berada pada masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa, status remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi lingkunganya. Conny Semiawan (1989) mengibaratkan : terlalu besar untuk serbet, terlalu kecil untuk taplak meja karena sudah bukan anak-anak lagi, tetapi juga belum dewasa. Masa remaja biasanya memiliki energy yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering kali mengalami perasaan tidak aman, tidak tenang, dan khawatir kesepian.
Secara garis besar, masa remaja dapat dibagi ke dalam empat periode, yaitu periode praremaja, remaja awal, remaja tengan, dan remaja akhir. Adapun karakteristik untuk setiap periode adalah sebagaimana dipaparkan berikut ini.
1.      Periode Praremaja
Selama periode ini terjadi gejala-gejala yang hamper sama antara remaja pria maupun wanita. Perubahan fisik belum tampak jelas, tetapi pada remaja putri biasanya memperlihatkan penambahan berat badan yang cepat sehingga mereka merasa gemuk. Gerakan-gerakan mereka mulai menjadi kaku. Perubahan ini disertai sifat kepekaan terhadap rangsangan dari luar dan respon mereka biasanya berlebihan sehingga mereka mudah tersinggung dan cengeng, tetapi juga cepat merasa senang atau bahkan meledak-ledak.
2.      Periode Remaja Awal
Selama ini perkembangan fisik yang semakin tampak adalah perubahan fungsi alat kelamin. Karena perubahan alat kelamin semakin nyata, remaja seringkali mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan itu. Akibatnya, tidak jarang mereka cenderung menyendiri sehingga merasa terasing, kurang perhatian dari orang lain, atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau mempedulikanya. Kontrol terhadap dirinya bertambah sulit dan mereka cepat marah dengan cara-cara yang kurang wajar untuk meyakinkan dunia sekitarnya. Perilaku seperti ini sesungguhnya terjadi karena adanya kecemasan terhadap dirinya sendiri sehingga muncul dalam reaksi yang kadang-adang tidak wajar.
3.      Periode Remaja Tengah
Tanggung jawab hidup yang harus semakin ditingkatkan oleh remaja, yaitu mampu memikul sendiri juga menjadi masalah tersendiri bagi mereka. Karena tuntutan peningkatan tanggung jawab tidak hanya datang dari orang tua atau anggota keluarganya tetapi juga dari masyarakat sekitarnya. Tidak jarang masyarakat juga menjadi masalah bagi remaja. Melihat fenomena yang sering terjadi dalam masyarat yang serigkali juga menunjukan adanya kontradiksi dengan nilai-nilai moral yang mereka ketahui, tidak jarang remaja mulai meragukan tentang apa yang disebut baik atau buruk. Akibatnya, remaja seringkali ingin membentuk nilai-nilai mereka sendiri yang mereka anggap benar, baik, dan pantas untuk dikembangkan dikalangan mereka sendiri. Lebih-lebih jika orang tua atau orang dewasa di sekitarnya ingin memaksakan nilai-nilainya agar dipatuhi oleh remaja tanpa disertai dengan alasan yang masuk akal menurut mereka.
4.      Periode Remaja Akhir
Selama periode ini remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai mampu menunjukan pemikiran, sikap, perilaku yang semakin dewasa.
Dari data tersebut dianalisis bahwa masa remaja di bagi menjadi empat periode yaitu Periode Praremaja pada periode ini sifat kepekaan terhadap rangsangan dari luar dan respon mereka sangat berlebihan. Sehingga mereka cepat mudah tersinggug dan cengeng tetapi juga cepat merasa senang bahkan meledak-ledak, Periode Remaja Awal eriode ini tidak jarang remaja cenderung menyendiri sehingga merasa terasing, kurang perhatian dari orang lain bahkan merasa tidak ada yang mempedulikanya, Periode Remaja Tengah periode ini remaja seringkali ingin membentuk nilai-nilai yang dianggap mereka benar, baik, dan pantas untuk dikalangan mereka sendiri, Periode Remaja Akhir periode ini remaja sudah bisa menunjukan pemikiran, sikap, perilaku yang semakin dewasa.
Biehler (1972) membagi cirri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.Ciri-ciri emosional remaja berusia 12-15 tahun :
1)        Pada usia ini seorang siswa/anak cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka. Sebagian kemurungan sebagai akibat dari perubahan-perubahan biologis dalam hubunganya dengan kematangan seksual dan sebagian karena kebingunganya dalam menghadapi apakah ia masih sebagai anak-anak atau sebagai seorang dewasa.
2)        Siswa mungkin bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri.
3)        Ledakan-ledakan kemarahan mungkin bisa terjadi. Hal ini seringkali terjadi sebagai akibat dari kombinasi ketegangan psikologis, ketidakseimbangan biologis, dan kelelahan karena bekerja terlalu keras atau pola makan yang tidak tepat atau tidur yang tidak cukup.
4)        Seorang remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan pendapatnya sendiri yang disebabkan kurangnya rasa percaya diri. Mereka mempunyai pendapat bahwa ada jawaban-jawaban absolut dan bahwa mereka mengetahuinya.
5)        Siswa-siswi di SMP mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara lebih objektif dan mungkin menjadi marah apabila mereka ditipu dengan gaya guru yang bersikap serba tahu.
Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun
1)                “Pemberontakan” remaja merupakan pernyataan/ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak ke dewasa.
2)                Karena bertambahnya kebebasan mereka, banyak remaja yang mengalami konflik dengan orang tua mereka. Mereka mungkin mengharapkan simpati dan nasihat orang tua atau guru.
3)                Siswa pada usia ini seringkali melamun, memikirkan masa depan mereka. Banyak diantara mereka terlalu tinggi menafsir kemampuan mereka sendiri dan merasa berpeluang untuk memasuki pekerjaan dan memegang jabatan tertentu.
Sehubungan dengan uraian tersebut dapat dianalisis bahwa emosional remaja dibagi menjadidua rentang usia, yaitu Pada usia 12-15 tahun remaja cenderung banyak murung, bertingkah laku kasar, membenarkan pendapatnya sendiri yang disebabkan kurangnya rasa percaya diri dan pada usia 15-18 tahun remaja cenderung bersifat pemberontak, seringkali mengalami konflik karena bertambahnya mereka dan seringkali juga melamun memikirkan masa depanya.
Berdasarkan dua buku penulis dapat disimpulkan bahwa karakteristik perkembangan emosi pada remaja yaitu : suatu karakter seseorang yang dianggap bukan anak-anak dan bukan dewasa, karena masa-masa ini mempunyai tahapan-tahapan seperti: masa praremaja, masa remaja awal, masa remaja tengah, masa remaja akhir ( Conny Semiawan 1989). Sedangkan menurut biehler (1972) karakteristik emosi pada remaja mempunyai cirri-ciri perubahan dari rentang usia 12-15 tahun, pada usia ini seseorang bersikap ingin menang sendiri (egois) sedangakan usia 15-18 tahun seseorang sudah dapat menahan emosinya dan lebih memikirkan masa depanya.
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERKEMBANGAN EMOSI
REMAJA
Menurut Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2011:69-71)perkembangan emosi seseorang pada umumnya tampak jelas pada perubahan tingkah lakunya. Perkembangan emosi remaja juga demikian halnya. Kualitas atau fluktuasi gejala yang tampak dalam tingkah laku sangat tergantung pada tingkat fluktuasi emosi yang ada pada individu tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita lihat beberapa tingkah laku emosional, misalnya agresif, rasa takut yang berlebihan, sikap apatis, dan tingkah laku menyakiti diri, seperti melukai diri sendiri dan memukul-mukul kepala sendiri.
Beberapa  faktor yang memengaruhi perkembangan emosi remaja adalah sebagai berikut:
1.         Perubahan Jasmani
Perubahan jasmani yang ditunjukan dengan adanya pertumbuhan yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tubuh ini yang sering mempunyai akibat tak terduga pada perkembangan emosi remaja. Tidak setiap remaja dapat menerima kondisi tubuh seperti itu, lebih-lebih jika perubahan tersebut menyangkut perubahan kulityang menjadi kasar dan penuh jerawat. Hormon-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan rangsangan didalam tubuh remaja dan sering kali menimbulkan masalah dalam perkembangan emosinya.
2.         Perubahan Pola Interaksi Dengan Orangtua
Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja sangat bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh tapi ada juga yang penuh cinta kasih. Perbedaan pola asuh orang tua seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbadaan perkembangan emosi remaja. Cara memberikan hukuman misalnya, kalau dulu anak dipukul karena nakal, pada masa remaja cara seperti itu justru dapat menimbulkan ketegangan yang lebih berat antara remaja dengan orang tua. Dalam konteks ini Gardner (1992) mengibaratkan dengan kalimat Too Big to Spank yang maknanya bahwa remaja itu sudah terlalu besar untuk dipukul.
Pemberontakan terhadap orang tua menunjukan bahwa mereka berada dalam konflik dan ingin melepaskan diri dari pengawasan orangtua. Mereka tidak merasa puas kalau tidak perna sama sekali menunjukan perlawanan terhadap orang tua karena ingi n menunjukan seberapa jauh dirinya telah berhasil menjadi orang yang lebih dewasa. Jika mereka berhasil dalam perlawananterhadap orang tua sehingga menjadi marah, mereka pun belum merasa puas karena orang tua tidak menunjukan pengertian yang mereka inginkan. Keadaan semacam ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan emosi remaja.
3.      Perubahan Interaksi Dengan Teman Sebaya
Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanyasecara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dengan membentuk semacam geng. Interaksi antar anggota dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Pembentukan kelompok dalam bentuk geng seperti ini biasanya diusahakan terjadi pada masa remaja awal saja karena biasanya bertujuan poistif, yaitu untuk memenuhi minat mereka bersama. Usahakan dapat menghindarkan pembentukan kelompok geng itu ketika sudah memasuki masa remaja tengah atau remaja akhir. Pada masa ini para anggotanya biasanya membutuhkan teman-teman untuk melawan otoritas atau melakukan perbuatan yang tidak baik bahkan kejahatan bersama. Faktor yang sering menimbulkan masalah emosi pada masa ini adalah hubungan cinta dengan teman lawan jenis. Pada masa remaja tengah, biasanya remaja benar-benar mulai jatuh cinta dengan teman lawan jenisnya, gejala ini sebenarnya sehat bagi remaja tetapi tidak jarang juga menimbulkan konflik atau gangguan emosi lebih dewasa. Oleh sebab itu tidak jarang orangtua justru merasa tidak gembira atau cemas ketika anak remajanya jatuh cinta. Gangguan emosional yang mendalam dapat terjadi ketika cinta remaja tidak terjawab atau karena pemutusan hubungan cinta dari satu pihak sehingga dapat menimbulkan kecemasan bagi  orangtua dan bagi remaja itu sendiri.
4.         Perubahan Pandangan Luar
Faktor penting yang dapat memengaruhi perkembangan emosi remaja selain perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja itu sendiri adalah pandangan dunia luar dirinya. Oleh sebab itu, orangtua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya pada mereka. Interaksi dengan orang tua juga menjadi lebih bagus dan lancar karena mereka sudah memiliki kebebasan penuh serta emosinya pun mulai stabil. Pilihan arah hidup sudah semakin jelas dan mulai mampu mengambil pilihan dan keputusan tentang arah hidupnya secara lebih bijaksana meskipun belum bisa secara penuh. Mereka juga mulai memilih cara-cara hidup yang dapat dipertanggungjawabkan teerhadap dirinya sendiri, orangtua dan masyarakat.
Sehubungan dengan uraian tersebut dapat dianalisisbahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja adalah Perubahan jasmani dengan ditunjukkan adanya pertumbuhan yang sangat cepat dari anggota tubuh; Perubahan pola interaksi dengan orangtua, pola asuh orangtua terhadap anak sangat bervariasi, pemberontakan terhadap orang tua menunjukkan bahwa mereka berada dalam konflik dan ingin melepaskan diri dari pengawasan orang tua; Perubahan interaksi dengan teman, remaja sering kali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama; Perubahan pandangan luar, mereka sudah sudah mulai memilih cara hidup yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap diri sendiri, orangtua atau masyarakat.

Menurut Soeparwoto dkk (2004:75-78)
a.       Perubahan Jasmani atau Fisik
Perubahan atau pertumbuhan yang berlangsung cepat selama masa puber menyebabkan keadaan tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan ini memengaruhi kondisi psikis remaja. Tidak setiap remaja dapat menerima perubahan yang dialami, karena tidak semuanya menguntungkan. Terutama jika perubahan tersebut memengaruhi penampilannya, misalnya kulit menjadi kasar dan berjerawat. Hormon-hormon tertentu mulai bekerja sejalan dengan perkembangan alat kelaminnya. Hal ini menyebabkan rangsangan didalamntubuh remaja seringkali menimbulkan masalah dalam perkembangan psikisnya, khususnya perkembangan emosinya.
b.      Perubahan Dalam Hubungan Orangtua
Sikap orangtua dalam mendidik anaknya yang beranjak remaja dengan cara yang menurut apa yang dianggap baik oleh orangtua, misal secara otoriter, penerapan disiplin yang terlalu kaku, terlalu mengekang dapat menimbulkan ketegangan antara orangtua dan anak yang akan memengaruhi perkembangan emosinya. Demikian pula cara memberi hukuman yang tidak sesuai, misalnya memberi hukuman fisik tampaknya tidak sesuai lagi bagi remaja jika penerapan hukuman dilakukan dengan cara yang tidak bijaksana dapat menyebabkan ketegangan yang lebih berat bahkan mungkin remaja akan berani melakukan pemberontakan , karena pada dasarnya ada kecenderungan remaja untuk melepas diri dari orangtua. Ada ketidakharmonisan hubungan orangtua dengan anaknya, tidak ada saling pengertian di antara keduanya sangat berpengaruh terhadap perkembangan emosi remaja.
c.       Perubahan Dalam Hubungan dengan Teman
Pada masa anak biasanya individu membentuk geng dari teman sejenisuntuk melakukan aktivitas bersama. Pada awal remaja mereka membentuk geng yang bertujuan positif yaitu untuk memenuhi minat bersama mereka, namun jika diteruskan pada masa remaja tengah atau remaja akhir para anggota mungkin membutuhkannya untuk melawan otoritas atau untuk melakukan hal yang tidak baik. Yang paling sering mendatangkan masalah adalah hubungan cinta dengan lawan jenis. Pada usia remaja biasanya seseorang mulai jatuh cinta dengan teman atau kenalannya. Gejala ini biasa bagi remaja namun kadang kala menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya cinta yang tak terbalas atau putus cinta sehingga mengganggu perkembangan emosi remaja. Percintaan dikalangan remaja juga terkadang menimbulkan konflik dengan orangtua karena ada kekhawatiran dari pihak orangtua kalau terjadi hal-hal yang diluar batas sehigga mereka melarang anaknya berpacaran.
d.      Perubahan Dengan Hubungan Dengan Sekolah
Menginjak remaja mungkin mereka mulai menyadari pentingnya pendidikan untuk kehidupan dimasa mendatang. Hal ini sedikit banyak dapat menimbulkan kecemasan sendiri bagi remaja. Lebih lanjut berkaitan dengan apa yang dilakukan setelah lulus, bagaimana prospek untuk mendapatka pekerjaan dan ketakutan untuk memasuki dunia kerja bisa menambah ketegangan dan kecemasan remaja.
e.       Perubahan Atau Penyesuaian Dengan Lingkungan Luar
Perubahan yang radikal yang dialami remaja dari masa anak ke masa dewasa menyebabkan perubahan dari pola kehidupannya. Bila mereka tidak dipersiapkan dengan peran barunya, mereka mengalami kesulitan dan timbul perasaan tidak mampuAdanya harapan sosial untuk perilaku yang lebih matang. Ketika seseorang memasuki masa remaja ia mulai kelihatan seperti orang dewasa. Sehubungan dengan hal itu mereka juga diharapkan dapat menyesuaikan diriuntuk bertindak dewasa. Tekanan-tekanan sosial semacam ini sering kali menyebabkan mereka cemasAspirasi yang tidak realistik. Aspirasi pada semasa anak biasanya tidak realistik. Jika remaja gagal mencapai aspirasai mereka, akan menyebabkan perasaan tidak mampu dan jika mereka memproyeksikan kegagalannya kepada orang lain, maka akan menambah perasaan tidak mampu (Hurlock, 1973:47)
      Selain hal-hal yang talah disebutkan diatas kiranya masih banyak faktor yang memengaruhi perkembangan emosi remaja atau peserta didik. Namun dari apa yang diuraikan rasanya telah cukup banyak faktor  yang memengaruhi perkembangan emosi remaja.
Dari uraian diatas dapat dianalisis bahwa Perubahan Jasmani berlangsung cepat yang menyebabkan kondisi tubuh menjadi tidak seimbang. Tidak setiap remaja dapat menerima perubahan yang dialami, terutama jika penampilan tersebut memengaruhi penampilannya.Ada kecenderungan Remaja untuk melepas diri dari orangtua. Adanya ketidakharmonisan hubungan orangtua dan anak, tidak adanya saling pengertian diantara keduanya sangat berpengaruh terhadap emosi remaja.Pada Remaja, mereka sering membentuk geng dari teman sejenis untuk melakukan aktivitas bersama, namun jika diteruskan anggota akan membutuhkan otorites atau melakukan hal yang tidak baik.Remaja sudah menyadari bahwa pendidikan itu penting untuk kehidupan masa depan.Perubahan radikal yang dialami remaja dari masa anak-anak hingga dewasa menyebabkan perubahan terhadap pola kehidupan, adanya harapan sosial untuk perilaku yang lebih matang dan aspirasi yang tidak realistik.
Berdasarkankedua sumber buku dapat disimpulkan Faktor-faktor yang memengaruhi Perkembangan Emosi Remajaadalah Perubahan Jasmani, Perubahan Hubungan dengan dengan Orangtua, Perubahan Hubungan dengan Teman, Perubahan Hubungan dengan Sekolah dan Perubahan Pandangan Luar.perkembangkan emosi tampak jelas pada perubahan tingkah laku, kualitas / fluktuasi gejala dalam tingkah laku tergantung pada tingkah laku emosional, misalnya agresif, rasa takut, sikap apatis dan tngkah laku yang menyakiti diri sendiri.
F.     UPAYA MENGEMBANGKAN EMOSI REMAJA DAN IMPLIKASINYA BAGI PENDIDIKAN
Menurut W.T Grant Consurtium (2011:73-75)Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat mengembangkan kecerdasaan emosional,salah satu antaranya adalah dengan menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh W.T Grant consortium tentang “Unsur-unsur Aktif Progam Pencegahan”, yaitu sebagai berikut :
1.         Pengembangan keterampilan emosional.
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan emosional individu adalah:
1.    Mengidentifikasi dan member nama atau label perasaan.
2.    Mengungkapkan perasaan.
3.    Menilai intensitas perasaan.
4.    Mengelola perasaan.
5.    Menunda pemuasan.
6.    Mengendalikan dorongan hati.
7.    Mengurangi stress,dan
8.    Memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan.
2.         Pengembangan keterampilan kognitif.
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan kognitif individu adalah sebagai berikut:
a)        Belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan mengatasi masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri.
b)        Belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat social,misalnya mengenali pengaruh social terhadap perilaku dan melihat diri sendiri dalam perspektif masyarakat yang lebih luas.
c)        Beljar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan, misalnya mengendalikan dorongan hati, menentukan sasaran, mengidentifikasi tindakan-tindakan alternative, dan memperhitungkan akibat-akibat yang mungkin timbul.
d)       Belajar memahami sudut pandang orang lain(empati)
e)        Belajar memahami sopan santun, yaitu perilaku mana yang dapat diterima dan mana yang tidak.
f)         Belajar bersikap positif terhadap kehidupan.
g)        Belajar mengembangkan kesadaraan diri, misalnya mengembangkan harapan-harapan yang realistis tentang diri sendiri.
3.      Pengembangan keterampilan perilaku.
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan ketempilan perilaku individu adalah sebagai berikut:
a)        Mempelajari keterampilan komunitasi non verbal, misalnya berkomunikasi melalui pandangan mata, ekspresi wajah, gerak-gerik, posisi tubuh, dan sejenisnya.
b)        Mempelajari keterampilan komunikasi verbal, misalnya mengajukan permintaan dengan jelas, mendeskripsikan sesuatu kepada orang lain dengan jelas, menanggapi kritik secara efektif, menolak pengaruh negative, mendengarkan orang lain, dan ikut serta dalam kelompok-kelompok kegiataan positif yang banyak menggunakan komunikasi verbal.
Cara lain yang dapat digunakan sebagai intervensi edukatif untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat memiliki kecerdasaan emosional adalah denga melakukan kegiatan-kegiatan yang didalamna terdapat materi yang dikembangkan oleh Daniel Goleman (1995) yang kemudian diberi nama self-Science Curriculum, sebagaimana dipaparkan berikut ini.
a.       Belajar mengembangkan kesadaran diri.
Caranya adalah mengamati sendiri dan mengenali perasaan sendiri, menghimpun kosakata untuk mengungkapkan perasaaan, serta memahami hubungan antara pikiran,perasaan,dan respons emosionalnya.
b.      Belajar mengambil keputusan.
Caranya adalah mencermati tindakan-tindaan dan akibat-akibatnya, memahami apa yang menguasai suatu keputusan, pikiran atau perasaan, serta menerapkan pemahaman ini kemasalah-masalah yang cukup berat, seperti masalah seks dan obat terlarang.
c.       Belajar mengelola perasaan.
Caranya adalah memantau pembicaraan sendiriuntuk menanggap pesan-pesan negative yang terkandung didalamnya, menyadari apa yang ada dibalik perasaan (misalnya,sakit hati yang mendorong amarah), menemukan cara-cara untuk menangani rasa takut, cemas, amarah, dan kesedihan.
d.        Belajar menangani strees.
Carnya adalah mempelajari pentingnya berolah raga, perenungan yang terarah, dan metode relaksasi.
e.       Belajar berempati.
Caranya adalah memahami perasaan dan masalah orang lain, berpikir dengan sudut pandang orang lain, serta menghargai perbedaan perasaan orang lain mengenai sesuatu.
f.       Belajar berkomunikasi.
Caranya adalah berbicara mengenai perasaan secar efektif, yaitu belajar menjadi pendengar dan penanya yang baik, membedakan antara apa yang menjadi atau yang dikatakan seseorang dengan reaksi atau penilaian sendiri tentang sesuatu, serta mengirimkan pesan dengan sopan dan bukannya mengumpat.
g.        Belajar buka diri.
Caranya adalah menghargai keterbukaan dan membina kepercayaan dalam suatu hubungan serta mengetahui situasi yang aman untuk membicarakan tentang perasaan diri sendiri.
h.        Belajar mengembangkan pemahaman.
Caranya adalah mengidentifikasi pola-pola kehidupan emosional dan reaksi-reaksinya serta mengenali pola-pola serupa pada orang lain.
i.        Belajar menerima diri sendiri.
Caranya adalah merasa bangga dan memandang diri sendiri dari sisi positif,mengenali kekuatandan kelemahan diri anda, serta mampu untuk menertawakan diri anda sendiri.
j.          Belajar mengembangkan tanggung jawab pribadi.
Caranya adalah belajar rela memikul tanggung jawab, mengenali akibat-akibat dari keputusaan dan tindakan pribadi, serta menindaklanjuti komitmen yang telah dibuat dan disepakati.
k.      Belajar mengembangkan ketegasaan.
Carnya adalah dengan mengungkapkan keprihatinan dan perasaan anda tanpa rasa merah atau berdiam diri.
l.        Mempelajari dinamika kelompok.
Caranya adalah mau bekerja sama, memahami kapan dan bagaimana memimpin,serta memahami kapan harus mengikuti. 
m.    Belajar menyelesaikan konflik.
Caranya adalah memahami bagimana melakukan konfrontasi secara jujur dengan orang lain, orang tua, atau guru, serta memahami contoh penyelesaian menang-menang(win-win solution) untuk merundingkan atau menyelesaikan suatu perselisihan.
Dari uraian tersebut dapat dianalisis bahwa Cara lain yang dapat digunakan sebagai intervensi mengembangkan emosi remaja agar dapat memiliki kecerdasaan emosional ,dikembangkan oleh Daniel Goleman (1995) dan kemudian diberi nama Self-Science Curriculum, antaralain, Belajar mengembangkan kesadaran diri, Belajar mengambil keputusan, Belajar mengelola perasaan , Belajar menangani strees, Belajar berempati, Beajar berkomunikasi, Belajar buka diri, Belajar mengembangkan pemahaman, Belajar menerima diri sendiri, Belajar mengembangkan tanggung jawab pribadi, Belajar mengembangkan ketegasaan, Mempelajari dinamika, Belajar menyelesaikan konflik.
Menurut Sunarto dan Ny.Agung Hartono. (1994:138-140)dalam kaitannya dalam emosi remaja awal yang cenderung banyak melamun dan sulit diterka, maka satu-satunya hal yang dapat dilakukan oleh guru adalah konsiten dalam mengelolaan kelas dan memperlakukan siswa seperti orang dewasa yang penuh tanggung jawab. Guru-gurudapat membantu mereka yang bertingkah laku kasar dengan jalan mencapai keberhasilan dalam pekerjaan/tugas-tugas sekolah sehingga mereka menjadi anak yang lebih tenang dan lebih mudah ditangani. Salah satu cara yang mendasar adalah dengan mendorong meraka untuk bersaing dengan diri sendiri.
Apabila ada ledakan-ledakan kemarahan sebaiknya kita memperkecil ledakan emosi tersebut, misalnya dengan jalan tindakan yang bijaksana dan lemah lembut, mengubah pokok pembicaraan, dan memulai aktivitas baru. Jika kemarahan siswa tidak juga reda, guru dapat meminta bantuan kepada petugas bimbingan penyuluhan. Dalam diskusi kelas, tekankan pentingnya memperhatikan pandangan orang lain dalam mengembangkan/meningkatkan pandangan sendiri. Kita hendaknya berwaspada terhadap siswa yang ambisius, berpendirian keras dan kaku yang suka mengintimidasi kelasnya sehingga tidak ada seseorang yang berani tidak sependapat dengannya atau menentangnya.
Reaksi yang sering kali terjadi pada diri remaja terhadap temuan-temuan mereka bahwa kesalahan orang dewasa merupakan tantangan terhadap otoritas orang dewasa. Guru-guru di SMA terperangkap oleh kemampuan siswa yang baru dalam menentukan/menemukan dan mengangkat ke permukaan tentang kelemahan-kelemahan orang dewasa. Bertambahnya kebebasaan dari remaja seperti menmbah “bahan bakar terhadap api”, bila banyak dari keinginan-keinginannya langsung dihambat/diirintangi oleh guru-guru dan orang tua. Satu cara untuk mengatasinya adalah meminta siswa mendiskusikan atau menulis tentang perasaan-perasaan mereka yang negative. Ingat bahwa meskipun penting bagi guru untuk memahami  alas an-alasan pemberontakannya, adalah sama pentingnya bagi remaja untuk belajar mengendalikan dirinya, karena hidup dimsyarakat adalah juga menghormati dan menghargai keterbatasaan-keterbatasaan, kebebasaan individual.
Untuk menjukan kematangan mereka, para remaja terutama laki-laki sering kali merasa terdorong untuk menentang otoritas orang dewasa. Sebagai seorang guru di SMA, seseorang ada dalam posisi otoritas, dan kerana itu mungkin gurlah yang merupakan target dari pemberontakan dan rasa permusuhan mereka. Tampaknya cara yang paling baik untuk menghadapi pemberontakan para remaja adalah pertama mencoba untuk mengerti mereka, dank edua melakukan segala sesuatu yang dapat dilakukan untuk membantu siswa berhasil berprestasi dalam bidang yang diajarkan. Satu cara untuk membuktikan kedewasaan seseorang ialah terampilan dalam melakukan sesuatu. Jika guru (mungkin anada) menyadari sebagai seorang yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebeut pada diri siswa walaupun dalam cara-cara yang amat terbatas. Pemberontakan dan sikap permusuhan dalam kelas dapat agak dikurangi.
Remaja ada dalam keadaan yang membingungkan dan serba sulit. Dalam banyak hal ia tergantung pada orang tua dalam keperluan-keperluan fisik dan merasa mempunyai kewajiban kepada pengasuhan yang mereka berikan dari saat dia tidak mampu memelihara dirinya sendiri. Namun ia harus lepas dari orang tuanya agar ia menjadi orang dewasa yang mandiri, sehingga adanya konflik dengan orang tua tidak dapat dihindari. Apabila terjadi friksi semacam ini, para remaja mungkin merasa bersalah, yang selanjutnya dapat memperbesar jurang antara dia dengan orang tuanya.
Seorang siswa yang merasa bingung terhapat rantai peristiwa tersebut mungkin merasa perlu menceriterakan penderitaannya, termasuk mungkin rahasia-rahasia pribadinya kepada orang lain. Karena itu seorang guru diminta untuk berfungsi dan sikap seperti pendengar yang simpatik.
Siswa sekolah menengah atas banyak memikirkan hal-hal yang lain daripada tugas-tugas sekolah mengisi pemikiran-pemikiranya, misalnya seks,   konflik dengan orang tua, dan apa yang akan dilakukan dalam hidupnya setelah ia tamat sekolah. Salah satu persoalan yang paling membingungkan yang dihadapi oleh guru ialah bagaimana menghadapi siswa yang hanya mempunyai kecakapan teratas tetapi yang selalu “memimpikan kejayaan”. Seorang guru tidak ingin membuat mereka putus asa, tetapi jika ia mendorong siswa tersebut untuk berusaha apa yang tidak mungkin dilakukan walaupun mungkin pernah mencoba namun gagal, dapat terjadi kegagalan ini malah menambah kesengsaraan dalam hidupnya. Barang kali penyelesaian yang paling baik adalah mendorong anak itu untuk berusaha nsmun tetap mengingatkan dia untuk menghadapi kenyataan-kenyataan. Menyarankan tujuan-tujuan pengganti mungkin merupakan alternatif cara membantu ambisi-ambisinya lebih realistik dan mudah mengatasinya apabila mengalami kegagalan.
Kebanyakan para siswa disekolah menengah atas mnginginkan menjadi pegawai negeri/ pegawai kantor meskipun kenyataannya hanya sebagaian kecil saja yang mencapai tujuan tersebut. Apabila ia menganggap remeh pekerjaan sebagai buruh, ini berarti bahwa anak-anak muda yang memasuki dunia kerja tersebut mungkin tidak mempunyai atau sendikit mempunyai kebanggaan terhadap apa yang mereka kerjakan. Kita para guru hendaknya dapat memberikan keyakinan kepada siswa bahwa semua pekerjaan adalah bermanfaat apabila dikerjakan dengan sungguh-sungguh, hati-hati, dan penuh tanggung jawab.
Jadi terdapat berbagai cara mengendalikan lingkungan untuk menjamin pembinaan pola emosi yang diinginkan dan menghilangkan reaksi-reaksi emosional yang tidak diinginkan sebelum berkembang menjadi kebiasaan yang tertanam kuat.
Dari uraian diatas dapat dianalisis bahwa Dalam kaitannya emosi remaja tahap awal dapat cenderung banyak melamun dan sulit ditebak. Salah satunya remaja sering bertingkah laku kasar.Penyebab terjadinyakenakalan/emosi remaja (Exteren): Pergaulan bebas, Bermain tidak mengenal waktu, Menggunakan obat terlarang atau barang haram.Penyebab terjadinya kenakalan/emosi remaja (Interen): Kurang kasih sayang dari orang tua, Keluarnya yang kurang harmonis (KDRT).Yang pertama Guru wajib membantu atau mencoba untuk membimbing dan mengerti sifat karakter siswa masing-masing, kedua melakukan segala sesuatu yang dapat dilakukan untuk membantu siswa biar bisa berhasil atau berprestasi dalam bidang yang diharapkan atau terpandam. Kalau guru tidak bisa membimbing siswa guru dapat meminta membantu kepada petugas bimbingan penyuluhan.
       Dari beberapa buku dapat disimpulkan bahwa remaja harus dapat diarahkan kesegi yang positif agar emosinya dapat terkendalikan dengan baik dan perilakunya bisa lebih baik dalam situasi dan kondisi.Melakukan segala sesuatu yang dapat dilakukan untuk membantu siswa biar bisa berhasil atau berprestasi dalam bidang yang terpendam atau diharapkan  dan berkembang apabila bakat tersebut tersalurkan, misalnya orang yang ahli olah raga dapat disalurkan melalui pertandingaan antar remaja, orang yang ahli keseniaan/ vocal disalurkan melalui sarana music dan diadakan lomba-lomba,dll.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Fadillah's blog Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review